Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bertualang Tanpa Khawatir, Cara Terbaik Rayakan Hidup

30 Desember 2019   19:14 Diperbarui: 30 Desember 2019   19:09 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
di bukit kars rammang-rammang/ dethazyo

Bagi saya yang menyukai agenda jelajah atau berpetualang di bumi nusantara, setidaknya ada tiga nama tokoh yang mampu membuat saya (hingga) akhirnya memutuskan memiliki passion dalam bidang Traveling (sembari mengasah bakat Jurnalistik). Mereka adalah Alfred Russel Wallace, Jaap Kunst, dan John Casper Leyden.

Ketiga nama tersebut, sungguh memiliki pengaruh besar bagi saya. Karena dari mereka, saya menjadi paham bahwa penjelajahan sudah musti memiliki tujuan. Karena dari mereka, saya menjadi paham bahwa penjelajahan sudah musti diawali oleh kekaguman. Dan karena dari mereka saya menjadi paham bahwa penjelajahan itu sudah musti harus diawali oleh niatan.

Betapa tidak, dari Wallace saya menjadi tahu akan kekayaan flora dan fauna di nusantara. Dari Jaap Kunst saya mengenal kekayaan musik atau tradisi bunyi-bunyian yang ada di Nusantara. Serta dari seorang John Casper Layden saya akhirnya paham bahwa bumi nusantara atau "Tana Harapan" sudah sedari dulu menarik minat untuk dijelajahi.

Prihal Wallace, penjelajahannya sungguh menarik, karena selain ia begitu dikenal sebagai pesohor dunia yang menetapkan garis persebaran fauna Indonesia, bahkan kini telah dikenalkan kepada anak-anak Indonesia sejak sekolah dasar.

Itu semua berkat penjelajahannya ke Nusantara yang berbuah mahakarya (berbentuk buku) berjudul "Kepulauan Nusantara." Yang dari buku itulah, saya akhirnya paham bahwa Indonesia itu beragam, unik dan begitu eksotis.

Sampai-sampai Wallace mengklaim (lewat bukunya): "Disinilah pertama kali saya mengenal banyak burung dan serangga menakjubkan, yang membuat Molluca menjadi lahan istimewa bagi seorang naturalis dan merupakan salah satu daerah dengan karakteristik fauna paling indah dan luar biasa di dunia."

Siapa yang tak takjub dengan Wallace. Ia dengan semangatnya keluar masuk hutan, bolak-balik naik gunung, berhari-hari di pedalaman, dan terombang-ambing di lautan. Sungguh membuat saya tertantang dalam hal melakukan hal yang sama dengan tujuan yang berbeda, yaitu: memetakan (kusus) budaya nusantara.

Belum habis nuansa takjub dengan Wallace. Secara tak sengaja saya mulai berkenalan dengan Jaap Kunst (Sang pelopor etnomusikologi), orang Belanda yang mendedikasikan sebagaian hidupnya untuk seni.

Buktinya, saat pertama kali mendengar keindahan dari suara gamelan Jawa pada natal (tahun 1919) di Keraton Pakualaman (Yogyakarta), Ia kemudian memutuskan untuk melakukan penjelajahan mengelilingi bumi Nusantara (sepanjang tahun 1930 -- 1932), untuk meneliti sembari mendokumentasikan kegiatan-kegiatan seni musik tradisi mulai dari Batak, Nias, Bengkulu (Sumatera), Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Papua.

Berikutnya, meski asing di telinga orang banyak, ialah John Casper Layden. Seseorang berdarah Inggris layak untuk dijadikan panutan dalam memilih passion sebagai petualang (a.k.a Traveler). Itu semua karena jasanya yang begitu besar, dan menjadi aktor penting yang membuat Borobudur dikenal dunia hingga hari ini.

Meski orang-orang mungkin mengenal nama Thomas Stamford Raffles (Gubernur Jenderal Hindia 1811-1816) dengan karyanya "The History of Java" yang membuat dunia tahu Borobudur itu ada.

Namun, jika ditarik ke belakang, ketertarikan Raffles akan Tana Harapan bermula dari percakapannya dengan John Leyden. Itu terangkum dalam buku yang ditulis oleh Tim Hannigan yang berjudul "Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa."

Ia mengungkap: dari "John Layden-lah raffles pertama kali memikirkan Jawa sebagai Tana Harapan."

Oleh karenanya ketiga nama tersebut sudah semestinya layak masuk dalam orang yang menginspirasi saya menjadi seorang petualang sekaligus penulis yang menjadikan nusantara sebagai tempat dimana petualangan dilangsungkan.

Ada yang Berhasil, Ada yang Kurang Beruntung

Kusus Wallace dan Jaap Kunst, kiranya bisa dibilang kedua petualang ini cukup beruntung. Beruntung karena sudah mencicipi perjalanan dari timur ke barat nusantara.

Beruntung karena bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat asli (budaya, adat istiadat, seni musik), dan beruntung karena bisa menghasilkan mahakarya berbentuk buku (Wallace dengan Kepulauan Nusantara | Jaap Kunts dengan Music In Java, Nias, Papua)

Namun keberuntungan yang sama tak dirasakan oleh John Casper Layden. Meski berhasil mendaratkan kaki di Nusantara (tepatnya di Batavia) lewat pelabuhan Cilincing, Jakarta Utara.

Ia hanya bertahan beberapa hari setelah Inggris melakukan Invasi ke Batavia, dikarenakan (mungkin) karena infeksi malaria yang ditambah oleh iklim dari Batavia (pada saat itu) tak ramah bagi orang Eropa.

Kematiannya tak saja membuat Raffles menjadi terpukul. Tapi, membuat saya berpikir bahwa tak ada yang pasti di dunia ini. Alias (di dunia ini) manusia selalu hidup berdampingan (bahkan bersahabat) dengan ketidakpastian.

Betualang Tanpa Rasa Khawatir dengan FWD Life

FWD bebas aksi/ fanpage FWD Indonesia
FWD bebas aksi/ fanpage FWD Indonesia
Melalui 3 tokoh diatas, kiranya saya dapat menarik pembelajaran berharga, bahwa hidup hanya sekali dan buatlah menjadi berarti. Oleh karenanya, (sekarang) sebelum saya memulai petualangan mengekplorasi bumi nusantara. ada baiknya membekali diri dahulu dengan asuransi jiwa.

Sebuah asuransi yang mampu memberikan proteksi terhadap resiko kecelakaan. Meski dalam batin saya tak menginginkan adanya resiko, semisal yang paling buruk kematian. Siapa coba yang bisa mengetahui kapan pastinya ajal menjemput?

Ambil contoh Alfred Russel Wallace yang butuh waktu mengekplorasi nusantara sebanyak 8 tahun (1854--1862), maka berbeda hal dengan Jaap Kunts yang mengekplorasi kekayaan musik nusantara yang hanya memakan waktu 3 tahun (1930 -- 1932). Lalu saya sendiri yang jika dihitung-hitung hanya bisa memperoleh waktu 2-3 bulan (itupun diperoleh dari jatah cuti) untuk mengekplorasi keindahan bumi nusantara.

Untuk itu, saya tak harus dengan memilih asuransi yang langsung memproteksi setahun penuh. Betapa tidak, kini ada asuransi FWD Life Bebas Aksi, yang sesuai namanya 'bebas' yang dapat membuat saya #BebaskanLangkah memilih fitur asuransi dengan jangka waktu 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, hingga setahun penuh (masing-masing dengan nama Bebas Aksi Flash 1 Minggu, Bebas Aksi Flash 1 Bulan, Bebas Aksi Flash 3 Bulan, dan Bebas Aksi 1 tahun penuh).

Jika orang-orang kebanyakkan masih berpikir mendaftarkan diri ke asuransi mahal. Justru dengan FWD Life Bebas Aksi, premi yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan jumlah hari Anda berlibur.

Kalau hanya 3 hari maka Anda bisa memilih asuransi yang hanya memproteksi diri selama 1 minggu saja dengan premi mulai dari Rp. 30.000, dan kalaupun mencapai berbulan-bulan Anda bisa menggunakan FWD Life Bebas Aksi yang sesuai dengan kebutuhan liburan Anda. 

Kekhawatiran sedikit berkurang saat Anda telah memproteksi diri. Jangankan dalam menjalankan passion untuk berlibur cantik saja, bersama #FWDBebasBerbagi liburan dengan kriteria ektrem bisa Anda lahap sekalian.

Menariknya, (kini) saya sebagai nasabah FWD Life dapat membeli dan bahkan mencairkan polis asuransi secara online tak hanya dapat dilakukan via website ifwd.co.id, tetapi dapat pula melalui aplikasi handal yang dapat diakses melalui ponsel pintar (yang dapat diunduh via App Store & Google Playstore) bernama FWD Max.

FWD Max berisi informasi pelayanan kesehatan & bisa claim/ dethazyo
FWD Max berisi informasi pelayanan kesehatan & bisa claim/ dethazyo

FWD max memberi perlidungan terbaik/ dethazyo
FWD max memberi perlidungan terbaik/ dethazyo
mendukung menjalankan passion/ dethazyo
mendukung menjalankan passion/ dethazyo
ekplor passion dengan FWD Max/ dethazyo
ekplor passion dengan FWD Max/ dethazyo
Melalui aplikasi ini juga nasabah dapat menikmati hidup tanpa batas dengan dengan beberapa manfaat, seperti:

Pertama, Support. Berbagai penawaran menarik di lebih dari 70 merchants ternama yang tersebar di lebih dari 500 outlets untuk mendukung kebutuhan lifestyle dan passion masyarakat.

Kedua, Information. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan lifestyle dan passion masyarakat.

Ketiga, Protection. Perlindungan asuransi untuk mendukung aktivitas apapun dengan cara yang mudah dan cepat, secara online.

Oleh karenanya, Saya pribadi saat melakukan eksplorasi keindahan yang terkandung Bumi Makasar, telah sedari awal menggunakan FWD Life, tepat sebelum memutuskan diri berpetualang melihat kokohnya Benteng Somba Opu, menikmati indahnya bukit Karst di Rammang-Rammang, hingga sejenak menikmati aktivitas warga lokal dalam membunuh waktu di Pantai Losari.

saat berada di Benteng Somba Opu/ dethazyo
saat berada di Benteng Somba Opu/ dethazyo
di bukit kars rammang-rammang/ dethazyo
di bukit kars rammang-rammang/ dethazyo
bersantai di pantai losari/ dethazyo
bersantai di pantai losari/ dethazyo
Semuanya dalam rangka memuaskan birahi dari salah satu passion yang dikandung badan. Akhir kata, Saya pun berpesan, apapun jenis passion atau alasan liburan Anda, ada baiknya untuk melindungi diri sebagai sarana pembelajaran dalam menghargai jiwa raga terlebih dahulu. Ingatlah, you only live once, brother.

signature detha arya
signature detha arya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun