Setiap orang pasti akan setuju ketika ramadan diidentikkan sebagai bulan penuh berkah dan ampunan. Maka dengan spirit itu pula, jiwa seseorang dalam membantu sesama terasa kental, guna mencari berkah, guna menebus kesalahan, dan guna mendapatkan pahala dari yang maha kuasa.Â
Namun, karena naluri membantu sesama semakin meninggi kala Ramadan datang, tak jarang, ada saja oknum-oknum yang sering kali memanfaatkan momentum ini sebagai ladang menghasilkan pundi-pundi lewat lajur kejahatan finansial perbankan.
Jelas, hal itu sedikit menciderai tiap kali Ramadan tiba, walau modus operandi-nya yang kadang berulang-ulang dan ada pula yang sedikit meng-upgrade siasat dengan sentuhan kekinian. Kejahatan biasa diawali dengan alibi memenangkan suatu undian, kemudian seakan-akan menghipnotis seseorang untuk segera melakukan transaksi perbankan, baik secara online, ataupun langsung melangkahkan kaki ke ATM.
Itu baru undian, modus yang sama, lazim pula berbentuk sebuah panggilan yang membuahkan kekhawatiran berlebih, dikarenakan yang melakukan panggilan ngakunya aparat kepolisian, dengan nada-nada tinggi nan mengintimidasi, mencoba menjalaskan duduk perkara kejahatan yang dilakukan salah satu anggota keluarga (biasanya anak) dalam beragam kondisi. Biasanya di tilang, kasus narkoba, kecelakaan atau terlibat perkelahian, yang memungkinkan si penelepon memiliki bargaining position sebagai penengah dan dapat menyelesaikan masalah.
Tujuan akhirnya pun sama. Sama-sama minimbulkan ketakutan, sama-sama memanfaatkan kepedulian seseorang, dan sama-sama membuat kaki melangkah lebih jauh menuju ATM untuk segera melakukan transaksi, dengan harapan segala macam masalah cepat diselesaikan. Padahal, bisa saja dana yang dikeluarkan tadinya untuk menutupi biaya mudik, biaya renovasi rumah, maupun biaya mempersiapkan lebaran dengan makanan dan minuman penggugah selera di ruang tamu.
Belum lagi kejahatan penipuan kekinian yang berupa toko online disuatu marketplace ataupun sosial media yang menjajahkan berbagai macam keperluan lebaran. Misalnya, baju, sepatu, gadget dan segala macamnya.Â
Karena merasa harga yang ditawarkan cukup murah dibanding penjajah barang lainnya, naluri berburu barang seketika meninggi, alias harga miring sedikit, langsung sikat tanpa memperhatikan apakah toko tersebut sedikit janggal dan belum terpercaya. Akibatnya, dana telah dibayarkan dan barangnya hingga lebaran tiba, tak kunjung datang, mirip-mirip bang Toyib yang tak kunjung pulang. Hehehehe..
Kala semua orang berharap kaum penipu jera, ya sah-sah saja, yang jelas pihak yang berwajib pun telah berusaha mengungkap siapa saja yang menjadi otak dari para penipu. Meski begitu, kita pun tak boleh berpangku tangan dengan menyerahkan seluruhnya kepada pihak berwajib, selayaknya berserah diri kepada yang maha kuasa. Kenapa? Karena kita pun dapat melakukan suatu tindakan pencegahan agar kejadian yang sama, takkan terulang dikemudian hari. Dan Inilah beberapa cara pencegahan yang terhitung simpel. Cekidot...
Cek dan ricek
Beruntunglah bagi orang-orang yang menghabiskan waktu menjadi jurnalis atau paling tidak, pernah merasakan bekerja didapur redaksi pemberitaan. Kenapa? Karena setiap informasi yang masuk ,takkan langsung dicerna mentah-mentah. Ada proses cek & ricek informasi terlebih dahulu sebelum akhirnya menutuskan untuk menayangkan atau setuju dengan informasi.
Nah, dalam rangka waspada dalam penipuan, prinsip diatas dapat diterapkan. apapun informasi yang diterima, apalagi informasi tersebut berasal dari nomor telepon tak dikenal. Ada baiknya, segera di telusuri terlebih dahulu, cek nomor handphone-nya, website-nya, dan customer service-nya. Baru setelahnya memutuskan untuk mengambilkan tindakan. Dengan begitu, resiko tipu-tipu takkan hadir di hidup Anda.