Bahkan waktunya didedikasikan untuk duniawi. Bukan pada akhirat nanti. Orang dewasa menjadi begitu agnostik. Menjadi begitu realistis, bahwa semua harus tersaji dalam bentuk fakta. Sejati. Bukankah yang tak terungkap kini biarlah menjadi rahasia sang ilahi.
Â
Dan manusia semakin ingin melampaui. Kuasa Tuhan dengan menjadi Tuhan. Orang dewasa telah menyalah artikan tugas mereka sebagai khalifah dibumi. Lalu menciptakan aturan-aturan sendiri. Menyingkirkan Al-Qur'an berdebu dilemari. Untuk menciptakan keadilan. Keadailan yang hanya bagi mereka saja yang dapat mengikuti. Perubahan yang entah kemana mengalir.
Â
Mengupas kegilaan orang dewasa tak akan pernah berhenti pada titik. Dan semua orang akan terus terbawa pada arti kedewasaan yang mengeri. Sampai arti dewasa itu kembali. Kembali pada khakikatnya yang khakiki.
Â
Dan aku yang membenci ini. Akan terus mencintai jalan yang aku pilih. Jalan yang memusuhi arti kedewasaan yang seperti ini. Arti kedewasaan yang telah bercampur dengan tipu daya Iblis didalamnya. Meski tak dapat kututupi aku mungkin akan menjadi teracuni. Tapi aku akan menjadi diri yang sesederhana. Bocah lugu yang memandang hidup adalah bagian dari kegembiraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H