Saat ini kita sedang dihadapkan dengan pandemi yang belum juga berakhir. Banyak hal yang berubah dan terus berubah untuk menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Dampak yang disebabkannya pun dirasakan semua orang, baik yang terjangkit virus ini atau tidak.
Namun, ada yang lebih berbahaya dibandingkan virus itu sendiri. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan sakitnya fisik seseorang. Pada kenyataannya, mental orang-orang yang terjangkit maupun tidak, ikut terinfeksi. Menyebabkan banyak kekhawatiran serta pikiran yang negatif bermunculan.
Tidak bisa dipungkiri, sikap mental kita dalam menghadapi sesuatu atau menghadapi wabah ini, lebih penting dari kesiapan fisik kita. Mengapa? Karena ketika mental kita yang bermasalah, tubuh kita ikut bereaksi dan memberikan efek negatif pula.
Terlebih mental kita yang tidak siap menerima situasi, akan membuat tubuh kita merasa lemah. Alhasil, kita akan lebih sakit karena kekhawatiran tersebut.
Sesuatu yang tidak terlihat jauh lebih penting dibandingkan dengan yang terlihat. Ketika kita dihadapkan dengan dua hal antara aman dan makan, mana yang lebih penting?
Kenyataannya kita tidak bisa makan dengan nyaman dan menikmati makanan tersebut jika kita tidak merasa aman. Begitu pula dengan kondisi kita saat ini.
Bahkan, tidak sedikit dari kita yang menganggap virus itu sendiri adalah musuh. Sehingga terus menambah persepsi-persepsi negatif, yang membuat kita tidak bisa merasa siap dalam menghadapi pandemi ini. Apakah benar virus ini musuh dan dia yang pasti salah?
Sesungguhnya, virus juga sama-sama makhluk Allah. Dia bergerak atas perintah Allah. Mungkin dengan adanya virus ini, kita disuruh untuk introspeksi diri. Mengapa? Sebab bisa jadi virus ini adalah teguran atas diri kita yang sudah melampaui batas.
Maka yang salah bukan virusnya, tetapi kita. Seperti halnya ketika banjir datang, bukan air yang salah karena datang ke tempat kita, mungkin kita yang salah karena menempati tempat mereka. Jadi, bukan virusnya yang harus berubah, tetapi kita.
Kita bisa memulai dengan mengubah pola pikir kita tentang apa yang menimpa kita. Mungkin hadis di bawah ini bisa memberikan kita gambaran, bagaimana seorang muslim harusnya bersikap.
"Dari Siti Aisyah RA, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha'un, lalu Rasulullah SAW memberitahukannya, 'Zaman dulu tha'un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha'un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha'un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,'" (HR Bukhari).