Mohon tunggu...
Devi Tino
Devi Tino Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Musiman

Membaca, menulis, mendengarkan music

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Skripshit

20 Desember 2023   12:30 Diperbarui: 20 Desember 2023   12:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku masih bingung harus aku bawa kemana alur ini?"

"Alur apaan sih Va??" tanya Tania kepadaku sewaktu kita sedang meet up di sebuah cafe. 

"Alur cerita percintaan, keluarga, kuliah... Ah pokoknya banyak lah," aku mengusap rambutku secara gusar. 

"Semua jalan yang nentuin allah Va, lo tinggal ikhtiar aja. Memang jalannya beda-beda. Mungki lo dibuat susah diawal, tapi akhirnya nanti jadi mudah."

   Entah kenapa air mata itu tiba-tiba turun membasahi pipi kananku, "Gue harus sabar gimana lagi Tan?? Sebenarnya gue udah muak sama TA (Tugas Akhir). Apa memang gue dapat dospem Pak Bian untuk melatih kesabaran gue ya?" tanyaku. 

"Yaa, maybe. Itu emang ujian untuk lo, biar lo menjadi orang yang lebih sabar lagi. Lo aja bisa menunggu dia bertahun-tahun, masa iya nunggu dospem lo ngasih acc aja ga kuat. Kuat dong!! Senyum, jangan nangis. Gue tau lo orangnya susah untuk nangis, dan mungkin ini pertama kali gue liat lo nangis."

  Tania benar-benar membuat hatiku lumayan menenang, segala macam cara akan aku lalui demi mendapatkan gelar yang membuat keluargaku bisa tersenyum. Memang drama tentang TA itu benar-benar mengombang-ambing mental. Mental harus kuat, badan harus dipaksa kuat, semua harus kuat. Sebesar apapun cobaannya jalan yang dapat dipilih hanyalah kita harus berjuang sampai akhir.

***

  Pemandangan teman-teman banyak yang sudah sidang membuatku sedikit menginginkan hal tersebut. Dua kata yang selalu aku ucapkan "Kuat dan sabar" memang itu kunci utamanya. Aku tidak menyesal dengan jalanku saat ini. Justru aku sangat menikmati hal tersebut, sehingga aku dapat menjadi orang yang lebih kuat dengan mengerjakan TA. 

    Digazebo Fakultas Seni aku memandangi dedaun yang berguguran satu persatu. Jatuh untuk tumbuh kembali. Suara derap kaki melangkah menuju ketempat keberadaanku. Sehingga membuatku ingin mengumpat. 

"Galau amat lo Va!" ledek Galih sembari menepuk pundakku. 

"Bacot lo!!" akhirnya aku bisa mengumpat setelah kedatangan Galih. Dia satu-satunya laki-laki yang bisa membuat hatiku menenang, karena saat dia datang pasti aku bisa mengumpat. 

"Ngumpat ajaa terus lo, kenapa sih suka gitu??"

"Emang lo pantas digituin Lih, dan setiap lo datang pasti gue abis bimbingan sama beliau. Lo tau kan kalo gue abis ketemu tuh dospem rasanya mau mengumpat??" ucapku menggebu-gebu. Bawaanya semua orang dimuka bumi ingin aku amuk. Aku memang sabar, tapi batas kesabaranku tidak sebanyak itu.

"Yaelah, bawa santai aja kali. Nikmatin prosesnya. Lo bisa Va, lo kuat, sabar. Gue tau setiap lo keluar bimbingan muka lo pasti ditekuk kayak kue leker."

"Sini lo!! Kue leker, kue leker. Bapak lo jualan leker kali," jawabku sambil memukul lengan kekar milik Galih. 

"Auu, sakit Va. Iya iyaa, yaudah yuk ikut gue."

    Aku menatap binar ajakan Galih, karena biasanya Galih selalu mengajaknya ke toko buku atau ke cafe. Demi membalikan mood yang hancur. 

"Mauuu, kemana emangnya? Ikut aja gue mah," jawabku antusias seperti anak kecil yang senang ketika dibelikan permen lolipop. 

"Ke pelaminan, mau kan??" seketika mataku membulat sempurna. 

"MBAHMU!! OGAH GUE!" 

"Yaailahh, bercanda kali Va. Masa iya gue ngajak lo kepelaminan, selesaikan dulu TA lo. Nanti baru-" ucapnya terhenti karena aku mencubit lenggangnya dan mengerang kesakitan.

"Baru? Baru apaan lo?? Makannya jangan asal ngomong lo didepan gue. Ahh gue sleding lo! Yang bener mau kemana?" 

Galih masih dengan raut wajah yang kesakitan, "Sakit Va... Lo mah pake jurus apaan si??"

"Jujutsu. Udah buruan gue sibuk mau diajak kemana ini??"

"Yeuu!! Iya iyaa, biasa lah ketoko buku abis itu nyari makan dah. Gas ga lo?"

"Gas lahh!! penting traktir gue buku 1," jawabku sambil tertawa dan tersenyum kearah Galih. Sayang kita cuma bisa jadi teman saja. Eh, tapi tidak apa-apa lah. 

***

"Akhirnya gue ACC buat penelitian, penantian yang gue tunggu-tunggu bisa terkabul Tan," seruku sangat gembira. Ya, mana mungkin sih aku biasa aja menerima acc dari dospem. Pastinya harus excited itu, karena beliau sangat perfeksionis dan memang susah. Benar kata Tania, alur yang diciptakan beda-beda kuncinya cukup sabar dan ikhtiar. 

"Kan, apa gue bilang. Lo harus sabar dan ikhtiar. Acc kan lo?? Dahlah lanjut penelitian abis itu susun dah sampe bab 5, bulan depan sidang oke??"

     Kalian tidak bisa melihat wajahku yang penuh dengan senyum dihari itu, aku seakan menjadi orang yang sedang bahagia mendapat hadiah. Sebenarnya memang hadiah, yaitu hadiah dari allah yang menyertai dan mendengarkan setiap keluh kesahku. 

"Siap gue sidang bulan depan, gue bisa, gue kuat, gue sabar. Skripshit yang bikin gue shitt shitt terusss! Tetep haengbokhamnida walaupun yaa sekiyaa!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun