Mohon tunggu...
Deva Lazuardi Prabantoro
Deva Lazuardi Prabantoro Mohon Tunggu... Lainnya - siswa SMAN 28 Jakarta

Manusia yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cerpen: Pengalaman Tak Terlupakan

22 November 2020   11:40 Diperbarui: 22 November 2020   11:51 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: porttechnology.org

Musim panas 1999, semua perlengkapan sudah siap, namun aku masih tidak rela meninggalkan kamarku yang nyaman ini, aku pun mencoba membereskannya sebaik mungkin sebelum aku tinggal berlibur. "Hei Bob, cepatlah kalau tidak kau aku tinggal nih!" Terdengar dari luar jendela, seuara jean yang memenggil ku untuk segera masuk ke mobil. Hari ini semua sangat sibuk, aku pun segera turun dan menuju mobil, " Dasar Siput!" 

Ucap jean kepada ku, karena keterlambatanku. Pagi itu jam 6.30, kami berempat Jean, Ashura, Odin , dan aku pergi menuju ke pantai. Ide ini memang sudah lama menjadi perbincangan kita sejak semester lalu. Meskipun aku tak terlalu memikirkannya namun aku pikir ini akan menambah pengalaman yang tak terupakan dengan teman-teman ku sebelum kelulusan nanti.

Di dalam mobil, teman -teman ku sangat sayik sekali mengobrol namun aku hanya memperhatikan jalanan yang sedang kami lalui, pemandangan tanah lapang dan tempat-tempat yang belum pernah ku lalui sebelumnya. " Wah akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, aku pikir ini akan menjadi liburan yang terindah kita hahahaha." Ucap Ashura sembari menyetir di mobil.

" Hahahaha, tentu saja bung, menghabiskan 2 hari liburan di pantai bersama, rasanya pasti sangat seru, tentu saja ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan kita berempat nantinya." Ucap Odin kepada semuanya. "Ya, semoga saja kita diberkahi umur panjang, jadi nanti saat kita sudah dewasa kita bisa bertemu dan meningat masa-masa ini hahahahaha." Ucap Jean dengan ekspresi senangnya.

Perjalanan kami memakan waktu selama 3 jam, dan setelah itu kami pun sampai di pantai pilihan kami. " Woo, sampai juga kita" ucap Ashura. " Hei kalian, jangan senang senang dahulu, siapkan barang-barang ke penginapannya!" ucap Jean kepada aku dan yang lainnya, aku pun bergegas keluar dari mobil dan membuka bagasi untuk mengambil barang ku. 

Setelah kutemukan barang ku, segeralah aku masuk ke penginapan yang sederhana itu, disana aku disambut baik oleh petugas penginapan, lalu beliau menanyakanku beberapa pertanyaan dan kemudian memberiku kunci kamar. Setelah semua barang sudah selesai dipindahkan, waktu menunjukan pukul 12.00, kami memutuskan untuk makan siang bersama di kantin yang tersedia di penginapan.

"Setelah ini kita akan melakukan apa?" Ucap Jean, sembari menyantap makanannya.

"Bagaiman dengan naik kapal, melihat pemandangan laut dan memancing?" Ucap Odin kepada jean dengan rasa senang yang tampak dari raut mukanya.

"Wah ide bagus itu, Aku sangat setuju, aku sudah lama aku tidak memancing hahahahaha." Ucap Ashura dengan semangat.

"Menurutmu bagaimana Bob? Apakah kau keberatan jika kita ingin naik kapal?" Ucap Jean kepada ku.

"Hmmm, sepertinya itu ide yang cukup bagus, lagi pula aku juga ingin melihat pemandangan sekitar" Jawab ku, meskipun aku tak terlalu peduli.

" Baiklah, kita naik kapal setelah ini." Ucap Jean kepada ku dan semua temanku di meja makan.

Tepat pukul 14.00, aku keluar dari kamar penginapanku, kulihat Jean sedang berbicara dengan pemilik kapal , sepertinya dia ingin menyewanya. Ashura dan odin sedang berdiri berbincang di tepi pagar yang menghadap kearah laut itu, terlihat awan mendung dari kejauhan yang datang mendekati bibir pantai, namun sesekali angin menghembusnnya dan kembali cerah. " Hei kawan-kawan, sudah ku sewa ni, ayolah kita naik!" Ucap Jean dari kejauhan dengan mata yang semangat. Aku pun segera beranjak dari balkon dan berlari ke kapal. Semua terlihat sangat senang.

Kami pun naik dan berlayar selama 30 menit. Kemudian, kulihat awan semakin menebal, kusarankan kepada jean untuk setidaknya kembali dulu ke tepi, dan melanjutkannya besok, karena aku khawatir dengan awan yang sudah sangat gelap berada di kejauhan.

" Hei Jean apakah sebaiknya kita sudahi dulu? Keliatannya awannya tidak bersahabat, aku hanya khawatir akan terjadi badai." Ucap ku dengan nada pelan. "Ya, aku pikir awan itu semakin menjadi, dan sepertinya awan itu sedang menuju ke arah sini, sepertinya menunda adalah pilihan yang bagus Bob." Jawab Jean kepadaku. Ashura dan odin pun juga setuju mendengar percakapanku dengan jean.

"Oke teman-teman sepertinya kita tunda dulu tur dengan kapal hari ini, kita jadwalkan ulang besok hari." Ucap jean kepada ku dan 2 orang teman kami. Namun, baru saja jean melontarkan kata-kata tersebut, tiba tiba petir menyambar sangat keras dan sangat dekat dengan kapal, kami berempat pun terkejut bukan main. 

Jean pun segera mengambil alih kemudi dan mengarah kan kapal meuju ke pantai, "Whoooossshhhh." Ombak laut semakin menjadi, gelombang dan arus laut sangat kuat membuat kapal kesulitan untuk menuju ke pantai ditambah hujan deras turun mempersulit komunikasi kami berempat. " Turunkan jangkarnya Bob!" Seru Odin kepada ku, aku pun bergegas menurukan jangkarnya dibantu dengan Ashura, setelah berhasil, kami pun memutuskan berdiskusi .

Di dalam ruang kemudi, kami pun berencana untuk menunggu badai selesai, namun setelah 3 jam menunggu badai tak kuncung mereda. Jam menunjukan pukul 17.00 sebentar lagi siang berganti malam, sedang bekal yang kami bawa rupanya hanya cukup untuk 2 jam di kapal saja, beberapa saat kemudian,

"Hei kawan-kawan! Ombaknya sudah mulai stabil, hujannya juga sudah tidak sehebat tadi!" Seru Odin kepada kami semua.

"Syukurlah, kalau begitu kita langsung saja menuju ke daratan!" Seru Jean kepada kami.

"Lepaskan jangkar! Kita akan menuju ke daratan!" Seru Jean dengan pecaya diri.

Aku dan Ashura pun segera menarik jangkar kapal, kemudian "Broooooom" terdengar suara mesin kapal sudah menyala, kami pun menuju daratan.

Meskipun ombak sudah tidak terlalu ganas, namun kapal kami masih cukup kesulitan untuk melawannya. " Hei apa kita bisa sampai ke sana ?" Tanya Odin keapada Jean. " Tentu saja, sedikit lagi kita pasti sampai." Jawab Jean kepada Odin. Kemudian dari belakang terdengar suara ombak yang keras, aku pun menoleh kebelakang dan sangat terekejut mengetahui ombak itu.

Ombak itu sangat besar, seperti gunung yang berada di lautan, suaranya sangat keras, ditambah dengan gemuruh dan kilat yang menyambar, sungguh pemandangan yang sangat hebat dan menakutkan.

Teman-teman ku yang melihatnya juga sudah tidak bisa berkata-kata melihat ombak yang sangat besar itu, dengan ekspresi yang ketakutan dan tidak berdaya, mereka hanya berdoa dengan tatapan kosong, aku pun juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa, energiku sudah banyak habis untuk bekerja menguras air dari hujan yang berada di kapal dan juga kekurangan makanan. 

Kemudian ombak itu semakin mendekat, sangat dekat. Dan akhirnya mengenai kapal kami, guncangan ombak memporak-porandakan kapal kami, aku juga tidak tahu apa yang terjadi dengan teman-temanku, semua terjadi begitu cepat. Aku hanya ingat dikelilingi air, suara gemuruh petir yang tidak begitu jelas. kemudian aku tidak ingat apa apa lagi, hanya itu saja ingatan terkahirku berasama- teman teman. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun