Bali yang berusia ratusan tahun bernama Pura Caow Eng Bio.
Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya. Di Pulau Dewata, kekayaan budaya juga tergambar dari berdirinya candi-candi yang berusia ratusan tahun. Salah satu klenteng yang ada di pulau
Kuil Caow Eng Bio
Sebuah bangunan berarsitektur khas China berdiri megah di tepi utara Tanjung Benoa. Warna dominan merah cerah menyelimuti rumah ibadah umat beragama Kong Hu Chu.Â
Rumah ibadah ini dikenal dengan nama Klenteng Caow Eng Bio.Â
Candi ini terletak di Jln. Segara Ening No. 14, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Lingkungan tersebut termasuk dalam wilayah Adat Banjar Darmayasa.
Pura Caow Eng Bio adalah salah satu pura tertua di Bali. Kuil ini didedikasikan untuk memuja Dewi Shui Wei Sheng Nian dan Xiongdi Gong atau dewa laut. Dewi dan dewa-dewa hanya dipuja secara khusus di pura-pura dekat laut dan oleh para nelayan atau orang-orang yang bekerja di bidang pelayaran.
Tidak hanya dipercaya sebagai pelindung laut, Dewi Shui dan Gong Xiongdi juga dipercaya sebagai pelindung masyarakat Hainan khususnya pada masa Diaspora. Sedangkan dalam ajaran agama Hindu yang menjabat sebagai penguasa lautan dan samudera adalah Dewa Baruna. Dia adalah manifestasi dari Brahman yang bergelar Dewa Air.
Lalu, bagaimana pura ini bisa didirikan di Bali?Â
Menurut cerita masyarakat setempat, candi ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Badung sekitar tahun 1548. Raja Pemecutan Badung memberikan tanah kepada saudagar Hainan yang berlayar ke Nusantara untuk membangun candi.
Jadi, ketika para saudagar dari Hainan berlayar ke Nusantara, mereka dirampok oleh bajak laut saat melewati Selat Malaka. Dalam insiden itu, banyak dari mereka terbunuh.Â