Oleh sebab itu, tanpa menunggu lama setelah melakukan reservasi, saya pun menuju dan menginap di Cordela Hotel Senen.
Esok harinya, selesai sholat subuh. Saya menyempatkan sarapan terlebih dahulu. Setelahnya, segala perlengkapan seperti kamera, topi, masker dan lainnya turut disiapkan, sebagai tanda bersiap mengayuh sepeda keliling Jakarta.
Dari Cordela Hotel Senen, sepeda pun digowes sampai ke depan Gang Wedana di Sawah Basar (Jakarta Pusat), sebuah tempat yang menjadi titik kumpul seluruh peserta gowes. Tak disangka-sangka, tempat ini dahulunya merupakan kediaman dari MH Thamrin. Namun, sekarang telah berubah menjadi tempat pedagang onderdil dan spare part mobil.
Oleh JJ Rizal, acara pun dibuka dengan kisah suasana rumah Thamrin yang begitu megah serta memiliki kesan mendalam bagi siapa saja yang berkunjung kala itu.
Dari Gang Wedana, penjelajahan berlanjut ke persimpangan Harmoni. Di sini, JJ Rizal mengenalkan sebuah tempat di mana Thamrin menghibur dirinya dari kepenatan. Tempat itu dulunya ialah Societeit de Harmonie.
JJ Rizal juga menjelaskan, pada masa itu, Societeit de Harmonie merupakan klub eksklusif yang tak sembarang orang dapat memasukinya.
"Orang-orang kulit putih saja yang boleh masuk, itu pun berbasis pengusaha ataupun pejabat. Baru, setelahnya dapat akses oleh pribumi yang memiliki status sebagai seorang priayi. Dan Thamrin salah satunya," kata dia.
Selama perjalanan gowes ini, tanya jawab terjadi. Banyak yang bertanya tentang keberadaan Volksraad (gedung dewan rakyat), tempat Thamrin berkantor.
Perjalanan kemudian diarahkan menuju patung MH Thamrin, lalu lanjut ke TPU Karet Bivak, tempat di mana Thamrin dimakamkan. Uniknya, makam Thamrin ialah satu-satunya makam yang diarsiteki langsung oleh Bung Karno.