Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kesan Pertama Berjumpa Owa Jawa

21 November 2017   19:03 Diperbarui: 21 November 2017   19:22 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu badiah saat memberikan keterangan pada kompasianer/ dethazyo

Untuk itu, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field menjalin kerja sama dengan Yayasan Owa Jawa (YOJ) dalam bidang rehabilitasi, konservasi dan penyelamatan satwa endemik Owa Jawa. Dan JGC lah yang menjadi pusat dari kegiatan penyelamatan dan rehabilitasi. Kiranya, komitmen ini telah di gulirkan sejak 2013, dengan 39 individu Owa Jawa yang dilakukan rehabilitasi serta 18 Individu yang sudah di pelepasliarkan ke habitat aslinya.

setibanya di javan gibbon center/ dethazyo
setibanya di javan gibbon center/ dethazyo
sebelum dan sesudah melihat-lihat owa jawa di JGC, Kita diharuskan mecelupkan sepatu pada cairan disinfektan/ dethazyo
sebelum dan sesudah melihat-lihat owa jawa di JGC, Kita diharuskan mecelupkan sepatu pada cairan disinfektan/ dethazyo
trekking menikmati taman nasional sejenak/ dethazyo
trekking menikmati taman nasional sejenak/ dethazyo
melalui canopy trail, jembatan ikonik di tengah perjalanan/ dethazyo
melalui canopy trail, jembatan ikonik di tengah perjalanan/ dethazyo
Setiap Owa Jawa yang diserahkan ke JGC, setidaknya melalui beberapa tahap rehabilitasi hingga waktu pelepasliaran di gulirkan. Bahkan sebelum masuk tahap rehabilitasi, Owa Jawa akan dilakukan pengecekkan dengan masuk karantina terlebih dahulu, guna mengetahui umur, jenis kelamin, prilaku, hingga tingkat prilaku di manjakan oleh majikannya.

Setelah mendapat segala informasi yang dibutuhkan. Maka Owa Jawa akan dimasukkan dalam kandang individu. Tujuannya untuk melihat sejauh mana perkembangan prilaku dari primata tersebut. Kalaupun dibutuhkan penanganan khusus, maka Owa Jawa akan dimasukkan lagi ke karantina. Jika sudah terlihat baik, dari kandang individu Owa Jawa akan dipindahkan ke kandang orientasi atau kandang pengenalan, ketika Owa Jawa telah siap di jodohkan, maka akan di pindahkan lagi ke kandang penjodohan, biasanya kalau Owa Jawa cocok dan klop dengan pasangannya, satu bulan saja cukup untuk di tempatkan pada kandangnya yang baru, kandang pasangan.

Begitu sukses di kandang pasangan dan Owa Jawa berhasil hamil, maka dengan menunggu waktu selama satu atau dua tahun akan langsung dibawa ke trans lokasi di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung Barat, Jawa Barat. Di tempat tersebut ada kandang untuk proses habituasi sebelum Owa Jawa dilepasliarkan di hutan dengan asumsi akan mendapat daerah kekuasaan untuk satu keluarga itu 10 -- 17 Hektare wilayah hutan.

Lalu bagaimana dengan sifat Owa Jawa yang monogami, alias setia pada satu pasangan saja? mari kita ikuti penelusurannya dibawah ini.

Setianya Owa Jawa, Romeo & Juliet rekaan Shakespeare (Bisa) Kalah

owa jawa, si primata yang langka dan enggan mendua/ dethazyo
owa jawa, si primata yang langka dan enggan mendua/ dethazyo
Memantapkan hati untuk memiliki satu orang pasangan yang bersedia berjanji sehidup semati melalui lajur pernikahan, tentu menjadi impian dari generasi milenial belakangan. Siapa coba yang tak ingin setia? Semuanya pasti mau, termasuk penulis pribadi. Namun apa tantangan ke depan, dengan semakin banyak ujian, semakin banyak pilihan, bisa jadi pilihan antara tetap monogami atau bisa jadi memilih poligami, yang kemudian muncul.

Namanya juga manusia tak pernah puas dengan satu hal. Kala berhasil mendapatkan satu hal, malah mengejar ke dua hal. Berhasil ke dua hal, maka lanjut ke tiga hal. Begitu kiranya alurnya. Padahal kesetiaan sudah seharus menjadi hak setiap pasangan. Dan setiap berbicara kesetiaan otak entah mengapa selalu menghubungkan antara 'kesetiaan' dengan buku rekaan Shakespeare, Romeo & Juliet. Dapat dibayangkan, kalau cinta tak lagi menemukan restunya, kedua malah memutuskan untuk mati dalam pelukan.

Tetapi, pada saat berjumpa pertama kali dengan Owa Jawa waktu dipandu dengan nyaman oleh Community Development Program PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field, Agustian Fahrudin. Melalui penuturan beliau, monogami pada Primata yang tak berekor ini sangat menarik, karena Owa Jawa tak sembarang dalam memilih pasangan, alias lebih selektif. Saat sudah mendapatkan pasangan, maka Owa Jawa entah pejantan atau betina takkan takkan melirik kanan kiri lagi. Bahkan kala salah satunya menghilang karena oknum-oknum tak bertanggung jawab. Owa Jawa tidak mencari penggantinya, yang ada malah stres meninggi, hingga meninggal. Dan itulah yang menyebabkan kenapa primata ini masuk dalam kategori langka.

Rasanya inilah pelajaran berharga yang bisa didapat dari kunjungan ke JGC, bisa jadi Owa Jawa menjadi role model 'kesetiaan' kedepannya. Jadi, tak ada lagi cerita anak yang melabrak selingkuhan orang tua, istri-istri yang posesif, hingga hilangnya gairah kebersamaan suami - istri. Untuk itu, sudah selayaknya sepenggal lirik lagu menjadi akhiran yang menyenangkan pada bagian ini. Cekidot..

Selamanya/ Sampai kita tua/ Sampai jadi debu/ Ku di liang yang satu/ Ku di sebelahmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun