Mohon tunggu...
Deva Risma
Deva Risma Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah healing terbaik

Menulis agar kamu menjadi waras

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki di L300

23 Agustus 2021   14:19 Diperbarui: 23 Agustus 2021   14:24 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya kuliah di Banda setiap Sabtu Minggu. Senin sampai Jum'at saya bekerja di Meulaboh," jelasku.

"Oh begitu, jadi kerja apa di sana?" dia semakin bersemangat menanyakan tentangku.

"Di hotel, Bu!" sahutku lagi. Aku yakin setelah mendengar jawabanku. Perempuan berhijab lebar ini semakin negatif berpikir tentangku. Karena bukan sekali dua. Orang-orang menunjukkan langsung pikiran negatifnya terhadap pekerjaanku sebagai karyawan hotel.

"Memangnya orang tua kerja apa? Kok adek mau kerja di hotel segala?" tanya dia lagi dengan wajah khawatir.

"Orang tua saya pegawai negeri, Bu. Saya hanya ingin mandiri!"  sahutku.

"Ya ampun, Dek. Kalau Ibu, tidak akan membiarkan anak gadis sepertimu kerja di hotel!" serunya lagi tanpa memikirkan perasaanku yang sebenarnya sudah sangat tersinggung.

"Memangnya kenapa, Bu. Kalau kerja di hotel. Saya tidak merasa hal-hal yang aneh di sana. Kami di sana tidak memakan riba, juga tidak menerima tamu-tamu yang bukan pasangan suami istri," sahutku sedikit detail.

"Iya, maksud ibu bukan begitu. Karena, melayani tamu yang entah berantah dari mana. Seperti adek 'kan perempuan kerja sampai tengah malam. Gimana ya kurang baik!" sahut dia lagi. Dia berusaha keras untuk menyudutkan pekerjaanku.

"Maaf, Bu. Di hotel tempat saya kerja atau di beberapa penginapan lain perempuan hanya bekerja di shif siang. Sedangkan shif malam itu lelaki. Lagian bekerja di hotel bukan melayani tamu tidur, pekerja di hotel hanya melayani untuk tamu tidur. Hotel itu menyediakan fasilitas untuk menginap." Aku ingin sekali menjelaskan lebih detail. Agar jangan menganggap kerja di hotel seperti bekerja di klub malam di kota metropolitan sana.

Dia menatapku lekat, entah dia mencari api  kemarahan yang ingin kutumpahkan. Tapi, aku masih pandai memoles wajah bahwa aku tidak apa-apa. Karena, sudah terbiasa seperti ini. Disudutkan dengan pekerjaanku. Padahal aku cukup tahu, bagaimana tempat kerjaku.

 Owner dan pemilik hotel yang cukup terkenal di kota yang diapit oleh laut ini. Beliau menegaskan semua karyawan harus menjaga salat, tidak boleh membawa teman laki-laki ke hotel, memakai pakaian yang sopan. Bahkan kami tidak dibenarkan memakai baju yang ketat, celana jeans dan membuka kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun