Mohon tunggu...
Devia Nalini Sheera
Devia Nalini Sheera Mohon Tunggu... lainnya -

Banyak hal yang perlu diluruskan, jadi temani aku untuk memahaminya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara: Kemala yang Terpendam

11 Agustus 2013   02:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa media jelas telah membuat kondisi perdebatan itu menjadi ramai. Provokasi kewenangan antar daerah semakin meruncing. Wayah-wayah, isu kesukuan kembali terangkat. Bukankah sudah cukup kolonial Bangsa Asing dengan terang-terangan menjajah bangsa ini? Kenapa kita masih terbuai dalam cengkrama itu? Dan bukankah negeri ini sudah jelas-jelas merdeka sebelum kolonial Bangsa Asing datang menjajah dan mengeksploitasi tanah ini? Kenapa dan Mengapa lantas Apa yang selalu membuat kita berkutat pada eksistensi masing-masing? Bukankah kita semua satu keluarga? Satu atap bernama Nusantara? Untuk apa Soekarno kembali mengangkat Sumpah Palapa Gajahmada? Iya. Dari pembelajaran itu kita bisa melihat, musuh bangsa ini adalah eksistensi kita masing-masing. Karena itu juga kita harus membuka mata dan memahami persatuan.

Kenapa masyarakat Nusantara harus bersatu dalam bendera Merah-Putih bernama Indonesia? Kenapa Soekarno banyak meninggalkan pesan singkat yang sangat tersirat? Emas batangan yang disebut-sebut sebagai harta karun Soekarno dengan cap segel Garuda-Bank Swiss menjadi salah satu clue yang dititipkannya. Tapi eksistensi privatisasi telah menjadi bagian dari sisi manusia hari ini bahkan di masa lalu. Ini permasalahan klasik! Kenapa kita masih berkutat dalam ranah itu semua. Terkadang, sesekali kita harus berlari keluar lingkaran untuk menganalisa sebuah permasalahan yang konteksnya sudah melebar.

Sejarah adalah wacana tentang masa lalu yang siapa pun tidak bisa membenarkannya secara pasti. Karena itu kita hanya bisa menduga-duga. Tapi dari dugaan yang dikeluarkan, jelas tidak harus menjadi perdebatan panjang. Atau bahkan keluar dari konteks wacana. Siapa pun berhak atas pemikirannya. Namun, kita semua tahu bahwa praduga yang dikeluarkan harus bertujuan menghasilkan solusi bukan menjadi pemicu lahirnya permasalahan baru yakni perpecahan. Kita belajar pada sejarah bertujuan untuk menanggulangi kesalahan sejarah manusia di masa lalu. Ingat: Menanggulangi kesalahan sejarah manusia di masa lalu bukan Mengulangi kesalahan sejarah.
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun