Di bulan Ramadan inilah masa-masa dimana diri pribadi yang berada dirantauan (Jakarta), sering kali ingat dengan pengalaman sewaktu kecil berpuasa di kampung halaman (Sumbawa Besar). Pengalaman tersebut tak lain banyak memuat tentang perkara kebersamaan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan akan moment-moment bersama orang tua.
Betapa tidak, dari moment bersama mereka-lah diri pribadi akhirnya paham, bahwa di bulan Ramadan, tak hanya berbicara terkait berpuasa dan beribadah selama satu bulan penuh saja. Terlebih mereka selalu menyelipkan semangat untuk berbagi kepada sesama lewat tradisi sedekahan yang mirip-mirip dengan ajang sedekahan yang menjadi tradisi dalam masyarakat Betawi di ibukota.
Sedekahan yang dimaksud disini ialah membuat suatu acara (biasanya buka puasa bersama) dengan makan bersama, dan mengajak serta tetangga-tetangga maupun sanak famili menuju rumah dengan semua hidangan disediakan oleh empunya rumah (orang tua).
Sekalipun moment berbagi tak dilakukan dirumah, biasa acara tersebut terselenggara di masjid menjelang buka puasa, yang berarti penyediaan hidangan makanan tak hanya dari orang tua semata, karena mengajak serta banyak orang terutama keluarga dekat untuk berbagi peran menyediakan menu berbuka puasa.
Hidangannya pun, kadang kala disajikan dalam nampan atau piring besar yang cukup untuk empat orang. Menariknya, moment menyantap makanan bersama-sama dalam nampan, tentunya dapat menambah tali silaturahim antar sesama.
Kenapa? Karena setiap orang akan berusaha menjaga sikap agar tak Nampak serakah dalam menyantap hidangan. Masing-masing harus dapat menjaga agar tak "menyerobot" bagian makanan yang ada di hadapan teman se-nampan. Melalui tradisi inilah nilai-nilai sosial dan hidup bersama muncul. Sungguh indah bukan, kala bersama-sama meraih kebaikkan?
Itulah mengapa dalam setiap Ramadan, tepatnya setelah dapat menghasilkan pundi-pundi pendapatan sendiri, hati rasanya selalu berbisik, "bisakan diri pribadi berbagi rejeki lebih banyak dari Ramadan kemarin?" Keinginan tersebut wajar-wajar saja, karena sepemahaman saya, salah satu fondasi dari kebahagiaan ialah berbagi walau sedikit, berbagi walau sibuk dan berbagi walau serba keterbasan.
Oleh karenanya, seketika tunjangan hari raya THR mulai turun dari kantor, maka langsung saja, dana dibagi ke dalam beberapa pos, seperti beli tiket mudik -- balik, oleh-oleh, tabungan, THR dan bersedekah.
Dikarenakan diri pribadi, tak tahu pasti bagaimana mengelolah keuangan untuk disedekahkan, maka seluruhnya pos pengeluaran (kusus sedekah) beserta THR untuk para sepupu dan keponakan yang masih kecil, langsung diberikan kepada orang tua (biasa ibu) yang telah berpengalaman sedari dulu dalam memberi THR dan bersedekah.
Kalau dulu diri pribadi langsung bergegas menuju ATM untuk melakukan transfer dan sering kali lupa akan nomor rekening dari orang tua, sehingga tiap sampai didepan mesin ATM, aksi menanyakan kembali nomor rekening selalu berulang.
Beruntungnya, sekarang semuanya dipermudah, dan seakaan-akan dimanjakan oleh zaman. Kalau dulu harus panas-panasan dan bersusah payah mencari ATM untuk melakukan transaksi, kini semuanya semakin mudah. Karena yang dibutuhkan ialah smartphone yang terhubung jaringan Wifi, kemudian masuk ke App Store maupun Google PlayStore untuk menginstall m-BCA.
Setelahnya, klik tombol QR, lalu scan QR code rekening tujuan, tentukan nilai transfer, cocokan informasi transfer, masukkan kode pin m-BCA, dan tadaa proses transfer-pun berhasil. Uniknya, proses ini dilakukan tanpa beranjak sedikit pun dari tempat beraktivitas, baik saat duduk manis di kantor, di caf ataupun di kost-kost-an. Berkat QRku keinginan berbagi (kembali) pada Ramadan kali ini semakin mudah, hemat waktu, dan benar-benar dibikin simpel. Semangatttt...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H