Syairnya ibarat sebuah petirÂ
Menggelegar berselimutkan duka
Pohon-pohon pun runtuh karenanya
Menyisak kan rasa takut berlebihan
Syairnya bagai cambuk
Yang menyebabkan rasa sakit berlebihan
Yang membuat jera pelaku dosa
Apakah yang ku lakukan padanya?
Hingga ia mencambuk ku dengan sebegitu keras
Membuat luka itu semakin melebarÂ
Darahnya mengalir tanpa henti
Syairnya bagai pedangÂ
Mengoyak-ngoyak dengan sadis
Membuat nafas tersengal-sengal menahan sakit
Apa yang ku lakukan tuan?
Hingga Kau terus menciptakan luka
Tuan...
Kau bilang tentang hak asasi manusia
Namun kau sendiri telah merenggutnya
Tuan..Â
Jika aku manusia paling hina dimatamu
Pergilah dariku tuanÂ
Jangan membunuhku dengan syairmu
Terlalu indah untuk kau jadikan racunÂ
Enyahlah dari kehidupanku tuan
Dunia terlalu luas untuk kau jadikan tempat melukai
Pandanglah ke depan
Lihatlah senja yang kau puja-puji
Sebelum ia tenggelam bersama malam
Jangan menyiksaku dengan syairmu tuan
Tak ada lagi benang yang mengikat kita tuan
Kau bebas maka bebaskan aku juga tuan
Bebaskan aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H