Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Piknik Tipis-tipis ke Goa Gudawang

21 Desember 2019   06:50 Diperbarui: 21 Desember 2019   06:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau saya tak salah ingat, waktu itu saya dan teman-teman KOTEKA berangkat pada pukul 9:00 pagi dari Sarinah menggunakan elf, yang kemudian memacu kecepatan penuh untuk sesegera mungkin bisa sampai dengan cepat menuju Goa Gudawang. 

Pertanyaan terkait bagaimana kondisi jalanan?, pemandangan menuju lokasi?, macet atau tidaknya? Mohon jangan ditanyakan. 

Betapa tidak, saya sudah bergulat lebih dahulu dalam mimpi, ketimbang memperhatikan kondisi selama perjalanan. Dan saya baru terbangun dari tidur kala semua mulai bersiap-siap memasuki komplek Goa Gudawang. Sembari bergegas untuk membayar tiket masuk (yang sangat murah) yaitu kurang dari Rp. 10.000,-.

bersama rekan-rekan Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka)/ dethazyo
bersama rekan-rekan Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka)/ dethazyo
Bisa dibayangkan, dengan budget segitu, kita dapat menikmati teduhnya taman disekitar Goa, magisnya suasana dalam Goa (yang mulai dibuka oleh umum pada tahun 1991), dan indahnya Goa alami yang terbentuk karena proses karstifikasi bertahun-tahun (Fyi: Batu gamping pembentuk Goa Gundawang diperkirakan berusia 15 juta tahun). 

Sensasi dari 3 Goa

Supaya jelajah Goa menjadi aman dan nyaman, maka salah seorang pemuda lokal-pun, dipilih sebagai tour guide. Darinya, Gua yang namanya diambil karena disekitarnya (dahulu) banyak pohon menteng (Gua Simenteng) terpilih menjadi awalan.

penanda arah ketiga Goa/ dethazyo
penanda arah ketiga Goa/ dethazyo
Seketika saya takjub dengan kreavitas pemerintah lokal yang membuat gerbang masuk Gua berupa kepala Macan. 

Tak tahu pasti kenapa ikon macan dijadikan ikon Goa. Bisa jadi karena desainnya dipengaruhi macan prabu Siliwangi (sang penguasa tana Pasundan) zaman dahulu. Atau pemilihannya karena magisnya suasana dalam goa sehingga terwakili oleh ikon macan.

Benar tidaknya, wallahualam. Hal yang saya tahu pasti, ketika memasuki Gua Simenteng yaitu semua yang masuk ke dalamnya dibuat takjub dengan keindahan stalaktit (sekalipun didalamnya terasa pengap, lembab dan oksigen semakin sedikit).

Untungnya, saat didalam penerangan sudah cukup memadai. Adanya lampu-lampu disetiap sudut goa, sungguh memudahkan orang-orang yang datang untuk sejenak mengabadikan gambar atau video (sebagai tanda oleh-oleh dari perjalanan).

Jikalau goa Simenteng telah memiliki penerangan yang memadai. Berbeda hal bila berkunjung ke goa Simasigit yang sama sekali tak memiliki pencahayaan yang cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun