Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Teruntuk (Para) Pejuang Lingkungan: Teruslah Melawan

4 Juni 2019   21:33 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:47 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tolak Reklamasi/ Fanpage Bali Tolak Reklamasi

Jikalau diharuskan menulis surat untuk menyemangati sesama bagi yang dilanda kesukaran selama bulan Ramadan (bahkan sampai bulan-bulan berikutnya), guna terus semangat, terus bergelora, dan terus berjuang. 

Maka sudah pasti surat tersebut akan tertulis untuk para pejuang lingkungan yang selama ini berjuang mempertahankan haknya, mempertahankan kampung halamannya, mempertahankan tanahnya, mempertahankan mata pencahariannya, dan mempertahankan apa yang mereka yakini benar.

Sebut saja pesan ini teruntuk mereka yang terus menggelorakan semangat Bali Tolak Reklamasi. Warga pegunungan Kendeng yang terus berjuang memperoleh keadilan, Para pejuang lingkungan di Sumbawa, yang tetap semangat tanpa lelah dalam menjaga ekosistem mangrove agar tetap lestari, serta mereka yang tak sempat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.

Teruntuk nama-nama yang disebutkan diatas, jelas, saya pribadi angkat topi. Semangat Bali Tolak Reklamasi teluk Benoa telah sedari dulu digaungkan setelah mantan presiden (yang baru saja berduka) Susilo Bambang Yudhoyono, menerbitkan Perpres Nomor 51/2014 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 45/2011 mengenai Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Itulah gerbang yang membuka peluang dan mengizinkan reklamasi di wilayah konservasi Teluk Benoa. Berupa berubahnya zona konservasi jadi zona budidaya. Dalam artian, sekitar 700 hektar teluk Benoa, dapat direvitalisasi, termasuk didalamnya kegiatan reklamasi, yang disanyalir akan membawa dampak kerusakan lingkungan, pemiskinan masyarakat asli, penghancuran lingkungan hidup, dan ancaman bencana alam.

Tolak Reklamasi/ Fanpage Bali Tolak Reklamasi
Tolak Reklamasi/ Fanpage Bali Tolak Reklamasi
Setali dengan itu, perjuangan warga sekitar pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah-pun hampir sama. Mereka berjuang menolak gunungnya dikeruk untuk alih-alih mendapatkan keuntungan dari aktivitas penambangan salah satu pabrik semen. Batapa tidak, ancaman bencana dirasa lebih menakutkan dibanding hanya sekedar berbicara pundi-pundi pendapatan semata.

Aksi Wanita Kendeng/ WALHI
Aksi Wanita Kendeng/ WALHI
Terkait pejuang lingkungan di Sumbawa pun langsung melakukan aksi nyata, mereka tak pernah lelah melakukan upaya penyelamatan lingkungan dengan mulai menjaga dan merawat ekosistem mangrove di pesisir-pesisir Sumbawa. Karena kita ketahui bersama mangrove ialah sabuk pengaman daratan, dalam artian mampu menghindari daratan dari erosi, abrasi, intrusi (proses masuknya air laut ke dalam daratan). Selain itu, mangrove memiiliki kemampuan penyerapan emisi karbon terbaik dari tanaman mana-pun didarat.

menjaga ekosistem mangrove/ dethazyo
menjaga ekosistem mangrove/ dethazyo
Hal yang paling hebat, mangrove juga memiliki nilai ekonomis tinggi kalau dikelola, baik mengola buah mangrove sebagai makanan, minuman ataupun sebagai bahan dasar kosmetik. Manfaat yang paling anyar ialah mampu mengurangi daya rusak dari Tsunami dan dambak bencana dari perubahan iklim. Oleh karenanya, mendukung para pejuang lingkungan ialah suatu keharusan. Kenapa? Karena hidup tak melulu berbicara pundi-pundi pendapatan, kekuasaan, serta kerakusan.

selamatkan lingkungan demi anak cucu/ dethazyo
selamatkan lingkungan demi anak cucu/ dethazyo
Ragam aksi pun telah mereka lakukan, mulai dari turun kejalan, aksi nyata, protes langsung kepada pemerintah, hingga melakukan cara-cara kreatif dalam melawan. Bali Tolak Reklamasi menyuarakan penolakannya dalam lirik lagu "Bangun Bali/ Subsidi petani/ Kita semua makan nasi/ Bukannya butuh reklamasi/ Keputusan bau konspirasi/ Penguasa pengusaha bagi komisi/ Konservasi dikhianati."

Para perempuan pegunungan Kendeng pun tak mau kalah, benih-benih perlawan dituangkan dalam lirik "Yen to Kendheng den kiwakna...Putusan pangwasa teges anti tani Pak Jokowi, ngaten niku? Kang pangwasa kersakna? Lamun ngaten kula namung saget nguwuh...Lmah banyu angin dayanya... Uripa kanggo mbengkasi..." atau bila artikan menjadi "Bila Kendeng diabaikan...Keputusan penguasa berarti anti petani... Begitulah, Pak Jokowi? Yang dikehendaki para penguasa? Jika memang begitu, kami hanya bisa meminta...Kekuatan tanah, air dan angin."

Jika surat ini dianggap anti pembangunan, maka jelas Anda salah besar. Perlu dipahami, menolak bukan berarti pula saya atau mereka anti dengan pembangunan (karena menggelorakan semangat penolakan), tapi kita akan mendukung pembangunan sesuai dengan asas dibawah ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun