Mohon tunggu...
Devi Novianti Fernanda
Devi Novianti Fernanda Mohon Tunggu... Operator - Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Seorang muslimah yang sedang jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai caranya untuk menebar manfaat, menasihati diri, dan berdakwah. Buku pertamanya yang berjudul "Sayap Hijrah" akan segera terbit. Instagram: @denov_fer. Facebook: Devi Novianti Fernanda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Punya Banyak Impian, Kapan Terealisasi?

17 Agustus 2021   18:39 Diperbarui: 17 Agustus 2021   18:40 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kamu punya banyak impian? Namun, banyak yang belum terwujud? Memang boleh jika impian kita banyak? Tentu saja boleh. Namun, yang bahaya itu jika impian banyak, geraknya tidak ada. Memang ada yang seperti itu? Ada, kok. Mungkin saya atau kamu salah satunya. Tidak ada yang tahu.

Coba, deh, sekarang kamu tanya kepada dirimu sendiri. Apakah ada impian yang belum terwujud sampai sekarang? Atau bahkan banyak? Nah, dari semua impian itu, coba kamu cari tahu apa kendala terbesar yang kamu alami. Apakah berasal dari dalam dirimu atau dari luar? Saya rasa, kendala terbesarnya pasti dari dalam diri sendiri. Setuju? Ya, itulah yang saya rasakan.

Seringkali apa yang kita inginkan tidak berbanding lurus dengan gerak kita. Inginnya bangun pagi, tetapi malah kesiangan. Inginnya lari pagi, tetapi malah rebahan. Atau hal lainnya yang kita tidak bisa tegas pada diri sendiri. Biasanya penyakit utamanya itu rasa malas, lalu sekarang ada lagi satu penyakit baru. Apa itu? Insecure atau tidak percaya diri.

Tidak percaya diri melihat pencapaian, kehebatan, bahkan kepopuleran orang lain. Merasa bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, atau tidak berharga. Tentu saja bukan apa-apa. Memang mau jadi apa ketika gerak saja masih susah? Jelas kita berbeda dengan orang lain karena mereka bergerak lebih dulu dari kita. Mereka berjuang lebih baik dari kita. Ketika kita masih banyak berpikir, mereka sudah mulai berproses. Maka tertinggallah kita.

Berpikir itu bagus, tetapi jika yang kita pikirkan hanya tentang hasil, kapan kita akan maju? Sedangkan tugas kita itu adalah tawakal dan berusaha. Hasil bukanlah bagian kita, tetapi Allah Ta'alla yang menentukan. Jadi, tidak perlu pusing-pusing memikirkan sesuatu yang bukan kuasa kita. Hal ini hanya akan menghambat kita untuk melangkah. Tenang saja, Allah tidak akan zalim, kok. Percaya, kan? Wajib.

Jika kita ingin menyusun strategi dulu, tidak masalah. Namun, sebagus apa pun strategi yang kita miliki jika kita tidak memulainya, sama saja bohong. Realisasi itu penting. Maka dari itu, kita harus mulai melangkah. Dunia ini tidak akan menunggu kita. Kita hanya akan terus tertinggal jika terus diam di tempat.

Hidup pun terus berjalan bukan? Entah besok masih bisa kita jalani atau tidak. Pastinya jika besok adalah hari kematian kita, kita akan sangat menyesal karena belum melakukan apa-apa. Sayang sekali bukan? Waktu yang Allah beri menjadi tidak berarti.

Selama kita masih punya kesempatan. Ini saatnya kita bergerak untuk mewujudkan impian-impian kita. Mulailah dengan percaya kepada pencipta dan percaya kepada dirimu sendiri. Karena jika bukan kamu yang percaya dengan kemampuanmu sendiri, siapa lagi yang akan melakukannya? Berharap kepada makhluk itu menyakitkan. 

Tidak peduli setinggi apa pun impian itu, kita akan bisa mewujudkannya jika kita mau berikhtiar dan berusaha. Sebaliknya, meskipun impian kita sederhana, tidak akan bisa kita wujudkan jika tidak ada usaha bahkan kemauan di dalamnya.

Ayo bergerak, bukan melambat ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun