Dahulu (tepatnya semasa kuliah), saya pernah iseng-iseng menuliskan catatan (versi saya) terkait 3 hal tak bisa dirubah dalam hidup. Pertama, bubarnya band yang digawangi oleh Axl Rose, Slash, Izzi Stradlin, Duff Mckagan, & Steven Adler: Gun N' Roses. Kedua, kotornya sungai di Jakarta. Ketiga, nikmatnya merokok sebagai stimulan menjaring ide-ide kreatif.
Kusus ketiganya. Saya-pun mati-matian mempertahankan pendapat: adalah mustahil menganggap Gun N' Roses (bisa) bersatu kembali, sungai di Jakarta akan (menjadi) bersih, atau saya sendiri (kemudian) dapat berhenti merokok dan mencari stimulan lain untuk menjaring ide-ide kreatif.
Lebih ektrim lagi, saya sama sekali tak percaya akan dewi fortuna dapat hinggap diketiga hal diatas, alias lebih tepatnya menganggap segala upaya membalikkan fakta dari yang saya sebutkan diawal ialah layaknya sebuah mitos, yang cuma didongengkan tanpa paham itu fakta atau fiksi.
Hingga sampai suatu ketika, saya pun tak sengaja mendengar kembali petuah Bismark yang mengatakan bahwa "hidup seperti kunjungan ke dokter gigi. Anda selalu berpikit bahwa hal terburuk belum dimulai. Padahal sebenarnya sudah berakhir."
Seiring bertambahnya usia, ungkapan yang sama ketika sebelumnya terdengar biasa. Perlahan-lahan, saya kemudian menjadi percaya akan sesuatu dapat berubah. Hal itu semakin dikuatkan, saat membaca (kembali)Â pendapat dari Viktor E. Frank dalam bukunya berjudul "Man's Search For Meaning."Â Â
Ia mengungkap "Kita bisa mengatakan bahwa hampir semua tawanan di kamp konsentrasi percaya bahwa kesempatan hidup mereka yang sesungguhnya telah berlalu. Namun pada kenyataanya, ada kesempatan dan ada tantangan."
Setali dengan itu, kekuatan harapan telah menujukkan kita sebuah momentum (yang mana pada saat itu bisa menjadi keajaiban dunia ke-8), dimana sekeras-kerasnya Slash menyatakan sikap "it's not going to happen," dalam setiap interview yang menanyakan terkait band-nya reuni.
Namun semua berubah semenjak awal 2016, mereka berdua (baik Axl Rose & Slash) telah berkomunikasi serta menyatakan kata sepakat untuk bersatu kembali (reuni)Â dalam membawakan Hits terkenal mereka (kembali) mulai dari "Sweet Child o' Mine" hingga "November Rain."
Hal terkait upaya membersihkan sungai di Jakarta pun sama. Semenjak gaung pembersihan sungai begitu digalakkan (meski bukan upaya penuh pemerintah daerah), tapi karena ambisi dari seorang pemuda Belanda bernama Boyan Slat yang satu dasawarsa lalu proyeknya (ingin membersihkan samudera Bumi secara pasif dengan memanfaatkan gelombang laut)Â ditertawakan oleh dunia.
Coba lihat ia di kekinian, sesosok pemuda tersebut telah menjadi pionir dalam usaha pembersihan samudera dan sungai di dunia. Dan ia membawa temuan terbarunya (The Interceptor)Â ke Indonesia.
The Interceptor ini ialah sebuah wahana nirawak yang mampu menyedot hingga 100 ton sampah plastik per hari. Ia digerakkan oleh energi matahari dan bisa bekerja siang malam tanpa memproduksi polusi suara atau udara.
Meski masih dalam proses pengerjaan, diri yang awalnya tak yakin, kini menjadi yakin, seyakin Boyan Slat yang memiliki mimpi membersihkan 1.000 sungai paling kotor di Bumi.
Bahkan, upaya paling mustahil (ego pribadi) berhenti merokok pun, yang sempat saya gaungkan tak bisa jauh dari wangi tembakau, kepulan asap, serta isapan nikotin berbentuk inspirasi. Kini, akhirnya bisa terlepas dari candu nikotin.
Upaya yang dilakukan mulai dari mengurangi komsumsi rokok dari 2 bungkus perhari, menjadi 1 bungkus perhari. Lalu menjadi setengah bungkus, 5 batang, 2 batang, hingga tak lagi menjadi perokok.
Selebihnya, upaya berhenti merokok ini karena berkat dukungan orang tua, membuat jarak dengan teman-teman perokok, serta sejenak menyibukkan diri dalam hal mengadopsi gaya hidup sehat aktif (sering olahraga, perhatikan menu makanan, hingga istirahat yang cukup).
Dan disinilah cerita tersebut bermula. Cerita yang nantinya bisa membuat siapa saja tertantang untuk mempelajari, mencari tahu, serta menyakini asset terpenting dalam menjalani hidup itu bukanlah rumah, tanah, lot saham atau hewan ternak. Bagi saya, sehat adalah aset penting diatas semuanya. inilah cerita saya menjaga kesehatan.
Memasuki Gerbang Hidup Sehat Ala Saya
Hijrah dari gaya hidup tak sehat menuju gaya hidup sehat aktif, tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Pada realitanya, keinginan berubah sungguh cukup tinggi, namun kala melirik realisasi, rasanya semua orang (akan)Â langsung mundur perlahan.
Meski begitu, saya tak patah semangat. Segala daya dan upaya, mulai dari konsisten menerapkan gaya hidup sehat, melatih kreativitas dalam menyusun agenda latihan, serta membutuhkan suatu strategi khusus agar sedikit demi sedikit dapat menjadikan sehat sebagai asset dalam meraih mimpi telah dilakukan.
Hasilnya, saya pun berani berucap, jikalau untuk sehat tak harus mati-matian, karena banyak cara mudah yang cenderung serius dalam membawakan gaya hidup sehat menjadi bagian dari gaya hidup Anda sehari-hari. Inilah beberapa diantaranya yang telah (sudah)Â saya lakukan. Cekidot...
Langkah 1: Sering-sering Berjalan Kaki. Sebagai orang yang menganut pemahaman "Kalau ada hal yang mudah, kenapa harus susah" membuat saya mulai melatih kreativitas untuk berpikir olahraga yang tepat dan bisa dilakukan sehari-hari, sehingga memunculkan aktivitas berjalan kaki sebagai langkah utama.
Perkara manfaat jangan ditanya, mulai dari membakar banyak kalori, menjaga kesehatan jantung, serta panjang umur ialah alasan kenapa aktivitas ini memuncaki daftar agenda sehat yang saya miliki. Dan adapula alasan yang cukup personal, yaitu dengan berjalan saya bisa menikmati tiap detik dalam kehidupan, merenungi kesalahan, dan berbikir akan ide-ide kreatif.
Hal itu mirip-mirip seperti yang diungkap oleh Eric Weiner dalam bukunya yang berjudul "The Geography of Faith," ia mengungkap "berjalan bisa menjadi latihan religious yang amat dalam. Baik itu peziarah Kristen yang menyusuri titik-titik salib di Yerusalem; atau biksu Buddha, dengan mata terpejam, melebur dalam meditasinya saat berjalan; atau Muslim yang berjalan mengitari Kabah di Makkah."
Tak hanya itu, ia pun menambahkan "Thomas Huxley, penemu kata 'agnostik' menganggap tamasya ke pegunungan: setara dengan pergi ke gereja. Thoreau menyebut jalan paginya sebagai: berkat untuk sepanjang hari. Penulis perjalanan Bruce Chatwin berpendapat lebih jauh. Berjalan bukanlah jalur menuju tuhan, tetapi tuhan itu sendiri: jika kau berjalan cukup jauh, kau mungkin tak membutuhkan tuhan lain."
Itulah makna berjalan kaki bagi orang-orang, kalau kamu?
Langkah 2, Ngemil sehat. Pasti ada saja yang berucap "ngemil kok dimasukkan sebagai agenda sehat?" jangan salah, kita semua harus paham bahwa sesungguh ngemil itu termasuk dalam agenda sehat, jika yang dikonsumsi ialah makanan yang kaya akan protein dan tinggi serat, seperti buah-buahan dan ragam olahannya.
Selebihnya, manfaat lainnya bisa diunduh dari pendapat dari American Dietetic Association, Mereka mengungkap, "Ngemil di sela-sela waktu makan mampu meningkatkan konsentrasi. Hal itulah yang membuat orang-orang lebih mudah untuk belajar di sekolah, menyelesaikan pekerjaan di kantor, dan bahagia bersua dengan teman-teman."
Langkah 3, Proteksi Diri, langkah ini (memang) sengaja diambil tetap setelah saya mendengar saran dari Mahatma Gandhi yang dimuat dalam bukunya "A Guide To Health."
Ia mengungkap "pada umumnya, orang-orang diangap sehat bila mereka cukup makan dan rajin bergerak. Serta tidak pergi ke dokter."
Namun, hal tersebut menurutnya ialah hal keliru "ada banyak kasus orang yang menderita penyakit, walaupun mereka cukup makan dan bebas bergerak. Mereka berada dalam pengaruh delusi bahwa mereka sehat, hanya karena mereka terlalu tidak mau ambil pusing untuk berpikir tentang urusan ini."
Setelah menyimak & meresapi apa yang diungkap olehnya. Saya pun menjadi paham, bahwa tak ada satupun manusia yang senantiasa terbebas dari yang namanya penyakit (sekalipun sudah mengadopsi hidup sehat). Untuk itu, langkah berupa prokteksi diri sudah diharuskan menjadi opsi terpenting.
Searah dengan itu, saya dan (kebetulan) keluarga telah mempercayakan itu semua pada Sun Medical Platinum (dari Sun Life). Semuanya karena selain didukung oleh fasilitas jaminan asuransi di jaringan rumah sakit rekanan di seluruh dunia. Manfaat lainnya juga banyak seperti manfaat tunai sampai Rp2,5 juta per hari disaat biaya perawatan sudah dibayar penuh oleh asuransi lain.
Penggantian biaya perawatan dibayarkan sesuai tagihan sampai dengan Rp7,5 miliar, termasuk perawatan berbiaya besar seperti ICU, operasi, cuci darah, dan perawatan kanker. Bahkan, dapat digunakan untuk keperluan operasi rekonstruksi yang bukan hanya terjadi akibat kecelakaan (namun juga akibat penyakit kanker).
Saya (semakin)Â tertarik dan melirik Sun Medical Platinum, karena adanya fasilitas berupa layanan pendapat medis, Layanan evakuasi medis domestik & Internasional 24 jam (dari asuransi dasar), dan dilengkapi dengan pilihan manfaat melahirkan, rawat jalan dan perawatan gigi.
Kebanyakkan orang akan beranggapan dengan banyaknya manfaat yang diberikan, premi yang dibayarkan pastinya cukup tinggi. (sekali lagi) Kabar baiknya, Sun Medical Platinum memiliki preminya cukup terjangkau (bisa dilihat disini).
Berkatnya, maka paripurna-lah sudah kiat menjaga kesehatan (versi) saya. Semoga bisa bermanfaat untuk segenap Anda yang membaca. Semangatt...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H