Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mencoba Sate Klatak Khas Yogyakarta di Bekasi

2 November 2018   14:41 Diperbarui: 3 November 2018   17:35 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah seorang pengunjung menikmati makanannya/ dethazyo

Mengetahui diri akan mulai berkantor di Bekasi hingga dua bulan ke depan, sungguh membuat kepala pusing tujuh keliling. Bukan karena jauhnya jarak dari rumah menuju kantor, terlebih karena diri pribadi yang terbiasa dengan alur kerja kreatif yang biasanya masuk kerja pukul 10.00 pagi atau bahkan siang hari selama memegang teguh prinsip 8 jam/hari, kini harus mencoba menghadapi kultur baru yang mengharuskan stay di kantor tepat pada pukul 08.00 pagi. Oleh karenanya, tak mungkin setiap hari harus pulang pergi Jakarta -- Bekasi, apalagi diri yang telah biasa masuk siang hari, jelas sukar.

Solusi satu-satunya ialah menginap, karena memang pihak kantor telah berbaik hati menyiapkan penginapan selama di Bekasi. Artinya senin -- jum'at menginap, dan baru sabtu -- minggu bersua kembali dengan ibu kota. Awal memang sedikit susah menghadapi perubahan kultur kerja, namun jika ingat kembali kepada kata bijak, bisa itu karena terbiasa. Bener banget kan?

Benar saja, kala mengingat kata itu langsung saja sebuah inspirasi muncul dibenak dan seraya mengingat kembali nasehat dari Mark Manson dalam buku larisnya yang berjudul The Subtle Art of Not Giving A F*ck, ia berkata "jika setiap proyek yang saya mulai gagal, jika setiap lamaran yang saya kirim tidak pernah dibaca, saya hanya bisa berpulang ke titik awal dimana saya mulai. Jadi, mengapa tidak sekalian mencoba?."

Berkat kata-kata itu, entah mengapa saya menjadi bersemangat untuk memulai aktivitas baru ditempat yang baru. Sisi baiknya, saya pun dapat mengenal tempat dimana saya bekerja untuk sementara. Kalau tidak bertemu dengan orang baru, ya paling tidak mencoba menggali kekayaan kuliner tempat tersebut. Dan itulah yang saya lakukan.

Berhubung saat ini saya berada tepatnya di Grand Wisata Bekasi. Untuk itu, sebuah list tempat makan yang sekiranya tak jauh dari kantor telah dirangkum dari komentar teman-teman serta sedikit-sedikit menggali informasi melalui internet. Setelah menentukan pilihan, maka Sate Klatak Joss Gandoss didaulat menjadi tempat pertama dari 10 besar list tempat makan yang tersedia.

Kenapa Sate Klatak? Sungguh pertanyaan ini terlalu personal, ceritanya sekiranya dimulai tahun lalu, dimana saat sebuah seri film yang pernah digadang-gadang sebagai awal kebangkitan film nasional, ya apalagi selain AADC, alias Ada Apa Dengan Cinta? 2 booming di bioskop. Dikarenakan dalam film yang mengangkat romantika Rangga dan Cinta banyak terkait akan tempat wisata dan kuliner di Jogja, dan salah satunya adalah Sate Klatak yang sempat viral. Rasanya, siapa saja teman saat itu langsung merekomendasi untuk mencoba langsung nikmatnya sate super empuk dengan tusukan jeruji yang khas, plus disajikan dengan nasi hangat sambil dicocol kuah gulai yang menggugah selera.

Mendengar cerita saja sudah membuat candu, meski kini bukan mencoba langsung sate Klatak di Yogyakarta, Sate Klatak Joss Gandoss yang beralamat di Ruko River Town BA 02/33, Mustikajaya, Bekasi, patut dicoba. Masalah enakan mana antara Sate Klatak di Jogja langsung atau Bekasi, itu nanti dulu, hal pernah dan menjadi langkah awal adalah mencoba.

Saat sepulang kerja, langkah langsung mengarah ke lokasi yang berada tepat didepan jalan besar. Sebelum masuk ke ruangan, sapaan berupa aroma sate yang didominasi garam dan lada sebagai bumbu utamanya langsung akrab tercium oleh indra penciuman. Bahkan setelah masuk dan memilih tempat duduk tepat dilantai dua, suasana jogja makin terasa karena ragam pajangan berupa foto-foto, dan membuat saya seakaan-akan berada di Jogja seakan-akan tak sedang berada di Bekasi.

salah satu sudut di lantai 2/ dethazyo
salah satu sudut di lantai 2/ dethazyo
salah seorang pengunjung menikmati makanannya/ dethazyo
salah seorang pengunjung menikmati makanannya/ dethazyo
pose-pose/ dethazyo
pose-pose/ dethazyo
Tanpa pikir panjang, saya dan salah seorang teman langsung memilih menu Sate Klatak Kambing (47 K), Tengkleng Kambing (37 K) dan masing-masing memesan Es Kelapa Alpukat (18 K), dan Es Tiramisu (12 K) untuk mengenyangkan dahaga karena seharian dibuat lelah bekerja. Sembari menanti makanan datang, ritual foto-foto menjadi menu wajib lainnya yang harus dilakukan ditempat ini, paling tidak sebagai penegas eksistensi bahwa pernah mencoba sate Klatak yang legendaris itu. Hehehehe..

Sate Klatak Kambing (47K)/ dethazyo
Sate Klatak Kambing (47K)/ dethazyo
Tengkeleng Kambing (37K)/ dethazyo
Tengkeleng Kambing (37K)/ dethazyo
Moment yang ditunggu-tunggu pun tiba, seporsi Sate Klatak Kambing menjadi pesanan pertama yang terhidang diatas meja tepat bersama cocolan sambal kecap beserta kuah gulai dan diikuti pula olah tengkleng kambing yang dengan menggugah selera melalui cita rasa manis, gurih dan tentu saja pedas. Keduanya sangat cocok dipadukan dengan nasi hangat.

Saat mencoba satu tusukan pertama sate kambing dengan potongan gede-gede, rasanya benar-benar nikmat, plus empuk & juicy. Ditambah lagi dengan adanya kuah gulai, sungguh perpaduan yang tepat. Sangking enaknya sampai-sampai tambahan sepiring nasi mau tak mau didatangkan sebagai kenikmatan dari orgasme rasa sate khas Imogiri Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun