Sejatinya, bulan Ramadan bukan hanya berbicara prihal menahan hawa nafsu, haus, lapar dan emosi semata. Karena kita harus paham bahwa ada satu lagi hal yang penting dan sudah semestinya di proklamirkan setiap Ramadan tiba, yaitu puasa dari sampah plastik perusak lingkungan.
Betapa tidak, puasa dari sampah plastik sungguh penting. Urgensi tersebut dikarenakan Volume sampah selama Bulan Ramadan di berbagai kota meningkat tajam, bahkan sampai menyentuh 25% (didominasi oleh sampah makanan, plastik dan bungkusan). Belum lagi kala merujuk pada data yang unggah oleh riset Jambeck (2015) yang mengungkap Indonesia sebagai Negara nomor 2 dengan sampah plastik terbanyak didunia.
Sungguh fakta yang mampu membuat hati meringgis, bukan? Apalagi ditambah adanya berita melalui siaran televisi yang mewartakan, rata-rata Tempat Pembuangan Akhir (TPA) diberbagai kota sudah melebihi kapasitas seharusnya, maka jelas, hati akan meringis kali kedua.
Sedih si boleh saja, namun sebagai generasi kekinian yang akrab dengan istilah generasi pembaharu, sudah semestinya menggunakan pikiran untuk menanggulangi permasalahan sampah. Meski tak mengerti cukup banyak terkait pengelolahan sampah, paling tidak dengan spirit 3R (reduce, reuse, & recycle) yang masih diterapkan hingga hari ini, diri pribadi sempat mengabdi dengan beberapa komunitas yang konsen terhadap lingkungan, setidaknya cukup paham langkah apa saja yang dapat dilakukan, guna mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai, kususnya di bulan yang penuh berkah ini.
Hal sederhana yang bisa dilakukan dan diawali dari diri sendiri  ialah dengan melakukan upaya seperti membawa tas belanjaan sendiri, bawa tumblr, memilah sampah sesuai jenisnya agar mudah didaur ulang, serta berbelanja tak berlebihan apalagi yang banyak menggunakan material kemasan plastik. Semua itu dilakukan merujuk pada artian surat Al A'raf ayat 31 "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Perkara keperdulian pribadi, tentu cukup mudah diaplikasikan. Lalu, bagaimana membuat agar ber-diet sampah plastik dapat menjadi gerakan populer oleh segenap warga masyarakat selama puasa, itu baru tantangan. Maka dari itu, tak salah jika saya meminjam modul dari Komunitas Eco-deen, yang mana sebuah wadah bagi pemuda muslim dengan minat mengelolah lingkungan hidup sesuai prinsip islam.
Menurut mereka, langkah yang paling tepat ialah diawali dari masjid. Pertama, karena masjid merupakan pusat peradaban, dan memiliki peranan penting dalam membangun generasi muslim peduli lingkungan. Kedua, karena masjid merupakan rumah Allah. Yang tentunya ingin kita jaga kebersihannya, juga menjaganya dengan akhlak baik, dan tak mengotori sekitarnya. Ketiga, karena bulan Ramadan ialah bulan penuh kebaikkan, dan masjid-lah yang dapat menjadi perpanjang tangan dari kebaikkan tersebut.
Kalau kita familiar dengan istilah 3R, berbeda dengan Komunitas Eco-deen yang mempolulerkan spirit tersebut dengan nama Kang Pisman yaitu singkatan dari kurangi, Pisahkan, dan memanfaatkan.Â
Kang (Kurangi)
Langkah ini ialah langkah dimana di masjid mulai memberikan himbuan dalam bentuk pengunguman dari takmir masjid kepada segenap jama'ah, bisa melalui pengunguman singkat via toa masjid, poster popular dilingkungan masjid, maupun via media digital guna menyebarkan semangat mengurangi potensi sampah/ konsumsi barang yang sulit terurai.
Pis (Pisahkan)