Bagi saya yang menyukai agenda jelajah atau berpetualang di bumi nusantara, setidaknya ada tiga nama tokoh yang mampu membuat saya (hingga) akhirnya memutuskan memiliki passion dalam bidang Traveling (sembari mengasah bakat Jurnalistik). Mereka adalah Alfred Russel Wallace, Jaap Kunst, dan John Casper Leyden.
Ketiga nama tersebut, sungguh memiliki pengaruh besar bagi saya. Karena dari mereka, saya menjadi paham bahwa penjelajahan sudah musti memiliki tujuan. Karena dari mereka, saya menjadi paham bahwa penjelajahan sudah musti diawali oleh kekaguman. Dan karena dari mereka saya menjadi paham bahwa penjelajahan itu sudah musti harus diawali oleh niatan.
Betapa tidak, dari Wallace saya menjadi tahu akan kekayaan flora dan fauna di nusantara. Dari Jaap Kunst saya mengenal kekayaan musik atau tradisi bunyi-bunyian yang ada di Nusantara. Serta dari seorang John Casper Layden saya akhirnya paham bahwa bumi nusantara atau "Tana Harapan" sudah sedari dulu menarik minat untuk dijelajahi.
Prihal Wallace, penjelajahannya sungguh menarik, karena selain ia begitu dikenal sebagai pesohor dunia yang menetapkan garis persebaran fauna Indonesia, bahkan kini telah dikenalkan kepada anak-anak Indonesia sejak sekolah dasar.
Itu semua berkat penjelajahannya ke Nusantara yang berbuah mahakarya (berbentuk buku) berjudul "Kepulauan Nusantara." Yang dari buku itulah, saya akhirnya paham bahwa Indonesia itu beragam, unik dan begitu eksotis.
Sampai-sampai Wallace mengklaim (lewat bukunya): "Disinilah pertama kali saya mengenal banyak burung dan serangga menakjubkan, yang membuat Molluca menjadi lahan istimewa bagi seorang naturalis dan merupakan salah satu daerah dengan karakteristik fauna paling indah dan luar biasa di dunia."
Siapa yang tak takjub dengan Wallace. Ia dengan semangatnya keluar masuk hutan, bolak-balik naik gunung, berhari-hari di pedalaman, dan terombang-ambing di lautan. Sungguh membuat saya tertantang dalam hal melakukan hal yang sama dengan tujuan yang berbeda, yaitu: memetakan (kusus) budaya nusantara.
Belum habis nuansa takjub dengan Wallace. Secara tak sengaja saya mulai berkenalan dengan Jaap Kunst (Sang pelopor etnomusikologi), orang Belanda yang mendedikasikan sebagaian hidupnya untuk seni.
Buktinya, saat pertama kali mendengar keindahan dari suara gamelan Jawa pada natal (tahun 1919) di Keraton Pakualaman (Yogyakarta), Ia kemudian memutuskan untuk melakukan penjelajahan mengelilingi bumi Nusantara (sepanjang tahun 1930 -- 1932), untuk meneliti sembari mendokumentasikan kegiatan-kegiatan seni musik tradisi mulai dari Batak, Nias, Bengkulu (Sumatera), Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Papua.
Berikutnya, meski asing di telinga orang banyak, ialah John Casper Layden. Seseorang berdarah Inggris layak untuk dijadikan panutan dalam memilih passion sebagai petualang (a.k.a Traveler). Itu semua karena jasanya yang begitu besar, dan menjadi aktor penting yang membuat Borobudur dikenal dunia hingga hari ini.
Meski orang-orang mungkin mengenal nama Thomas Stamford Raffles (Gubernur Jenderal Hindia 1811-1816) dengan karyanya "The History of Java" yang membuat dunia tahu Borobudur itu ada.