Sebagai anak rantau, yang sehari-hari menghabiskan banyak waktu di tanah rantauan (Jakarta), serta sedikit waktu di tanah kelahiran (Sumbawa Besar), kehadiran transportasi udara berupa pesawat terbang sebagai transportasi yang dikenal cepat dan efesien sudah sepantasnya menjadi pilihan. Bahkan selama proses bolak -- balik (Jakarta -- Sumbawa), selalu pesawat terbang yang menjadi alternatif dibanding yang lainnya.
Bersamaan dengan hal itu, selalu ada pengalaman menarik yang dialami oleh diri pribadi sewaktu mengejar penerbangan, yaitu memilih transportasi dari dan Bandara. Kalau di Sumbawa hal ini mungkin tak terlalu masalah, karena setiap mau berangkat ke tanah rantau, akan banyak orang yang mengacungkan jari untuk siap mengantar dan letak Bandara Brang Biji, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, tepat ditengah kota. Isengnya, tinggal jogging sedikit sudah sampai. Maka dari itu, tak ada cerita harus siap-siap terlalu dini semisal 4 jam sebelum penerbangan pesawat.
Berbeda hal dengan di ibu kota (Jakarta), alternatif yang bisa di pilih dari dan ke bandara Soekarno-Hatta, sedari dulu hanya ada Taxi, Damri, abang-abang punya mobil mangkal dan yang paling nge-hits pesan transportasi melalui online. Cuman tetap saja, kendala berupa macet, kurang efisien dan ada yang berbiaya lumayan mahal. Tapi, apalah daya itu-itu saja pilihan yang ada, mau tak mau ya harus dipilih, itupun tepat 4 jam sebelum penerbangan harus sudah berada di Bandara.
Abis, kalau tak begitu, momok ketinggalan pesawat akan mengintai. Sudah tahu kan bagaimana rasanya kehilangan pesawat dengan alasan kejebak macet, ada kecelakaan, perbaikan jalan dan lain-lainnya? Tentu saja, sakitnya sampai ke hati yang paling dalam bahkan hingga kebawah terus diingatan.
Karena urusan ini saya langsung bersenada dengan Erich Fromm, yang dalam bukunya yang berjudul 'Seni Mencintai' ia mengungkap bahwa "Manusia Modern berpikir dia kehilangan sesuatu -- Waktu -- bila dia tak mengerjakan hal-hal dengan cepat; tapi dia tak tahu apa yang harus dilakukannya dengan waktu yang dia peroleh -- selain menghabiskannya."
Awalnya saya setuju saja oleh pernyataan Erich Fromm, seiring kemajuan zaman, apalagi sekarang sudah masuk zaman now, plus Kereta Bandara RAILINK telah hadir sejak September tahun lalu dari Stasiun Sudirman Baru, Jakarta Pusat dan ke Bandara Soekarno Hatta, saat itulah, saya langsung berlawanan arah dengan pernyataan diatas (khusus masalah naik transportasi hehehe).
Kata 'super mewah'yang saya sebutkan diatas, bukanlah pepesan kosong belaka, semua terbukti dari fasilitas penunjang perjalanan yang ada di kereta. Sebutnya kursi seperti yang dimiliki kereta api eksekutif, colokan USB, tempat bagasi barang dan 4 TV LED tiap gerbong, Wifi, hingga toilet yang antara laki-laki dan wanita dipisah. Sungguh mewah, bukan?
Setelah proses pilih-pilih selesai. Anda langsung langsung diarahkan menuju menu pembayaran, khusus saya, ya milih Danamon Online Banking, dan bukan yang lain. Tinggal akses internet banking terus tekan ok. Tiket langsung di kirim melalui E-mail. Jadi, saat nanti tiba di stasiun, saya cuma tinggal datang cetak tiket, dan cus ke Bandara Soekarno-Hatta dengan berucap #saatnyapegangkendali & #saatnyagakribet. Bye-bye macetnya Ibukota... Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H