"Rasuna adalah guru sekolah menengah Islam di Padang Panjang yang dipimpin oleh Rahmah el-Yunussi, dengan jumlah pelajar perempuan lebih dari 1.000 orang. Sebagai pemimpin Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Rasuna biasa berpidato berapi-api menentang kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Untuk membungkamnya, pemerintah Kolonial terpaksa menangkap Rasuna Said," hadir di halaman 100.
Tiga Serangkai dan Indische Partij
Boleh jadi salah satu momentum pergerakan nasional berasal kelahiran Indische Partij pada 1912. Partai tersebut adalah buah karya tiga tokoh besar: Ernest Douwes Dekker, Soewardi Sorjoningrat, dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Cita-cita pendiriannya jelas. Parpol ini menganjurkan persamaan ras, keadilan sosial-ekonomi, dan kemerdekaan.
Dalam artian, inilah parpol pertama yang berani merangkul semua kalangan ---baik Indo, totok, Eropa--- untuk berjuang bersama-sama mencapai kata Merdeka. Hal itu dilihat dari jumlah anggota Indische Partij yang berjumlah 7.000 orang pada tahun 1913. Sedang kaum bumiputra hanya berjumlah 1.500 orang dari jumlah total.
Perlawan mereka terhadap Belanda banyak dilakukan lewat goresan pena. Ketiganya tak segan-segan mengecam keras penjajahan Belanda. Dekker misalnya. Dalam salah satu pidatonya, Dekker dengan bangga berucap: Jika semua orang Jawa meludah serentak, maka orang-orang Belanda akan tenggelam.
Willem Walraven: Jurnalis penentang kolonialisme
Jika ada yang bertanya terkait keterlibatan seorang totok selain Multatuli (Eduard Douwes Dekker) dalam menelanjangi kolonialisme, maka jawabannya adalah Willem Walraven. Semasa hidupnya, Walraven yang berkebangsaan Belanda telah mengarang beberapa novel dan banyak cerpen. Sekalipun ia berpandangan jurnalistik adalah profesi keras, lewat penanya Walraven selalu menyuarakan pesan anti kolonialisme.
"Walraven adalah salah seorang wartawan terbaik yang menulis di Hindia-Belanda. Dia mencaci sistem kolonial dan penjajahan Eropa," tulis halaman 229.
Itulah beberapa fragmen kisah menarik dari buku Rosihan Anwar. Lebih lengkap lagi, ia juga menceritakan seputar para pesohor negeri yang diasingkan ke Bengkulu, foya-foyanya gubernur jenderal Hindia Belanda, perlawanan masyarakat Banten, lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan sekisah tentang lagu Indonesia Raya. Karena itu, buku ini menjadi penting untuk memahami sejarah Indonesia lebih dalam.
Detail
Judul Buku: Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Jilid 1Â