Perjuangan ditengah Isolasi Mandiri Covid-19
Covid-19 atau corona merupakan sebuah virus yang menyerang system pernafasan manusia. Virus ini dapat menyerang siapa pun baik anak-anak,remaja maupun orang lanjut usia. Akan tetapi, setiap orang memiliki reaksi berbeda-beda terhadap virus tersebut disebabkan antibody yang dimiliki para penderita. Sementara itu, Virus ini menyebar melalui percikan dahak seseorang maupun kontak langsung dengan penderita. Asal-usul virus ini berasal dari kelelawar yang menularkannya kepada manusia melalui perantara hewan lain, pernyataan tersebut berdasarkan atas studi gabungan WHO-China.
Gejala-gejala yang ditimbulkan menurut kementerian Kesehatan berupa demam 38C, batuk kering, dan sesak nafas. Selain itu, gejala yang ditimbulkan dapat bertambah buruk apabila penderita mempunyai penyakit bawaan. Apa yang harus dilakuakan Ketika seseorang terdeteksi memiliki gejala tersebut? Langkah awal adalah memeriksanya ke dokter  setelah itu menunggu hasilnya keluar.Â
Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, hasil positif atau negative virus korona. Jika seseorang mendapatkan hasil positif maka akan melalukan isolasi mandiri. Apa itu isolasi mandiri? Isolasi mandiri adalah tindakan berupa perilaku seseorang penderita covid-19 harus dirumah saja, tetap melakukan kegiatan untuk menambah imunitas serta melakukan protocol kesehatan dengan ketat.Â
Menurut kementerian Kesehatan ada beberapa protocol Kesehatan isolasi mandiri covid-19 yaitu selalu memakai masker, pengecekan suhu harian, perilaku hidup sehat dan bersih, jaga kebersihan dan Kesehatan rumah dengan cairan disinfektan, dan jika terjadi gejala berlebih seperti sesak nafas dan demam tinggi maka harus menghubungi fasilitas Kesehatan terdekat untuk mendapatakan perawatan lebih lanjut. Waktu yang dibutuhkan untuk isolasi sekitar 10 hari sejak dinyatakan positif virus korona.Â
Setelah itu, penderita dinyatakan selesai isolasi dan terbukti sembuh jika tidak lagi mengalami gejala tersebut. Apakah para penderita tidak bosan dan bagaimana mereka mencukupi kebutuhan sehari-hari? Tentu saja peran masyarakat sangat dibutukan dalam kondisi seperti ini. Mereka dapat membantu dengan mengantarkan bahan-bahan kebutuhan pokok maupun sumbangan sukarela.
10 hari bukan waktu yang sebentar ditambah dengan tidak boleh keluar rumah akan mengakibtakan rasa jenuh dan bosan. Oleh karena itu, para penderita harus memutar otak agar betah dirumah selama isolasi mandiri berlangsung seperti melakukan hobi, memutar music maupun menyiram tanaman.Â
Hal-hal tersebut dapat meminimalisir timbulnya stress berlebih yang akan menurunkan imunitas seseorang. Isolasi mandiri juga menghasilkan kebiasan-kebiasan baru yang jarang sekali dilakukan sebelum adanya virus ini, mereka yang terpapar harus dibiasakan dengan menyemprotkan disinfektan ke permukaan benda yang sering dipegang, selalu memakai masker, rajin berolahraga dan masih banyak kegiatan lainnya. Akan tetapi, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunandi Sadikin mengatakan bahwa ia mendapatkan informasi banyak warga yang meninggal saat melaksanakan isolasi mandiri.Â
Hal ini sangat disayangkan karena mereka tidak mau melapor pada pihak yang bertanggung jawab. Adanya factor beban social yang melatarbelakangi mereka untuk tidak melapor.Â
Selain itu, para penderita harus berpacu agar Kesehatan mental  tetap terjaga. Menurut Dr Sanam Hafeez Ph.D, seseorang yang mengalami panik, kebosanan, paranoia, frustasi, ketakutan, atau peningkatan kesepian merupakan dampak dari isolasi yang berlangsung cukup lama. Selain itu, dapat mengakibtkan gejala depresi dan kecemasan.Â
Sementara itu, beban social yang diberikan kepada penderita virus ini setelah isolasi mandiri selesai belum juga usai, mereka harus menerima ejekan dan intimidasi oleh tetangga sekitar. Para  tetangga mengasumsikan bahwa orang dengan hasil positif covid-19 seolah-olah masih bisa menularkan kepada yang lain. Oleh karena itu, mereka tidak mau mendekatinya dan memilih untuk menghindar. Hal tersebut berimbas pada mental penderita karena mendaptakan pengaruh social dalam masyarakat.