Mohon tunggu...
Devani Herast
Devani Herast Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Humanisme Sebagai Musibah atau Anugrah

26 Mei 2017   20:54 Diperbarui: 26 Mei 2017   20:55 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal pertama yang kita pikirkan setelah mendengar kata “Humanisme” pasti hal positif yang muncul. Memang benar jika kemanusiaan itu hal yang baik. Sering kali orang-orang mengartikan kata “Humanisme” sama dengan kata “Kemanusiaan. Tidak bisa dipungkiri itu juga salah satu maksud dari paham persebut. Paham Humanisme telah dikenal sejak abad keempat belasan. Tapi apakah paham ini menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia untuk kedepannya? Atau malahan akan menimbulkan perubahan dan bencana yang tak seharusnya timbul? Semua jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini dikembalikan kepada kita sebagai makhluk sosial, manusia.

Tidak jarang orang-orang berpikir bahwa manusia adalah objek terpenting dalam kehidupan. Tanpa ada manusia, apa yang bisa kita temui di duna ini? Akal manusialah yang merancang dunia ini sedemikian rupa, seperti apa yang bisa kita rasakan sekarang. Teknologi maju yang bisa kita akses. Transportasi melewati laut dan udara yang dapat kita nikmati dengan mudah. Hampir segala hal di dunia ini yang bisa kita manfaatkan, semua berkat manusia.

Dalam paham humanisme ini tersirat pesan bahwa kita harus menganggungkan manusia di atas segalanya, sampai-sampai posisi Tuhan bisa tergeser. Sebagai seseorang yang tumbuh dengan agama, pasti kita diajarkan bahwa Tuhan adalah penguasa segalanya. Semua hal pasti datang dan ada karena kekuasaan Tuhan semata. Tak sedikit orang yang tumbuh tanpa agama dan mengaggung-anggungkan diri mereka sendiri karena mungkin mereka berhasil membuat atau menunjukkan kehebatannya pada dunia. Beberapa mereka menganggap bahwa Tuhan tidak ada dan mereka menganggap bahwa manusialah kunci kehidupan. Jika kita mudah terpengaruh, tak sedikit pula dari kita yang memeluk agama ikut terseret mengikuti paham ini.

Humanisme bersumber pada hukum alam yang manusia analisa. Hanya manusialah makhluk yang diberi akal dan nafsu. Hanya manusia yang bisa menciptakan dan menghancurkan yang ada di dunia ini. Apa yang hewan dan tumbuhan bisa lakukan jika manusia sudah berkehendak? Jika humanisme benar-benar bisa meracuni pikiran manusia-manusia di dunia ini akan bahaya. Jika hal itu terjadi, apa ada orang yang mau beribadah pada tuhan dan mengunjunggi tempat-tempat ibadah? Parahnya, apakah jika manusia itu menganggap manusia objek terpenting bisa memutuskan manusia mana yang terpenting dan terbaik di dunia ini? Manusia memiliki ego yang berbeda-beda, perang dan perselisihn akan timbul jika paham ini semakin menyebar.

Paham ini masih abstrak dan tidak jelas keberadaannya. Mungkinkan paham ini akan menguasai dunia dengan mudah karena bukti-bukti yang ditemukan para humanis sangat kuat.  Sebagaian dari mereka adalah orang tersohor. Cukup mudah bagi mereka untuk menguasai pikiran manusia di dunia ini karena kemajuan teknologi. Namun sebagai manusia yang diberi akal untuk berpikir dan beriman. Kita perlu membentengi diri dari suatu paham yang bisa merusak kestabilan hidup yang sudah dibangun ssebelum manusia ada di dunia. Kemanusiaan memang diperlukan namun, sebagai manusia kita harus tau batasan-batasan yang bisa seorang manusia lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun