Mohon tunggu...
Devi Aristya
Devi Aristya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Erat antara Humanisme dan Atheisme

26 Mei 2017   20:30 Diperbarui: 26 Mei 2017   20:43 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang manusia mungkin akan banyak pertanyaaan yang muncul, seperti “siapa manusia itu sebenarnya?, “mengapa manusia itu diciptakan?”, “siapa pencipta manusia?” dan masih banyak lagi. Kita semua mungkin tidak bisa menjawab hal itu. Oleh karena itu akan muncul berbagai paham, pola pikir ataupun pandangan filosofi yang berbeda di masyarakat. Seperti pola pikir yang sedang berkembang dalam masyarakat saat ini, yaitu Humanisme.

Humanisme merupakan berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah – masalah atau isu – isu yang berhubungan dengan manusia. Dalam paham ini menyatakan bahwa segala ukuran nilai referensi akhir dari semua kejadian manusiawi berkaitan dengan manusia itu sendiri, bukan pada kekuatan diluar manusia (misalnya kekuatan Tuhan atau alam). Dengan demikian humanisme berkaitan erat dengan atheisme.

Atheisme merupakan sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai adanya Tuhan. Mereka akan memercayai bahwa manusia itu ada karena adanya sejarah peradaban bukan karena Tuhan. Jika di dalam kitab suci mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia  menurut citra-Nya, mereka berkata bahwa manusia menciptakan Tuhan menurut citranya. Sudah dapat diduga bahwa bagi humanis ateis bayang- bayang Tuhan dalam benak mereka telah menghalangi realisasi diri sejati manusia.

Lalu apa yang membuat humanisme berkaitan erat dengan atheisme?  Seperti yang kita tahu bahwa humanisme merupakan pola pikir yang mengutamakan peri kemanusiaan dan atheisme adalah suatu paham yang tidak memercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu, humanisme memberi peluang besar bagi kita menuju atheisme. Pasti manusia pernah memiliki pertanyaan yang sama dengan para penganut atheisme. Memang jika berpikir tentang Tuhan dengan logika itu hal yang cukup sulit. Menumbuhukan suatu keyakinan bahwa Tuhan itu ada tanpa suatu bukti yang nyata mungkin sulit bagi beberapa orang meskipun bukan penganut atheism. Namun, semua kembali kepada diri masing – masing. Keimanan seseorang akan dengan hal ini. Meskipun begitu, apapun paham yang kita anut apapun agama yang kita percaya toleransi harus tetap dijaga. Karena sesungguhnya bumi yang kita tinggali ini untuk masa depan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun