Tanpa menunggu lama, karena memang pemiliknya ialah teman sepermainan semasa kuliah, sehingga membuat pria bernama lengkap Riscy Octa  (28 tahun) mudah ditemui. Seperti biasa, sosok dibalik Dendeng Badendang ini selalu santai diajak dibicara. Sehingga, membuat segala pertanyaan-pertanyaan langsung terjawab. Termasuk kala bertanya, bagaimana awalan terjun bisnis makanan.
Riscy, sehari hari bekerja disalah satu Startup multi-nasional (Grab Indonesia) dengan posisi sebagai art director yang tepatnya berada dibagian marketing. Itulah mengapa ia begitu paham walau sedikit, terkait bagaimana proses pengemasan dan mengurusi marketing dari Dendeng Badendang.
Baginya, Dendeng Badendang ini bukanlah sebagai ajang awalan terjun ke bisnis, karena pria lulusan dari Universitas Paramadina ini, sudah lebih dulu terjun ke bisnis dengan brand "Martabak Gahar"Â yang sudah memiliki 7 cabang.
Berhubung keinginannya untuk mencoba mengenalkan salah satu makanan Minang ke khalayak luas pada momentum bulan Ramadan, dengan dukungan dari segenap keluarga, termasuk tante-nya yang menjadi juru masak sekaligus pemilik restoran di Padang. Maka munculkan ide-ide untuk membuat produk dendeng dengan jargon "Baru Dipandang, Lidahlah begoyang."
Oleh karena itu, Riscy berdua dengan sang tante berbagi tugas. Tantenya berperan sebagai koki yang mengekplorasi rasa, dan riscy yang terjun untuk marketingnya. Mulai dari promosi, foto produk, mengatur keuangan dan sampai pengemasan satu persatu.
Kombinasi inilah yang membuatnya, tak mengeluarkan banyak biaya. Pertama, karena tak menyewa tempat. Kedua, karena tak membutuhkan banyak karyawan. Ketiga, karena paling modalnya hanya tersita pada bahan baku, pengemasan dan promosi saja.
Dalam memetakan keuntungan yang ingin diraih, Riscy tak muluk-muluk. Ia hanya berharap keuntungan dari penjualan Dendeng dapat membuat ibu dan tante-nya untuk naik haji. Selebihnya, bisa menjadi modal baginya untuk terus mengeklorasi ide-ide untuk membuat dan menyajikan produk yang disukai oleh masyarakat luas, hingga berlajut pada bulan-bulan setelah Ramadan.
Tanggapan positif dari orang-orang yang telah mencoba produknya, menjadi modal baginya untuk terus mencoba mempromosikan produk andalannya. baik lewat media sosial maupun lewat marketplace. Itu semua berkat kemajuan zaman yang mana orang-orang kalau ingin produk tak harus bertatap muka, tinggal mengunjungi lapaknya di sosial media ataupun marketplace. Produk dapat dibeli dengan beragam macam cara pembayaran yang mengandalkan fintect (financial technology). Mau transfer via ATM atau dengan Internet Banking sakalipun, semua tersedia.
Atas bisnisnya ini, Riscy pun mematri keinginan sederhana, agar bisnis makanan khas padang-nya dapat bersinar kembali di dunia makanan. Itu sudah lebih dari cukup. Sekalipun harus menghadapi fase jatuh bangun dalam berbisnis, dan seperti hal yang diungkap oleh Erich Fromm "supaya tahu kesabaran apa yang kita butuhkan, cukup dengan melihat anak belajar berjalan. Dia jatuh , jatuh lagi, dan jatuh lagi, tapi dia terus mencoba, makin bisa, hingga suatu hari dia berjalan tanpa terjatuh." Semangatt... Â