Â
Lalu setelah lelah, mereka duduk ditaman kota. Menikmati senja seusai pulang bekerja. Tanpa sengaja bertemu dengan pengemis renta. Dan memberi derma. Tapi itu bukan derma, melainkan membayar puji dari sesama.
Â
Orang yang mengaku dewasa itu juga lemah. Mengaku beragama. Tapi kerap kali tertipu oleh Iblis yang menjelma. Atau menjadi menyalahkan Tuhan atas takdir yang telah ada. Padahal ia yang menciptakan takdirnya.
Â
Orang dewasa itu mengganti arti Tuhan.
Aku selalu diajarkan bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk menyembah Tuhan. Bukan satu-dua tahun bahkan belasan tahun aku mempelajari bahwa Tuhan itu satu. Dan pedomanNya adalah kitab-kitab Nya. Tapi menjadi dewasa sepertinya adalah sebuah perubahan total. Karena seketika Tuhan menjadi sekedar nama. Yang hanya di yakini tapi tidak lagi diimani.
Â
Hanya sedikit orang saja yang sanggup bertahan. Walau kadang tetap terbawa racun kedewasaan. Tuhan menjadi dongeng yang hanya layak bagi anak kecil. Karena kenyataannya setelah dewasa adalah kita hidup untuk uang. Kita hidup demi memerdekakan Tuhan atas nama uang. Dengan dalih bekerja adalah sebagian dari keimanan. Tapi bukankah sekali lagi mereka menipu diri. Bahwa mereka telah menjadi budak dari uang.
Â
Time Is Money.
Â