Rasa penasaran yang menggebu-gebu dirasakan diri pribadi kala mendapat undangan pembukaan salah satu dari 5 cabang Restoran Dapur Solo di daerah Panglima Polim Jakarta, tepatnya di jalan Panglima Polim IX No. 25, Jakarta Selatan (10/12).Â
Setahu saya, memang dulu saat ingin menikmati kuliner khas Solo, saya harus menggeber kendaraan dari Mampang (Jaksel) ke Matraman (Jaktim) untuk dapat merasakan sensasi kuliner Solo dan jawa yang begitu otentik, unik, serta tak terlalu manis. Dan kini, lokasinya berada di Selatan Jakarta, berarti, secara iseng-iseng saja, saya cuma tinggal 'ngesot,' Dapur Solo sudah didepan mata.
Atas undangan tersebutlah, saya pada minggu pagi langsung meluncur menuju Dapur Solo. Saat memasuki gerbang restoran, nuansa magis khas Jawa muncul seketika, membuat saya seakan tak berada di Jakarta, melainkan di Solo, Jawa Tengah. Kenapa? Karena semua ornamen, musik latar, tarian penyambutan hingga makanan yang disajikan khas Solo semua.Â
Bahkan diantara terlihat beberapa jajanan pasar yang notabene dianggap makanan 'ndeso' hadir dalam balutan kekinian dengan kemasan yang justru menggugah selera untuk disantap.
Sebelum saya mencicipi seluruh makanan, saya langsung tertarik dengan adanya Wedang Jahe Rempah dan Jamu Kunyit Asam sebegai 'Welcome Drink.' Kebetulannya lagi, saya langsung mengambil keduanya untuk dicicipi. Bukannya rakus, hanya sekedar ingin membuktikan apakah kedua minuman yang pernah menjadi salah satu jamuan pada moment 17-an di Istana Negara, benar-benar nikmat untuk dinikmati.
Setelah mencicipi beberapa jajanan pasar berupa Lumpia Kering, Combro, Risoles Rogut, Bolu Ubi, dan lemper. Perhatian saya langsung beralih kepada Bubur Lemu. Bagi saya, inilah kali pertama saya menyantap Bubur Lemu. Meski begitu, saya menyantapnya bukan karena gairah rasa, terlebih karena filosopi yang terkandung dalam Bubur Lemu.
Pantas saja pada saat mengajukan pertanyaan kepada pendiri sekaligus pemilik Dapur Solo, Ibu Swandani Kumarga. Dapur Solo begitu mengaplikasikan dengan jelas sekali akan makna kesederhaan dan tiadanya kesenjangan sosial di seluruh cabang dari restoran miliknya.
Walau kesan dari makanan yang dihadirkan tampak memiliki unsur Mewah, itu karena Dapur Solo hanya ingin menyajikan yang terbaik buat pelanggan, dengan mengedepankan suasana yang enak, nyaman, makanan enak, otentik tapi kualitas harganya terjangkau. Berkat hal tersebutlah, sampai-sampai Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, turut andil bagian menjadikan Dapur Solo sebagai "Co-Branding' dari Pesona Indonesia & Wonderful Indonesia.