Mohon tunggu...
Deva Yohana
Deva Yohana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengupas seputar dunia komunitas sampai tuntas - Aktif bergerak di isu pendidikan dan literasi - Pecinta buku, sastra, dan bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Merayakan 5 Tahun Menjadi Relawan

15 Agustus 2023   20:16 Diperbarui: 15 Agustus 2023   20:27 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi relawan pengajar pada acara Denai Aksara yang diadakan oleh Teruntuk Project (sumber: Dokumentasi Pribadi)

Agustus bisa dibilang sangat istimewa bagi saya. Selain merupakan bulan kelahiran, di bulan ini juga untuk pertama kalinya saya terjun di komunitas sebagai relawan. Tepatnya pada Agustus 2018, terhitung lima tahun yang lalu.

Ya, tahun 2023 ini saya merayakan lima tahun kiprah saya menjadi relawan. Kenapa saya begitu bangga, padahal ini pekerjaan sukarela?

Memang, tidak sedikit orang, bahkan orang terdekat saya, yang bilang pekerjaan kerelawanan hanya membuang waktu dan tenaga. Kok mau-maunya sudah memeras pikiran dan tenaga tapi nggak dibayar dengan uang.

Saya malah berpikir sebaliknya. Fokus saya bukan sekadar mendapatkan uang atau tidak dari pekerjaan ini, tetapi saya ingin mengembangkan diri dalam berbagai aspek dan yang paling penting adalah saya menjadi lebih mengenal diri saya sendiri.

Lalu,  apa saja yang saya dapatkan sepanjang lima tahun menjadi relawan dan kenapa saya merasa sangat bangga?

Mengenali Tiga Kekurangan Terbesar

Sebagai manusia, tidak bisa dipungkiri saya memiliki banyak kekurangan. Akan tetapi, ketika pertama kalinya bergabung di komunitas menjadi relawan, saya menyadari tiga kekurangan terbesar saya.

Pertama, saya merasa takut berkenalan dan bersosialisasi dengan orang baru. Kedua, saya kurang lancar dalam berkomunikasi secara verbal. Ketiga, saya memiliki citra diri yang buruk.

Saya bertanya-tanya, apabila saya serius untuk terjun di komunitas dan menjadi relawan, apakah masih relevan untuk mempertahankan kekurangan-kekurangan tersebut? Jawabannya, tentu saja, tidak.

Butuh waktu yang sangat lama untuk bisa sedikit demi sedikit dapat mengatasinya, bahkan sampai sekarang saya masih memperjuangkannya.

Belajar Mengelola Insecure

Saya adalah orang yang tidak percaya insecure bisa dihilangkan. Berada di lingkungan baru selalu saja membuat saya merasa insecure karena berbagai alasan, apalagi jika memasuki komunitas baru yang ikatan 'circle' anggota di dalamnya sangat kuat dan memiliki background yang berbeda dengan saya.

Bisakah saya beradaptasi dan menjadi bagian dari mereka? Itulah pertanyaan yang muncul dalam benak. Meskipun begitu, saya percaya perasaan insecure bisa dikelola.

Itulah mengapa bergabung di berbagai komunitas dengan fokus isu yang berbeda, yang mengharuskan saya bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, menjadi medan tempur bagi saya untuk menantang diri agar menjadi lebih berani dan dapat mengelola perasaan tersebut dengan baik.

Menambah Kepercayaan Diri

Impact dari mengenali dan mencoba mengatasi tiga kelemahan terbesar di atas, ditambah tantangan untuk bisa mengelola insecure, adalah adanya peningkatan pada rasa kepercayaan diri saya. Ini merupakan perkembangan diri saya yang cukup signifikan selama lima tahun terakhir.

Pertanyaannya, apakah semua komunitas berdampak positif terhadap keadaan mental saya? Jawabannya tidak. Ada satu komunitas yang cukup membuat mental saya terpuruk. Arrrgh, bukankah berinteraksi dengan manusia akan menghasilkan dua sisi? Ada sisi buruk, ada juga sisi baik. Jadi, dibawa santai saja.

Melatih Empati

Saya percaya, di mana pun tempatnya kita perlu untuk berempati. Menjadi relawan adalah pilihan yang tepat untuk melatih sikap tersebut, baik itu berupa cognitive empathy, emotional empathy, maupun compassionate empathy. Dengan berempati, kita tidak akan mudah untuk menghakimi sesuatu dan dapat memandang sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.

Semakin Mencintai Indonesia

Terakhir, efek yang cukup mengejutkan selama menjadi relawan adalah saya semakin mencintai Indonesia dengan segudang masalahnya. Saya tidak ingin lagi mengejek negeri ini, tetapi mencoba melakukan sesuatu untuk turut serta membuatnya sedikit lebih baik. Mungkin apa yang saya lakukan dengan menjadi relawan tidaklah berarti apa-apa untuk negeri yang seluas ini, apalagi saya berkontribusi pada hal-hal kecil.

Bagi saya, kehadiran relawan adalah penyeimbang ekosistem dan bagaikan oase di tengah huru-hara kehidupan yang semakin tidak menentu. Bukan ingin dianggap sebagai manusia yang paling baik, menjadi relawan adalah panggilan hati. Selamat merayakan lima tahun menjadi relawan! Panjang umur kebaikan dan niat-niat baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun