Mohon tunggu...
Tedy Tri Saputro
Tedy Tri Saputro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang manusia sederhana, yang bukan siapa - siapa. http://blog.ruangtedy.net | twitter id : @detik19

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Usia Adalah Deretan Hela Nafas

26 Juli 2012   15:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tidak ada helas nafas yang terlepas, melainkan disitu pula ada takdir Allah yang berlaku atasmu

Al Hikam

Usia adalah sederetan hela nafas yang kemudian saling terkait satu sama lain. Di setiap hela nafas tersebut berlakulah takdir Tuhan pada kita. Nafas adalah wadah dari setiap takdir yang terjadi pada diri kita.

Yang terpenting bukanlah apa takdir yang kita alami, namun apa perintah Tuhan di dalam takdir tersebut. Karena di setiap takdir Tuhan, berlaku kewajiban yang harus kita lakukan.

Ketika sakit, maka kewajiban yang berlaku adalah mencari pengobatan. Sedangkan masalah kesembuhan adalah milik Allah. Begitu juga saat sehat, ada kewajiban pula yang menyertainya.

Ketika takdir Tuhan menjadikan kita imam maka ada kewajiban di dalamnya, begitu juga ketika menjadi yang ma’mum juga tersimpan kewajiban tersendiri.

Masalahnya bukan apakah kita imam atau ma’mum. Tapi masalahnya adalah apakah telah kita laksanakan kewajiban sebagai imam atau ma’mum tersebut?

Dan jangan meminta agar kita dipindahkan dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Karena lebih baik kita sibuk lakukan apa yang menjadi kewajiban kita di kondisi yang ada sekarang.

Karena,


Orang bodoh adalah orang yang menginginkan sesuatu terjadi bukan pada waktu yang ditetapkan Allah untuknya

(Al Hikam)

Bagaimana tidak bodoh jika menginginkan adzan maghrib sementara masih jam 12 siang? Menginginkan malam datang padahal matahari sedang terik – teriknya?

Karena tanpa diharap dan diminta pun, jika waktunya maghrib, pastilah maghrib akan tiba dengan sendirinya. Jika Tuhan menghendaki dan memang pada waktunya, nanti kondisi pasti akan berubah. Dan semua sudah ditetapkan, kita tinggal menjalaninya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun