Â
Sebagai penutup, mari kita renungkan sebuah kutipan yang menggugah dari seorang tokoh Stoik, Marcus Aurelius, yang berkata: "Kebahagiaan hidup tergantung pada kualitas pikiran kita." Kutipan ini mencerminkan esensi dari Stoikisme, yang mengajarkan bahwa kita memiliki kendali atas bagaimana kita merespons peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Kebahagiaan dan kedamaian batin tidak bergantung pada keadaan eksternal, melainkan pada sikap batin kita yang penuh pengendalian diri, penerimaan, dan kebijaksanaan.
Dari perspektif Tasawuf, kita dapat merujuk pada sebuah nasihat dari Sufi besar, Rumi, yang mengatakan: "Biarkan hatimu menjadi seperti laut yang luas, yang tidak terpengaruh oleh ombak-ombak kehidupan." Rumi mengingatkan kita untuk memiliki hati yang lapang dan penuh penerimaan terhadap setiap takdir yang datang, tak peduli seberapa keras ombak kehidupan menghantam. Prinsip ini mengajarkan kita untuk tetap tenang dan ikhlas, seperti laut yang luas, yang mampu menerima segala perubahan tanpa kehilangan kedamaian dalam dirinya.
Kedua kutipan ini, meskipun berasal dari tradisi yang berbeda, mengajarkan kita bahwa kedamaian batin dan kebahagiaan sejati datang dari kemampuan kita untuk mengendalikan pikiran dan hati kita, serta menerima segala hal dengan ikhlas dan sabar. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Stoikisme dan Tasawuf dalam kehidupan kita, kita dapat mencapai kedamaian yang lebih dalam, lebih bijaksana dalam menghadapi hidup, dan hidup dengan penuh rasa syukur, apapun yang terjadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI