Mohon tunggu...
Deti Ria Rahayu
Deti Ria Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Deti Ria Rahayu seorang mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional dari universitas Sriwijaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Keamanan Internasional Menghadapi Ancaman Global dalam Keamanan Cyber

6 November 2024   17:47 Diperbarui: 6 November 2024   17:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah mengalami transformasi digital yang cepat, di mana teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Proses digitalisasi ini tidak hanya mempermudah interaksi dan transaksi, tetapi juga memperluas jangkauan dan kompleksitas ancaman yang dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia. 

Ancaman keamanan siber, termasuk peretasan, serangan ransomware, dan pencurian data, telah muncul sebagai salah satu tantangan paling serius dalam konteks keamanan internasional,Serangan siber sering kali bersifat lintas batas, membuatnya semakin sulit untuk diatasi oleh negara-negara secara unilateral. Ancaman ini tidak hanya berpotensi mengganggu stabilitas politik dan ekonomi, tetapi juga dapat memicu konflik antara negara-negara.

 Misalnya, serangan terhadap infrastruktur kritis, seperti jaringan listrik atau sistem keuangan, dapat memicu respons yang agresif dari negara yang terdampak. Dalam konteks ini, penting bagi negara-negara untuk mengembangkan strategi keamanan yang komprehensif dan kolaboratif untuk menghadapi ancaman global ini.


Artikel ini bertujuan untuk mengkaji strategi keamanan internasional dalam menghadapi ancaman global di bidang keamanan siber, dengan fokus khusus pada serangan ransomware WannaCry. Dengan menganalisis dampak dari serangan ini, artikel ini ingin memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya kolaborasi internasional, kebijakan yang efektif, dan inovasi teknologi dalam menghadapi tantangan keamanan siber yang terus berkembang.(Resa Ramadani, 2024)


Kebijakan dan Regulasi yang Kuat: Negara-negara perlu mengembangkan kebijakan dan regulasi yang mendukung keamanan siber, termasuk undang-undang yang mengatur penggunaan teknologi dan perlindungan data. Dengan kebijakan yang jelas, organisasi dapat lebih siap menghadapi serangan siberNegara-negara perlu mengembangkan kebijakan dan regulasi yang mendukung keamanan siber, termasuk undang-undang yang mengatur penggunaan teknologi dan perlindungan data. Dengan kebijakan yang jelas, organisasi dapat lebih siap menghadapi serangan siber(Resa Ramadani, 2024)


Kesadaran dan Pendidikan: Meningkatkan kesadaran di kalangan pengguna, perusahaan, dan pemerintah tentang risiko keamanan siber dan cara melindungi diri dari serangan merupakan langkah penting. Program pendidikan dan pelatihan harus dijadikan prioritas untuk menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan keamanan siber.

Di era digital saat ini, di mana informasi tersimpan secara online dan dapat diakses kapan saja, digitalisasi telah mempermudah banyak aspek kehidupan pengguna komputer. Dengan satu klik, segala sesuatunya menjadi lebih efisien dan cepat. Namun, di balik keuntungan ini, terdapat tantangan serius terkait keamanan informasi pribadi dan rahasia. Meningkatnya risiko pencurian data dan serangan siber, seperti spyware, malware, Trojan, dan phishing, menjadi masalah yang signifikan.


Ransomware, khususnya, adalah bentuk ancaman yang berbahaya. Infeksi ini dapat mengenkripsi file penting di komputer, membuatnya sulit untuk dihapus. Setelah terinfeksi, pengguna biasanya menghadapi dua pilihan: membayar tebusan untuk mendapatkan kembali akses ke file mereka, meskipun tidak ada jaminan bahwa data akan dipulihkan, atau memformat komputer dan memutuskan koneksi internet.


Serangan WannaCry Ransomware pada tahun 2017 adalah serangan terburuk yang WannaCry Ransomware adalah perangkat lunak berbahaya yang menghalangi pengguna dari akses ke file atau sistem, mengenkripsi data dan menjadikan perangkat sebagai sandera sampai korban membayar tebusan untuk mendapatkan kunci dekripsi.

 Fenomena ini mungkin sulit dipahami, namun ransomware pertama muncul pada tahun 1989, dikenal sebagai AIDS Trojan. Ransomware ini menyebar melalui disket dan meminta pembayaran sebesar $189 ke kotak pos di Panama, terlihat sangat sederhana dibandingkan dengan yang ada saat ini.


Banyak jenis ransomware lain telah muncul, seperti Reveton, CryptoLocker, TorrentLocker, CryptoWall, dan CryptoTear. WannaCry terkenal karena menyerang berbagai rumah sakit, perusahaan, universitas, dan lembaga pemerintah di lebih dari 150 negara, dengan lebih dari 200.000 korban. Serangan ini berhasil mengunci semua komputer yang terinfeksi dan meminta tebusan dari pengguna.(Ganesan et al., 2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun