Oleh : Deva Khoirun Nisak /19110058
Ummu al-Qāsim binti Khuwailid bin Asad Al-Quraysyiyah Al-Asadiyah atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Siti Khadijah merupakan sosok wanita solehah yang pertama kali mempercayai dan meyakini ajaran Nabi Muhammad SAW sekaligus istri pertama berliau. Ia merupakan sosok wanita terhormat yang memiliki banyak keutamaan salah satunya dapat dilihat dari sifat dan akhlaknya. Bahkan dari sifatnya tersebut menjadikan Siti Khadijah sebagai wanita yang masuk surga karena kepribadian yang mulia seperti yang telah banyak di riwayatkan para ahli hadis.
Imam Al-Bukhari, meriwayatkan dari jalur Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda : “ Wanita yang paling baik pada jamannya yaitu Maryam Putri Imran dan wanita paling baik pula di jamanya adalah Khadijah.” Siti khadijah merupakan sosok wanita yang dianggap shalehah dalam islam karena sebelum masuk serta mengenal ajaran agama islam sudah terlihat bagaimana sifat dan akhlanya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Mungkin hal tersebut dikarenakan Siti Khadijah di didik oleh orang tuanya yang sangat menganjurkan Ahlakkul Karimah. Sehingga ciri-ciri Siti Khadijah sebagai wanita shalehah dapat dilihat dari bagaimana cara ia bergaul dan berprilaku sejak semasa kecil, remaja sampai akhir hayatnya.
Siti Khadijah merupakan ketururnan suku Quraisy, ia terlahir dari pasangan Khawalid bin Asad dan Fatimah binti Zaidah yang memiliki silsilah yang baik. Ayahnya berasal dari silsilah yang terhormat dan terkenal kaya raya serta sangat dermawan. Ayahnya terkenal sebagai pedagang sukses karena usahannya yang selalu berhasil dan maju sebagaimana seperti pendangan bangsa Arab pada masanya. Sedangkan ibu Siti Khadijah nasabnnya berujung pada seorang tokoh Quraisy yaitu Amir bin Lu’ai dan neneknya bernama Halah binti Abdul Manaf yang juga memiliki garis keturunan yang sangat baik, kaya raya, serta suka membantu sesama yang membutuhkan. Sehingga dilihat dari semua nasab baik dari ayahnnya maupun dari ibunya sendiri, Siti Khadijah memiliki garis keturunan yang sangat baik dan sangat di hormati di suku Quraisy karena sikap kepribadian dari keluarganya.
Kepribadian ayah dan ibunya menurun kepada Siti Khadijah sedari masih kecil dimana ia hanya diajarkan untuk beribadah kepada Tuhan, dan pada masa itu kota Mekah sedang riuhnya dengan dunia malam. Sehingga pada masih kecilnya siti Khadijah di panggil Ath-Thahirah yang artinya wanita yang suci. Panggilan tersebut merupakan gelar pertama yang disematkan padanya karena waktu masih kecil Siti Khadijah sangat menjauhi segala sesuatu hal yang dapat merusak akhlaknya sesuai yang di ajarkan oleh ayahnya. Sehingga Siti Khadijah juga termasuk dalam kategori wanita yang sangat menjaga harga dirinya sehingga ia layak mendapatkan gelar tersebut.
Selain itu, gelar lain yang diberikan kepada Siti Khadijah adalah Sayyidah Nisā’ Quraisy (Pemuka perempuan Quraisy), karena ahlak mulia Siti Khadijah yang selalu memberikan perlakuan yang mulia terhadap para perempuan tanpa melihat pekerjaan serta kebiasaan mereka. Ia juga terkenal dikalangannya dengan sifat yang pendiam dan tidak mau mendekati hal-hal yang menurutnya bisa menyebabkannya terjerumus ke hal yang tidak baik.
Namun Siti Khadijah sangat berbudi mulia sehingga meskipun wanita yang sering berpesta datang ke rumahnya beliau tetap menerima dengan senang hati, ia juga merupakan wanita yang tidak disibukan dengaan mengurusi urusan orang lain ,membicarakan mereka serta membicarakan masa depan dunianya. Karena Siti Khadijah sangat membenci pembicaraan yang menurutnya tidak penting dan tidak memiliki hikmah sama sekali dan pembicaraan yang dapat menyakiti hati ataupun menyinggung perasaan orang lain.
Siti Khadijah sangat rajin dan fokus dalam beribadah, karena sebelum islam datang Siti Khadijah diriwayatkan telah terlebih dahulu menganut agama ḥanīf (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang pada manhaj tauhid. Ia belajar tentang berbagai ilmu tauhid dengan anak pamannya yaitu Warakah bin Naufal yang sekaligus sebagai guru spiritualnnya.
Sehingga Siti Khadijah tidak pernah mendekati berhala-berhala yang banyak di sembah oleh masyarakat Arab pada umumnya. Siti Khadijah menyembah Tuhan yang menciptakan alam semesta, ia juga memiliki keimanan yang kuat tentang akan adannya hari kebangkitan, hari pembalasan, baik syurga maupun neraka.
Siti Khadijah sudah mengetahui semua itu karena ajaran yang telah disampaikan oleh pamannya Warakah bin Naufal, ia juga mempelajari kitab-kitab seperti injil dan taurat, sehingga dengan semua ilmu pengetahuan yang dimilikinnya menjadikannya sebagai seseorang yang taat dalam beragama, berjiwa besar, serta mencitai dan menyanyangi sesama manusia. Dan ajaran yang diterima dari pamannya tersebut, diyakini oleh Siti Khadijah dengan keimanan yang sangat dalam, sampai menembus hatinya serta mempengaruhi kejernihan pikiranya, dan mengajaknya untuk terus merenungi tentang kekuasaan Allah, pahala, siksaan dan berbagai hal yang menurutnya banyak memberikan manfaat yang baik dalam kehidupannya.
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah sudah pernah menikah dua kali. Yang pertama dengan Athiq bin Abid yang kemudian wafat dan menikah lagi dengan Nabasyi bin Malik yang kemudian wafat juga. Sehingga Siti Khadijah menjadi janda sebanyak dua kali, namun karena kecerdasannya dalam mengembangkan bisnis suaminya terdahulu ia terkenal sebagai wanita janda kaya raya dan sukses dari usaha perniagaan.
Dari sinilah pertemuan pertama Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah yang berawal dari rangka hubungan kerja, yang kemudian membuat khadijah kembali terkesan. Hatinya kembali tertambat kepada Muhammad bin Abdullah yang mempunyai kepribadian paripurna. Bahkan, dalam sebuah riwayat, Siti Khadijah mengatakan:“Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan raja Persia dan raja Ramawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak bisa hidup bersamamu, maka semua itu tidak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk bagiku”.
Dan akhirnya setelah melewati berbagai pertimbangan Siti Khadijah menikahan dengan Rasulullah Saw dengan pernikahan yang agung. Saat menikah, Nabi Muhammad SAW berumur 25 tahun, sedang Khadijah 40 tahun. Meskipun usia keduanya terpaut jauh, begitu juga harta benda keduanya tidak sepadan, namun pernikahan beliau bukan pernikahan yang aneh, sebab Allah SWT sendiri yang menghendaki pernikahan tersebut, sekaligus memberikan keberkahan dan kemuliaan terhadap keduanya.
Siti Khadijah adalah sosok istri teladan yang taat kepada suami, dalam kehidupan sehari-hari ia selalu mendapat bimbingan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Dan karunia paling istimewa yang Allah SWT khususkan atasnya yaitu untuk memberikan keturunan bagi Nabi Muhammad SAW, dan menjadi wanita pertama yang mendapatkan gelar Umm Al-Mukminīm atau ibunya orang-orang mukmin, yang mana Siti Khadijah selelau turut serta merasakan berbagai kesusahan dan penderitaan dalam awal penyebaran ajaran agama Islam.
Siti khadijah adalah sosok wanita pertama yang menjadi penguat dan pendukung kenabian Nabi Muhammad SAW. Seperti halnya ketika Nabi Muhammad SAW amat terguncang jiwanya setelah menerima wahyu pertamanya di gua Hira, Siti Khadijah dengan cekatan langsung memapah, menyelimuti dan berusaha menenangkan suaminya. Dengan keyakinan dalam hatinya bahwa apa yang menimpa suaminya itu adalah bagian dari amanat Allah SWT. Setelah keadaan tenang, Khadijah menanyakan kepada Waraqah bin Naufal perihal peristiwa yang menimpa suaminya. Waraqah memberikan berita gembira, bahwa apa yang diterima oleh suamiinya di gua Hiro itu adalah wahyu dari Allah SWT dan Muhammad adalah Nabi akhir zaman. Seketika itu juga Siti Khadijah menyampaikan berita gembira itu kepada Nabi Muhammad SAW dengan perasaan penuh haru dan syukur.
Keberadaan Siti Khadijah disisi Nabi Muhammad SAW secara moril menambah semangat dan ketabahan beliau dalam menyebarkan dakwah. Adapun secara materiil, Siti Khadijah yang mempunyai harta berlebih, memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan harta-hartanya. Siti Khadijah sebagai orang pertama yang menyatakan keimananya terhadap ajaran Islam, juga turut serta secara langsung berdakwah dengan Nabi Muhammad SAW kepada kaum lelaki dan perempuan dengan berpeluh keringat, merasakan pedihnya ujian dan tetap bersabar mendampingi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika diisolir, dalam usia yang seharusnya ia dirawat dan istirahat dari penatnya kehidupan.
Sehingga dengan kontribusi dan pengorbanan yang tekah ia berikan dalam mendampingi dan meyakinkan ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Betapa beruntung Sayyidah Khadijah RA, karena Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa AS dan Khodijah binti Khuwailid.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H