Mohon tunggu...
devia finawatiazchari
devia finawatiazchari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang,kecuali terang itu sendiri (Pramodya,1981)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah di Balik Obyek Wisata Api Abadi Merapen

18 Februari 2023   08:30 Diperbarui: 18 Februari 2023   08:40 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar :

https://www.google.com/search?q=api+abadi+mrapen&sxsrf=AJOqlzVbOqrT_NTtcT2ETtK3zmMCn91qvA:1676683549848&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi9g4779J39AhWv8XMBHYXeBFgQ_AUoAXoECAkQAw&biw=1366&bih=600&dpr=1#imgrc=tZYHw48a_T3BcM(Godong 18 Februari 2023) Tereletak di desa Manggarmas kecamatan Godong Kabupaten Grobongan obyek wisata api abadi merapen adalah salahsatu destinasi wisata yang cukup unik yang berada di kabupaten Grobogan. Api abadi merapen merupakan  fenomena alam berupa munculnya gas alam yang kemudian menjadi pemicu munculnya percikan api hingga menjadi sumber api alami yang tidak padam 

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat kemunculan api abadi merapen ini berhubungan erat dengan  kisah sunan kalija yang tengah melakukan perjalanan dari kerajaan majapahit menuju ke kerajaan demak dengan tujuan untuk melakukan ekspedisi setelah sebelumnnya kerajan majapahit mengalami keruntuhan hingga menjadikan kerajaan demak sebagai kerajaan tunggal penguasa pulau jawa dan akhirnya menjadi pusat pendidikan dan persbaran agama islam,

Pemindahan kekuasaan yang terjadi masa raden patah tersbut kemudian coba untuk diwujudkan dengan membangun sebuah pendobo atau majid dengan perpaduan unsur hindu dan islam yang dipimpin oleh sunan kalijaga,dalam perjalanan tersebut karena merasa lelah sunan kalijaga beserta rombongan pun akhirnya beristirahat di merapen

Karena merasa haus sunan kalijaga dan para rombongan berusaha mencari sumber air di sekitar merapen namun tak satu pun orang dapat menemukannya hingga akhirnya sunan kalijaga pun berdoa memohon agar mendapatkan sumber air setelah berdoa suan kalijaga menancapkan  tongatnnya dan kemunian menariknnya keluar tetapi buakan mata air seperti yang diharapkan saat tongkat sang sunan di tarik yang muncul justru sumber api melihat hal tersebut sunan kalijaga kemudian memindahkan tongkatnnya beberapa meter dari lokasi awal dan kembali mencapkan tongkatnnya dan kemudian menarik tongkat tersebut untuk kedua kalinnya baru muncul lah sumber mata air yang digunakan para rombonggan untuk minum.

Sumber api yang muncul tersebut kemudian diyakini sebagai itik awal kmunculan api abadi merapen sedangkan sumber mata air di lokasi kedua menjadi sumber mata air yang di sebut dengan sendang dudo. Setelah beristrahat sunan kalijaga beserta rombongan pun kembali melanjutkan perjalanan menuju demak namun setibannya di Demak ompak milik sunan kalijaga tertinggal di merapen, Ompak atau tiang tersebut padahal nantinnya akan digunakan sebagai saka guru masjid agung demak  dengan di temani empu supo sunan kalijaga pergi ke hutan untuk mencari kayu jati yang akan dijadikan tiang saat sampai di hutan sunan kalijaga bertemu dengan Dewi rasa wulan ia adalah adik sang sunan yang sempat lari dari kerajaan tumenggung karena dipaksa menikah hingga akhirnya dinikahkan dengan empu Supo. Suatu ketika sunan kalijaga meminta empu Supo untukmembuat keris dengan memberikan bongkahan besi akhirnnya pergilah empu Supo ke tempat yang dipilih sunan kalijaga yaitu merapen

Saat sampai di merapen empu supo mulai membuat keris yang diminta dengan menggunakan batu bobot sebagai landasan dan api abadi sebagai sumber api yang digunakan untuk menempa keris sedangkan air disendang dudo digunakan untuk mendinginkan keris yang telah ditempa akibatnnya karena dilakukan berkali-kali air di sedang tersebut menjadi keruh dan berbuih seperti mendidih namun tidak terasa panas. Oleh masyarakat sekitar tlah banyak mitos-mitos yang berkembang dan diyakini kebenarannya salahsatu diantarannya adalah tentang batu bobot yang diyakini bahwa siapapun yang dapat mengangkat batu tersebut kelak semua hajatnya akan dapat terpenuhi sedangkan untuk sendang dudo pemberian nama dudo adalah karena di lokasinnya tersebut hanya terdapat satu sendang maka disebut dudo atau tidak memiliki pasangan. Dengan melihat fenomena dan kisah yang melatarbelakangi obyek wisata ini kerap disakralkan dan dikunjugi di hari-hari tertentu untuk dengan maksud berzirah agar medapatkan keberkahan hidup tk hanya oleh warga masyarakat sekitar tetapi juga penggunjung-penggunjung lain dari daerah lain.

Keberadaan api abadi merapen ini tak hannya memiliki daya traik tersendiri bagi para wisatawan,sumber apinnya yang tak pernah padam tersebut beberapa kali digunakan untuk merayakan event-event besar baik nasional maupun internasional seperti upacara keagamaan umat budha dan kegiatan olahraga PON. Sempat ditutup diduga karena sumber apinnya padam karena pengeboran sumur dan covid obyek wisata ini kini mulai dibuka kembeli dan dapat broprasi dengan normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun