Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Muda Melek Politik: Ruang Diskusi Pemuda Bangkitkan Nyala Api Perjuangan

19 Juni 2023   22:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:15 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keseruan diskusi Muda Melek Politik | Jagakarsa Kreatif

Andil anak muda dalam menggoreskan sejarah bangsa tiada dua. Mereka mampu memantik api perlawanan. Perlawanan terhadap kezaliman dan kebodohan, utamanya. Narasi itu disajikan dengan aktifnya anak muda membuka ruang diskusi dan interaksi.

Semangat itulah yang diangkat Jagakarsa Kreatif. Mereka ingin nyali pemuda terus menyala untuk perubahan. Acara diskusi kreatif pun digelar. Muda Melek Politik, namanya. Sebuah acara yang membangkit nyala api perjuangan pemuda Indonesia.

Jum'at, 9 Juni 2023 adalah hari spesial bagi Jagakarsa Kreatif. Komunitas anak muda Jagakarsa yang eksis sedari 2014 itu mengadakan acara Muda Melek Politik #1 di Padureksa Caf, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Acara itu dihadiri oleh puluhan anak muda dari seantero Jakarta.

Tujuannya untuk berdiskusi sembari berinteraksi langsung dengan dengan tokoh muda di Jakarta. Pembicara pertama datang dari Budayawan Betawi sekaligus pentolan Jagakarsa Kreatif, Masykur Isnan. Pembicara kedua datang dari Ketua Forum Pemuda Penjaringan, Heru Margi Pangestu.

Kehadiran keduanya mencoba mengulas dunia politik luar dalam. Dari kepentingan hingga pengaruh politik bagi anak muda. Sajian itu membuat pemuda tak melulu menyibukkan dari dengan kesibukan sehari-hari. Namun, membuat khalayak memahami bahwa politik dan anak muda adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan.

Penjelasan kedua pembicara terkait pemuda, politik, dan media sosial membuat ruang diskusi gegap gempita. Pemuda adalah patron penggerak perubahan, kata Heru. Sekalipun setingkat Rukun Tetangga (RT) atau Karang Taruna.

acara ini digagas oleh komunitas Jagakarsa Kreatif | Jagakarsa Kreatif
acara ini digagas oleh komunitas Jagakarsa Kreatif | Jagakarsa Kreatif

Peran mereka tak dapat dianggap remeh. Utamanya dalam kontestasi pemilu. Pengaruh suara hingga jari --dalam bermedia sosial---dapat berpengaruh bagi hajat hidup orang banyak. Usaha supaya anak muda melek politik harus menyentuh mereka.

Masykur Isnan tak mau kalah. Ia mengimbau supaya kaum muda jangan melulu diam saja melihat perkembangan politik yang ada. Boleh-boleh saja menyibukkan diri dengan kegiatan bekerja atau beribadah. Tiada yang melarang hal itu.

keseruan diskusi Muda Melek Politik | Jagakarsa Kreatif
keseruan diskusi Muda Melek Politik | Jagakarsa Kreatif

Semua sah-sah saja selama kaum muda tidak pura-pura lupa politik yang dimankan penguasa. Apalagi bersikap bodoh amat ketika korupsi merajalela. Kaum muda sejatinya harus terlibat untuk mengawal pemerintah.

Sebab, segala macam agenda menyibukkan diri akan membuahkan pembiaran proses pemiskinan bangsa. Keterlibatan kepada perjuangan itulah yang kaum muda butuhkan. Alhasil, pemuda harus punya senjata. Melek politik, namanya.

Ruang diskusi dan interaksi inilah yang kemudian jadi medium pemuda untuk memahami luar dalam perihal politik. Tak perlu perlu khawatir ruang lingkupnya yang kecil. Langkah untuk memulai saja sudah lebih dari cukup. Niscaya banyak tokoh-tokoh muda yang lahir dari diskusi semacam ini.

"Apatisme dan pragmatisme anak muda tentang politik harus diurai. Narasi itu harus diubah menjadi epicentrum perubahan. Seperti yang orang banyak katakan, pemuda dalam mengendalikan arah politik ke depan. Bermula dari satu anak muda ke anak muda lainnya. Semua dapat terwujud jika pemuda dapat bersatu"

"Kekuatan anak muda pun tak bisa diremehkan. Pemuda bukan cuma unggul urusan statistik, tapi juga lebih subtansial sebagai makna dan kontributif pada kontestasi pemilu. Misalnya pada pemilu mendatang. Pemuda harus dapat memilih mana pemimpin yang dapat menyuarakan hajat hidup orang banyak. Besar harapan dari diskusi ini bisa muncul anak muda yang jadi tokoh bangsa di masa depan," terang Masykur Isnan dalam diskusi.

Pada akhirnya ruang diskusi dan interaksi untuk anak muda harus dijaga. Bayangkan betapa membosankannya hidup dengan pemerintahan yang represif serta anak muda yang sibuk sendiri. Narasi itu akan membawa manusia hidup dalam kubangan penyesalan. 

Bukan Barang Baru

Jejak Jagakarsa Kreatif sejatinya mampu membangkitkan kembali marwah ruang diskusi anak muda. Langkah itu jadi bukti bahwa nyali anak muda untuk membuat perubahan tak pernah surut. Sekalipun diskusi-diskusi serupa mulai minim.

Seniman Betawi, Ipank HoreHore yang memeriahkan diksusi Muda Melek Politik | Jagakarsa Kreatif 
Seniman Betawi, Ipank HoreHore yang memeriahkan diksusi Muda Melek Politik | Jagakarsa Kreatif 

Diskusi yang dihadirkan Jagakarsa Kreatif tak ubahnya sebagai ajian melawan kezaliman. Pun Langkah itu membuka ruang interaksi dan diskusi yang intens. Gebrakan itu serupa dengan yang dilakukan pemuda era pergerakan nasional. Alias, saat Indonesia masih dijajah Belanda.

Diskusi di antara anak muda bukan barang baru. Ambil contoh seperti yang dilakukan Ernest Douwes Dekker (kemudian dikenal sebagai Setiabudi Danudirja). Ia hidup dan besar sebagai seorang Indo-Eropa. Perawakannya bak tuan kulit putih. Namun, jiwanya justru nasionalis sejati.

Ia berkorban segalanya supaya anak muda nasionalis Indonesia --mahasiswa Sekolah Dokter Hindia Belanda: STOVIA-- memiliki kepekaan terhadap nasib kaumnya. Ia merelakan rumah dan ruang perpustakaan pribadinya diacak-acak mahasiswa untuk belajar banyak hal.

Ia membukakan pintu bahwa pemuda kudu melek politik. Dampaknya ke mana-mana. Rumahnya serupa dengan rumah tinggal H.O.S. Tjokroaminoto yang dikenal sebagai dapur daripada nasionlisme.

Tokoh-tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia pun lahir karenanya. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat adalah beberapa di antaranya. Pun kemudian ketiganya melenggang-langgeng membentuk sebuah gebrakan bersejarah, Indische Partij (Partai Hindia).

Soewardi Soerjaningrat (kini dikenal Ki Hajar Dewantara), Ernest Douwes Dekker, dan Tjipto Mangoenkoesoemo | Wikimedia Commons
Soewardi Soerjaningrat (kini dikenal Ki Hajar Dewantara), Ernest Douwes Dekker, dan Tjipto Mangoenkoesoemo | Wikimedia Commons

Kehadiran partai itu menjadi penentu semangat Keindonesiaan. Sebab, seluruh suku bangsa dapat bergabung di Indische Partij untuk melepas belenggu penjajahan. Partai itu jadi defenisi sebenarnya dari bhinneka tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu jua.

"Douwes Dekker menjalin kontak dengan gerakan nasionalis Indonesia sejak dasi mula. Dia kenal baik dengan mahasiswa-mahasiswa STOVIA yang mewujudkan gerakan itu. Rumah Douwes Dekker tidak jauh dari kampus dan para mahasiswa STOVIA sering mengunjunginya untuk mendiskusikan masalah-masalah sosial politik. Salah seorang di antara mereka, Soewardi Soerjaningrat, yang nantinya menjadi kawan seperjuangan."

"Di kemudian hari mengisahkan bahwa rumah Douwes Dekker menjadi tempat berkumpul maupun ruang baca dan perpustakaan bagi mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Terlibat dari dekat dan merupakan teman dekat beberapa orang Indonesia yang aktif, Douwes Dekker menyaksikan pembentukan Boedi Oetomo (Usaha Luhur) pada 1908, umumnya diakui sebagai organisasi Indonesia modern pertama dan titik tolak kebangkitan nasional," terang Kees van Dijk dalam buku Hindia Belanda dan Perang Dunia I 1914 -- 1918 (2013).

Keluwesan Douwes Dekker menghadirkan ruang interaksi dan diskusi anak muda juga dilanggengkan oleh Soekarno. Langkah itu dilanggengkan Bung Karno saat masih menuntut ilmu di Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini: Institut Teknologi Bandung).

Ia berani memutuskan untuk keluar dari klub studi kampus yang isinya melulu bersenang-senang dan didominasi oleh orang Eropa. Dari main biliar hingga dansa-dansi. Bung Besar dan rekan-rekannya lalu bergerak membuat klub studi sendiri.

Klub itu diisi dengan aktivitas membaca, berdiskusi, dan berinteraksi. Mereka membaca suatu buku dan segera mempedebatkan poin-poin yang ada. Kegiatan itu rutin dilakukan. Hasilnya gemilang. Banyak pejuang kemerdekaan ikutan bergabung di dalam klub studi itu.

Bung Karno dan kawan-kawannya yang notabene rekan diskusi kala diadili oleh Pengadilan kolonial di Bandung |  Repro Buku Bung Karno: Penyambung Lidah 
Bung Karno dan kawan-kawannya yang notabene rekan diskusi kala diadili oleh Pengadilan kolonial di Bandung |  Repro Buku Bung Karno: Penyambung Lidah 

Narasi itu berkembang karena ruang interaksi dan diskusi mampu membuka kesadaran akan kemerdekan kaum bumiputra. Kepekaan mereka terhadap permasalahan penjajahan yang menyengsarakan kaumbumiputra jadi terasah. Buahnya muncul sebuah semangat: Perlawanan.

"Aku memberi tanda halamanhalaman yang kusetujui dan memberi catatan dibawah halamanhalaman yang tidak kusetujui. Tadinya segar dan bersih dari rak perpustakaan, jilidjilid yang berharga itu kemudian tidak lagi bersih sesudah itu."

"Ke dalam Algemeene Studiclub ini hinggaplah intellektualintellektual muda bangsa Indonesia, banyak yang baru saja kembali dari Negeri Belanda dengan ijazah kesarjanaannya yang gilanggemilang ditangan mereka. Pertukaran buahpikiran dalam bidang politik yang aktif adalah kegiatan kami yang pokok. CabangCabang dari klub belajar ini tumboh di Solo, Surabaya dan kota lainnya di Jawa," terang Bung Karno sebagaimana dikutip Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun