Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar covid-19? Takutkah? Kesalkah? Sedihkah? Atau biasa saja?Â
Setiap orang pasti punya perasaan dan tanggapan berbeda mengenai virus satu ini. Pastinya semua itu tergantung dampak yang diterimanya. Juga tergantung bagaimana dia menyikapi setiap dampaknya.
Maka pasti kita temukan orang-orang yang bersyukur dengan setiap keadaan yang dia terima. Ada pula yang mengeluh dan merasa bahwa covid ini adalah musibah yang luar biasa. Pertanyaannya, yang manakah kita? Orang yang bersyukur atau tertekan dengan keadaan?
Satu hal yang harus kita luruskan. Seperti apa pun virus ini dan dampak apa pun yang kita terima. Kita harus sadar bahwa bagaimana pun juga virus ini adalah makhluk Allah, bergerak atas kehendak Allah. Pastinya ia tidak bergerak tanpa sebab atau hikmah.
Maka baiknya kita tidak berlebihan dalam menanggapi virus ini. Maksud dari berlebihan di sini adalah kita menganggap virus ini adalah penyebab dari semua yang terjadi dan masalah yang luar biasa. Lalu, kita tidak menyandarkan semuanya kepada Allah dan tidak mencari pelajaran dari semua ini.
Kita sangat yakin bahwa virus inilah yang salah. Padahal bisa jadi kitalah yang salah di sini. Karena covid itu kan adalah makhluk yang tidak berakal.
'Ah, kamu nggak ngerasain aja. Jadi bisa bilang seperti itu.'
Oke, memang tidak semua orang merasakan dampak luar biasa dari virus ini. Banyak yang harus kehilangan anggota keluarga, harta, jabatan, bahkan ketenangan. Kita juga memang tidak bisa men-judge mereka tidak sabar atau tidak bisa bisa mencari hikmah dari cobaan ini, jika kita tidak terkena dampak seperti itu.
Namun, kembali lagi ke penerimaan kita. Soal itu tidak memiliki nilai, tetapi jawaban kitalah yang akan menghasilkan nilai. Jadi, nilai covid bagi diri kita, ditentukan oleh kita sendiri. Perihal kehilangan, sejak awal kita memang tidak memiliki apa pun, kan?
Hakikatnya semua adalah milik Allah. Kita hanya 'dititipi' oleh Allah. Rasa kehilangan hadir ketika kita merasa memiliki sesuatu. Hal itu juga yang membuat kita terjatuh dan sengsara.