Realita tersebut, rasanya tak perlu lagi berlarut-larut menjadi pemandangan suram untuk masa depan bangsa ini. Boleh saja (sekali lagi) KPK dapat mengungkap banyak kasus korupsi yang sampai Desember 2018 ini, KPK menerima 6.202 laporan masyarakat (sekalipun, dari 6.143 yang telah diverifikasi, hanya 3.990 laporan berindikasi tindak pidana korupsi, selebihnya sebanyak 2.153 bukan laporan yang berindikasi tindak pidana korupsi).
Tetap saja, hal tersebut bukanlah suatu prestasi. Betapa tidak, bicara keberhasilan penegakan korupsi itu, bukanlah berapa banyak kasus korupsi yang berhasil diselesaikan KPK. Terlebih, kepada berkurangnya kasus korupsi dari waktu ke waktu, hingga sama sekali tak ada aparatur negara yang melakukan tindak pidana korupsi.
Salah satu caranya, selain menguatkan KPK, ialah dengan mulai menanamkan budaya pentingnya rasa malu kepada masyarakat. Bisa berbentuk himbauan, dijadikan kurikulum anti korupsi, sosialisasi, memanfaatkan ragam medium kreatif seperti film maupun musik.
Untuk itu, tak ada salahnya bagi kita untuk mengadopsi budaya, baik dalam maupun luar negeri yang mengandung makna akan pentingnya rasa malu. Inilah beberapa diantaranya.
Ritual Seppuku (Jepang)
Ritual Seppuku atau yang kini dikenal dengan Hara-kiri aka bunuh diri, tentu sudah ada semenjak masa Samurai. Ritual ini dilakukan jika ada seorang Samurai yang gagal dalam misinya, melakukan kesalahan, memberontak, atau merugikan orang lain.
Menariknya, dari ritual inilah (kebanyakkan)Â masyarakat Jepang paham, bahwa hidup harus memiliki budaya malu yang tinggi. Hal tersebut tak hanya berlaku bagi para Samurai saja, bagi rakyat Jepang pada era kekinian pun, tradisi memiliki budaya malu sudah sedemikian dibentuk.
Itu semua dapat disaksikan kala salah mereka menemukan kegagalan. Saat gagal, mereka menanggalkan egonya. Saat gagal, mereka berani melepas jabatannya. Bahkan saat gagal nyawa pun bisa hilang dari raganya. Lalu, adakah ritual serupa di Indonesia?
Ritual Puputan
Kala Masyarakat Jepang Mengenal ritual Seppuku yang tujuan dari tradisi tersebut ialah untuk mengegolarakan semangat tahu malu, maka di Indonesia pun ada juga ritual yang secara bentuk agak berbeda, namun memiliki makna yang sama, ritual tersebut bernama puputan.
Lengkapnya, salah satu peristiwa puputan bisa didapat kala membawa Cerpen dari Iksaka Banu yang berjudul sama dengan buku "Semua Untuk Hindia."Â Pada cerpen yang mengambil latar kejadian perang puputan yang diawali oleh Invasi Belanda di Bali di tahun 1906.