Sesuatu yang jelas, pandangan itu adalah pandangan yang sering kali saya, penulis atau Anda pembaca saksikan setiap hari kala berjumpa realita menumpang transportasi publik yang ada. Bedanya, kita hanya menikmati ditataran pikiran, dan penulis meluapkannya dalam satu judul tulisan reportase utuh nan menarik.
Berhubung diri pribadi dan penulis sama-sama lahir dari Rahim pendidikan Jurnalistik, serta sama-sama pernah merasakan serunya berburu berita dan narasumber dari satu tempat ke tempat lainnya. Maka dari segelumit kelebihan penulis di atas, tentu ada pula kekurangan yang terlihat oleh kacamata pribadi. Kekurangannya ialah sama seperti kebanyakkan wartawan yang ada, terlalu banyak mengutip keterangan dari narasumber, seakan semua obrolan harus diwartakan. Padahal, tentu tak harus begitu adanya.
Saya pun sepaham jika reportase yang baik ialah reportase yang harus melihat, merasakan, dan mendengarkan sendiri. Itu benar dan tentu tak ada keraguan sedikit-pun akan hal itu. Cuman, jika hanya menuangkan saja apa yang dilihat dan dengar tanpa adanya ekplorasi atau proses menggali lebih dalam dari tema, dapat dikatakan laporan reportase yang dihadirkan akan terasa kering dan kurang menggigit. Betapa tidak, seorang waktawan sudah seharusnya dapat mengakulturasi pengetahuannya dan menuangkan dalam satu kanvas utuh sebuah tulisan reportase.
Itu cuma untuk beberapa reportase loh, selebihnya sudah cukup baik. Senang rasanya bisa membaca karya yang senantiasa membuat saya sedikit bernostalgia akan aktivitas memburu berita. Terus berkarya dan terus semangat mendongeng tentang Ibu Kota, Viriya Paramita. Semangat!!!
Detail
Judul Buku : Menjejal Jakarta
Penulis : Viriya Paramita
Penerbit : EA Books
Tahun Terbit : Januari 2018 (Cetakan ke-2)
Jumlah Halaman : xvii + 230