Mohon tunggu...
Devian Pratama
Devian Pratama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Modernitas Zaman Mudahkan Penyebaran Ideologi Teroris

6 Desember 2015   14:33 Diperbarui: 6 Desember 2015   16:13 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkat kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan internet, hingga sekarang ini kelompok-kelompok radikal terorisme dengan mudah menyebarkan ideologi dan paham kekerasan.

Mereka makin terampil menggunakan fasilitas internet, memanfaatkan dunia maya untuk menebar propaganda. Salah satunya, mereka membuat dan menyebarkan rekaman video di YouTube. Tak pelak, pengakses dunia maya di berbagai belahan dunia mengetahui akan video tersebut.

Maka tak heran bila jurnalis Lebanon, Elias Harfoush, dalam artikelnya bertajuk “ISIS, Lebih Modern dan Berbahaya dari Al-Qaeda” memaparkan tentang perluasan aktivitas sejumlah kelompok teroris seperti ISIS di dunia cyber, khususnya jejaring sosial termasuk Facebook dan Twitter.

Menurut sang jurnalis, kini telah berakhir era penyiaran propaganda oleh pimpinan kelompok ekstrimis ke sejumlah media massa yang disebarkan melalui kaset rekaman dengan pidato yang berapi-api. Era sekarang adalah masa penyebaran video dan foto kejahatan sadis mereka di internet.

Selain itu, sekarang adalah era dimana mereka menggunakan jejaring sosial untuk mendorong para pemuda bergabung dengan kelompok radikal terorisme. Fakta menunjukkan, tren munculnya bibit terorisme baru-baru ini karena banyak yang belajar agama hanya dari internet.

Sejumlah 47 persen orang belajar agama dari internet. Ini berdasarkan hasil penelitian. Jadi, mereka belajar agama tidak lagi kepada guru agama. Belajar agama secara sepotong-potong dan tidak dengan pemahaman yang utuh. Alhasil, ada yang merekrut menjadi teroris yang bahkan mereka sama sekali tidak pernah bertemu dengan perekrut atau pembimbing mereka itu.

Nah, di dunia maya, terorisme melacak calon anggota baru penerus gerakan mereka. Melalui internet itulah terjadi pencucian otak, propaganda, hingga membujuk calon anggota untuk bergabung secara resmi.

Ya, internet telah menjadi panggung perluasan dan penyebaran pemikiran kelompok-kelompok berpaham kekerasan an terorisme serta menjadi corong propaganda untuk mengajak para pemuda berperang bersama kelompok-kelompok itu dan melancarkan teror di tempat-tempat publik.

Maka masuk akal kiranya, bila seorang pemuda dari Kanada, Michael Zehaf-Bibeau, yang tanpa harus ke Suriah untuk memilih bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Ia menembaki anggota parlemen Kanada yang bermaksud mengirimkan jet-jet tempur negara ini dalam menyerang posisi ISIS di Irak.

Kemudian, muncul pula pemuda Amerika Serikat benama Zale Thompson, yang tidak pernah  berada di kamp latihan kelompok ekstrimis di Timur Tengah atau di mana pun, tapi dengan alasan “berjihad” dia menyerang polisi di Queens, New York dengan menggunakan kapak.  

Itu hanya beberapa bukti bahwa teknologi canggih internet telah memudahkan penyebaran dakwah “jihad” melalui jejaring sosial dengan iming-iming sorga kepada para pemuda.  Penyebaran propaganda dan ideologi terorisme pun jadi lebih mudah.

Berkaca pada berbagai aksi-aksi tersebut, telah memaksa sejumlah pemerintah Barat meminta pengelola perusahaan-perusahaan seperti Google, Facebook dan Twitter untuk membatasi aktivitas kelompok teroris dalam jaringan layanan mereka.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun