Untuk itu, masuk ke dalamnya paling tidak tiap orang harus menyalakan senter & headlamp masing-masing. Nah, bagi Anda yang jarang olahraga, bersiaplah untuk ber-ngos-ngos-an ria, sembari dialiri derasnya keringat yang disebabkan oleh lelah, karena sirkulasi udara yang kurang memadai.
Puncak dari perjalanan menyusuri gua, ialah saat berkunjung ke Goa Sipahang yang medannya cukupnya berat. Berat karena kesana harus tracking 300 meter. Berat karena harus naik turun tangga, serta berat karena menjelajahi Goa ini para pengunjung sudah musti rasakan sempitnya ruang-ruang dari Sipahang.
Perkara terdapat tidaknya aura mistis di goa jelas saya tak bisa berkomentar banyak. Pertama, saya tak terlalu peduli. Kedua, sekalipun konon (dahulu) goa ini selalu menjadi langganan para pendekar dari tanah pasudan untuk bertapa, tentu sudah menjadi narasi biasa-biasa saja bagi saya pribadi.
Betapa tidak, Itu disebabkan oleh paparan fakta tentang Goa yang oleh Denys Lombard (sejarawan) dalam bukunya "Taman-taman di Jawa" bertapa sering dianggap "sebagai jalan tapa brata: berpantang, hidup dalam kekurangan, berpuasa, merupakan metode yang memungkinkan orang-orang untuk bisa melampau kondisi manusia."
Terlepas dari itu, bisa berkunjung ke Buitenzorg, selalu membuat jiwa & raga bersenang-senang karena suasana tenang dan mendapatkan asupan udara segar. Hal itu mirip-mirip seperti yang diungkap oleh Alfred Russel Wallace (naturalis), melalui bukunya "Kepulauan Nusantara" kala mengunjungi Bogor kali pertama.
Ia mengungkap: "Bagi orang yang telah lama tinggal didaerah yang lebih panas, Buitenzorg menjadi daerah yang nyaman, udaranya selalu segar dan menyenangkan." Jadi, selamat berlibur kawan-kawan semuanya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H