Mohon tunggu...
Devia Nalini Sheera
Devia Nalini Sheera Mohon Tunggu... lainnya -

Banyak hal yang perlu diluruskan, jadi temani aku untuk memahaminya..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Harus Ada Candi

25 Juli 2013   04:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teks-teks kuno Vaastu Shastra menyebutkan bahwa ada berbagai dewa dalam mitologi Hindu yang menetapkan lokasi kedudukan mereka dalam suatu bangunan. Rumah harus diperlakukan seperti manusia, seperti teman baik yang memberi kenyamanan dan perlindungan. Rumah juga diberi nama manusia. Dalam Vaastu Shastra dikenal sebagai Vaastu Purusha yang disebut sebagai the spirit of the site (roh dari suatu tempat). Digambarkan dalam Vaastu Shastra sebagai seorang pria yang terbaring dalam posisi kepala menghadap ke timur, dengan postur membentuk segi empat.

Vaastu Purusha menandai pentingnya suatu area dengan menempatkan kepalanya posisi Timur laut yang melambangkan keseimbangan pikir dan badan bawahnya di posisi Barat daya yang melambangkan kestabilan dan kekuatan. Pusarnya di posisi sentral dari area, melambangkan kesadaran kosmik dan tangannya di posisi Barat Laut dan Tenggara, melambangkan gerakan dan energi. Menurut legenda Hindu, Vaastu Purusha merupakan makhluk tanpa bentuk. Brahma, bersama dewa yang lain terpaksa mengurungnya di tanah. Insiden ini dinyatakan secara grafis dalam Vaastu Purusha Mandala dengan alokasi porsi yang hirarkis untuk masing-masing posisi kedudukan dewa yang didasarkan atas konstribusi dan posisi masing-masing dalam menjalankan perannya. Brahma berada di posisi sentral yang disebut Brahmasthana, sementara dewa-dewa tersebar di sekelilingnya dalam pola yang memusat.

Menurut Kramrisch (1981), berdasarkan kalkulasi astrologis, garis batas dari Vastu Purusha Mandala dibagi menjadi 32 segi empat yang lebih kecil, yang disebut nakshatras. Naksatras ini berhubungan dengan peta bintang atau rumah matahari yang dilewati oleh bulan sebulan sekali. Jumlah 32 secara geometris merupakan perulangan hasil pembagian dari tiap bagian kotak, melambangkan empat waktu dalam delapan posisi di dunia: timur, tenggara, selatan barat daya, barat, barat laut, utara, timur laut. Segi empat yang berjumlah 32 merupakan simbol dari siklus kemunculan kembali bulan. Tiap-tiap nakshatras diatur oleh suatu kesatuan yang mulia, disebut deva yang mempengaruhi Mandala. Di luar Mandala terdapat empat arah yang melambangkan pertemuan dari surga dan bumi, juga melambangkan perputaran matahari dari timur ke barat dan rotasinya ke arah utara dan selatan dari hemispheres. Pusat Mandaladisebut tempat kedudukan Brahma, merupakan awal mula dan pusat dari susunan alam semesta.

Di sekitar Brahma merupakan tempat dari 12 kesatuan yang dikenal sebagai putra Aditi, yang membantu pengelolaan alam semesta. Adanya kotak-kotak kosong melambangkan akkasa atau ruang murni. Vastu-purusha-mandala yang komplet, membentuk sejenis peta diagram pengaruh astrologi yang mendasari susunan alam semesta dan takdir hidup manusia.

Kata Vaastu Shastra menurut Prasanna Kumar Acharya (1981) merupakan "science of architecture, where the essence of measurement is contained, the standard measurement followed, or the system of proportions embodied." Jadi Vaastu Shastra merupakan ilmu arsitektur, dimana pokok-pokok pengukuran dimuat di dalamnya, standar pengukuran diikuti dan sistem proporsi diwujudkan. Secara singkat, Vaastu Shastra adalah ilmu arsitektur kuno dari India. Kata Vaastu artinya tempat tinggal (shelter), sedangkan Shastra adalah pengetahuan. Jadi Vaastu Shastra bisa diartikan sebagai ilmu yang berisi ajaran untuk membangun tempat tinggal yang baik dan menguntungkan bagi manusia dan para Dewa. Vaastu Shastra merupakan sistem perencanaan dan Arsitektur India kuno yang didasarkan pada ajaran yang ada di kitab suci Veda. Jadi teori-teorinya masih mempunyai kaitan yang cukup erat dengan ajaran agama Hindu.

Secara umum, Vaastu Shastra bisa dikatakan juga sebagai ilmu pengetahuan kuno yang berfungsi untuk membantu kita hidup selaras dengan lima elemen dan hukum-hukum lain yang ada di alam. Dengan demikian diharapkan kita bisa memanfaatkan pengaruh positif dari alam dan menghindar dari pengaruhnya yang negatif. Tujuannya adalah menyelaraskan bentuk dan tata letak suatu bangunan dengan unsur alam - prithivi/tanah (earth), agni/api (fire), tej (cahaya) (light), vayu/angin (wind) dan akash/angkasa (ether), dan menyeimbangkan antara manusia dan material. Juga bidang-bidang magnet bumi yaitu kutub utara dan selatan serta sinar matahari.

Jadi Vaastu merupakan ilmu konsep energi inheren. Kita tak bisa melihat energi dengan mata telanjang, tapi kita dapat merasakan dan melihat aplikasinya dalam bentuk dan gaya yang berbeda. Kita telah mengetahui bahwa pengetahuan yang berasal dari pikiran disebut ilmu, dan yang diluar pikiran disebut spiritualitas. Oleh karena itu Vaastu tidak hanya merupakan ilmu akan tetapi merupakan jembatan yang menghubungkan antara manusia dan alam. Elemen-elemen dasar ini hanya ditemukan di bumi sehingga bumi menjadi pendukung alam dan kehidupan seluruh alam semesta. Jika rumah tinggal atau bangunan komersial dibangun tanpa menghiraukan lima elemen tersebut, maka tak akan mendatangkan kebaikan. Tiap-tiap elemen dasar akan memberikan kekuatan yang berharga untuk mendapatkan kekuatan alam yang tanpa batas.

Sedangkan untuk menentukan orientasi arah hadap seperti yang diketahui asal kata orientasi berasal dari kata orient atau timur. Dan bermakna mencari mana ufuk timur dan lawannya barat. (Y.B. Mangunwijaya, 1988). Kata ini kemudian menjadi kiblat karena pada awalnya orang mendasarkan pada pengalaman sehari-hari terhadap darimana matahari terbit dan ke arah mana matahari tenggelam sebagai sumber kiblatnya. Namun kemudian, manusia juga mendapatkan persepsi arah selain timur dan barat, yaitu utara dan selatan. Persepsi sumbu timur-barat serta utara-selatan melahirkan pemahaman akan centrality, titik pusat yang terjadi akibat adanya perpotongan di antara kedua sumbu tersebut. Penetapan arah hadap bangunan serta benda-benda pengisi ruang juga diatur dalam Vaastu Shastra seperti disebutkan Acharya (1981): Vaastu Shastra prescribes desirable characteristics for site and building based on flow of energy. Many of the rules are attributed to cosmological considerations; the sun's path, the rotation of the earth, magnetic field, etc. The morning sun is considered especially beneficial and purifiying and hence the East is a treasured direction. The body is considered a magnet with the head, the heaviest and most important part, being considered the North Pole and the feet the South pole.

Jadi Vaastu Shastra menentukan karakteristik untuk site atau lokasi dan bangunan berdasarkan aliran energi. Banyak aturan yang didasarkan atas pertimbangan kosmologis, seperi lintasan matahari, rotasi bumi, medan magnet dan sebagainya. Matahari pagi membawa manfaat dan bersifat memurnikan, sehingga arah timur merupakan arah yang paling baik dan berharga. Kepala yang merupakan bagian paling penting dari badan, diibaratkan sebagai kutub utara dan kaki ibarat kutub selatan.

Disebutkan dalam Kramrisch (1980) bahwa Vaastu mempelajari tentang arah tata letak dengan menggabungkan 5 (lima) unsur atau elemen alam yaitu : - prithvi/tanah (earth), agni/api (fire), tej (cahaya) (light), vayu/angin (wind) dan akash/angkasa (ether), dan menyeimbangkan antara manusia dan material. Bidang-bidang magnet bumi yaitu kutub utara dan selatan serta sinar matahari dan berusaha sebanyak mungkin untuk memanfaatkan pengaruh positif dari sinar matahari dan menghindari pengaruhnya yang negatif. Prinsip ini berpengaruh dalam menentukan arah hadap dan letak bukaan bangunan . Ini salah satu contoh pertimbangan dalam prinsip Vaastu dalam penentuan arah hadap dan tata letak benda dalam ruangan. Ketepatan dalam penentuan arah hadap menurut prinsip Vaastu Shastra dapat mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, begitu sebaliknya apabila tidak tepat akan mendatangkan kesialan, kesakitan dan kesedihan.

Bangunan candi yang masih taat azas Vaastu Shastra menghadap ke timur, yang merupakan arah yang paling menguntungkan karena merupakan arah datangnya cahaya matahari. Dari timur matahari muncul menghalau kegelapan, memberi kehidupan, pembawa kebahagiaan. Vaastu Shastra menyatakan bahwa bangunan yang proporsi dan orientasinya salah akan menciptakan suasana yang kondusif untuk datangnya penyakit, kerusakan dan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun