Beberapa waktu lalu, jagat media sempat dihebohkan dengan adanya sekelompok pemuda yang secara sengaja memberikan minuman keras (miras) kepada beberapa hewan di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat. Jelas kejadian tersebut jauh dari kata terpuji. Mengapa? Karena dilain pihak, ada banyak orang yang peduli dengan pelestarian satwa-satwa liar nan langka, mereka tak cuma berkorban waktu, tetapi tenaga hingga pundi-pundi pendapatan guna menjalankan upaya konservasi.
Sudah semesti para penggiat konservasi dianggap pahlawan, jasanya melindungi serta melestarikan satwa langka sehingga jauh dari kepunahan, patut diacungi jempol. Sebut saja dalam upaya konservasi Owa Jawa, seperti yang diutarakan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam datanya, menyebutkan bahwa primata yang bernama latin Hylobates moloch masuk dalam kategori satwa yang terancam punah, dengan tingkat kepunahan yang sangat tinggi.
Bagi orang yang tak paham, tentu data ini terdengar biasa-biasa saja. apalagi secara hitung-hitungan total populasi Owa Jawa kini diperkirakan menyentuh angka 4000 tersebar di hutan Jawa Barat dan sejumlah kecil Jawa Tengah, dengan habitat asli yang terbesar di Taman Nasional Ujung Kulon, Halimun-Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jumlah yang begitu besar, bukan?
Tapi tahukah Anda, bahwa Owa Jawa itu bukanlah mahluk Individu, melainkan kalau mau dihitung satuannya, hitunglah secara satu keluarga Owa Jawa yang terdapat 3-5 Individu yang terdiri sepasang induk serta 2-3 anak. Maka tak berlebihan kala ada tangan-tangan jahil yang mengambil satu owa jawa dari keluarganya, maka dapat dipastikan tindakan tersebut dapat membunuh 4 lainnya. Kenapa? Karena mereka saling berpengaruh, hilang satu, 4 lainnya langsung stres tinggi, kemudian mati.
Proses Pengenalan Owa Jawa dari Masuk Rehabilitasi Hingga Pelepasliaran
Benar saja, jalanan menuju lokasi jauh dari kata layak. Driver yang mengantar kami sempat mengungkap kalau dahulunya jalanan ini telah di aspal dan mudah dilalui, namun lama-kelamaan karena longsor dan fenomena alam lainnya, jalanan akhirnya didominasi oleh tumpukan tanah, yang kalau musim hujan seperti sekarang ini menjadi begitu berlumpur, terjal serta licin. Otomatis para penumpang didalam mobil terlihat terseok-seok kala Driver dengan lihainya ber-manuver mencari jalan terbaik untuk dilalui. Sensasinya jangan ditanya, benar-benar ektrim, apalagi bagi orang-orang yang baru pertama kali merasakan pacuan adrenalinnya. Bisa jadi aktivitas kali ini takkan terlupakan.
Setibanya di JGC, saya dan 3 orang lainnya langsung disambut hangat oleh empunya tempat. Sebelum berkeliling mereka terlebih dahulu ingin kami beristirahat semberi bercerita. Kemudian, sebuah pertanyaan langsung diberikan kepada empu-nya tempat. 'apa yang membuat owa jawa masuk rehabilitasi?'
Jawaban yang muncul ialah owa jawa yang berada di JGC ini rata-rata didapatkan dari sitaan pihak berwajib, perdagangan satwa liar, penyelundupan yang digagalkan petugas keamanan, serta hasil suka rela masyarakat yang menyerahkan langsung owa jawa. Bayangkan bagaimana nasib Owa Jawa yang kiranya telah berhasil diselundupkan dan telah di perdagang bebaskan. Tentu selangkah menuju kepunuhan.
Untuk itu, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field menjalin kerja sama dengan Yayasan Owa Jawa (YOJ) dalam bidang rehabilitasi, konservasi dan penyelamatan satwa endemik Owa Jawa. Dan JGC lah yang menjadi pusat dari kegiatan penyelamatan dan rehabilitasi. Kiranya, komitmen ini telah di gulirkan sejak 2013, dengan 39 individu Owa Jawa yang dilakukan rehabilitasi serta 18 Individu yang sudah di pelepasliarkan ke habitat aslinya.
Setelah mendapat segala informasi yang dibutuhkan. Maka Owa Jawa akan dimasukkan dalam kandang individu. Tujuannya untuk melihat sejauh mana perkembangan prilaku dari primata tersebut. Kalaupun dibutuhkan penanganan khusus, maka Owa Jawa akan dimasukkan lagi ke karantina. Jika sudah terlihat baik, dari kandang individu Owa Jawa akan dipindahkan ke kandang orientasi atau kandang pengenalan, ketika Owa Jawa telah siap di jodohkan, maka akan di pindahkan lagi ke kandang penjodohan, biasanya kalau Owa Jawa cocok dan klop dengan pasangannya, satu bulan saja cukup untuk di tempatkan pada kandangnya yang baru, kandang pasangan.
Begitu sukses di kandang pasangan dan Owa Jawa berhasil hamil, maka dengan menunggu waktu selama satu atau dua tahun akan langsung dibawa ke trans lokasi di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung Barat, Jawa Barat. Di tempat tersebut ada kandang untuk proses habituasi sebelum Owa Jawa dilepasliarkan di hutan dengan asumsi akan mendapat daerah kekuasaan untuk satu keluarga itu 10 -- 17 Hektare wilayah hutan.
Lalu bagaimana dengan sifat Owa Jawa yang monogami, alias setia pada satu pasangan saja? mari kita ikuti penelusurannya dibawah ini.
Setianya Owa Jawa, Romeo & Juliet rekaan Shakespeare (Bisa) Kalah
Namanya juga manusia tak pernah puas dengan satu hal. Kala berhasil mendapatkan satu hal, malah mengejar ke dua hal. Berhasil ke dua hal, maka lanjut ke tiga hal. Begitu kiranya alurnya. Padahal kesetiaan sudah seharus menjadi hak setiap pasangan. Dan setiap berbicara kesetiaan otak entah mengapa selalu menghubungkan antara 'kesetiaan' dengan buku rekaan Shakespeare, Romeo & Juliet. Dapat dibayangkan, kalau cinta tak lagi menemukan restunya, kedua malah memutuskan untuk mati dalam pelukan.
Tetapi, pada saat berjumpa pertama kali dengan Owa Jawa waktu dipandu dengan nyaman oleh Community Development Program PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field, Agustian Fahrudin. Melalui penuturan beliau, monogami pada Primata yang tak berekor ini sangat menarik, karena Owa Jawa tak sembarang dalam memilih pasangan, alias lebih selektif. Saat sudah mendapatkan pasangan, maka Owa Jawa entah pejantan atau betina takkan takkan melirik kanan kiri lagi. Bahkan kala salah satunya menghilang karena oknum-oknum tak bertanggung jawab. Owa Jawa tidak mencari penggantinya, yang ada malah stres meninggi, hingga meninggal. Dan itulah yang menyebabkan kenapa primata ini masuk dalam kategori langka.
Rasanya inilah pelajaran berharga yang bisa didapat dari kunjungan ke JGC, bisa jadi Owa Jawa menjadi role model 'kesetiaan' kedepannya. Jadi, tak ada lagi cerita anak yang melabrak selingkuhan orang tua, istri-istri yang posesif, hingga hilangnya gairah kebersamaan suami - istri. Untuk itu, sudah selayaknya sepenggal lirik lagu menjadi akhiran yang menyenangkan pada bagian ini. Cekidot..
Selamanya/ Sampai kita tua/ Sampai jadi debu/ Ku di liang yang satu/ Ku di sebelahmu
(Banda Neira -- Sampai Jadi Debu)
Selamatkan Owa Jawa, Ini Caranya!
Nah, saat masih ada orang yang bertanya bagaimana dapat terlibat dalam penyelamatan atau pelestarian Owa Jawa. Cara diatas dapat dicoba, cuman dengan konten-konten yang sudah di susun sedemikian menarik hingga orang tertarik untuk memahami seluk beluk dari Owa Jawa. Mereka yang monogami, mereka yang terancam punah, hingga mereka yang rentan stres tinggi. Ingat Twitter secara update-nya sudah 240 kata. Rasanya akan banyak hal yang dapat diulas ke depan dengan tagar #SaveOwaJawa.
Cara lainnya ialah terlibat secara aktif menelusuri saat ada kabar Owa Jawa lagi di perjual-belikan dalam suatu situs online atau saat ditangkap warga. Langkah yang Anda butuhkan hanya menghubungi pihak berwajib, dan bila perlu langsung saja menghubungi garda terdepan penyelamatan Owa Jawa, Yayasan Owa Jawa DISINI!!
Opsi terakhir yang Anda dapat lakukan ialah berkontribusi secara nyata dan mendapatkan terkait Owa Jawa, Anda dapat ikuti langsung acara yang diselenggarakan oleh PT. Pertamina bertajuk Pertamina Eco Run 2017. Dengan detail pelaksaan hari Sabtu, pukul 15.00 -- sampai selesai, pada 16 Desember 2017, di Pantai Festival Ancol, Jakarta Utara.
Ada 2 kategori yang dapat diikuti, 5K (Fun Run) yang biaya daftarnya hanya Rp. 200.000, dan 10K (Race Run) yang hanya mengeluarkan kocek sebanyak Rp. 250.000, serta pengambilan Race Pack di FX Plasa, tanggal 8-10 Desember 2017. Jika masih bingung pendaftarannya dimana, langsung saja mengunjungi LINK INI.. Nantinya biaya yang terkumpul akan digunakan kembali guna membantu pelestarian Owa Jawa dan Tutong Laut. Hebat Kan? Silahkan mendaftar, guys...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H