Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kesan Pertama Berjumpa Owa Jawa

21 November 2017   19:03 Diperbarui: 21 November 2017   19:22 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
trekking menikmati taman nasional sejenak/ dethazyo

Beberapa waktu lalu, jagat media sempat dihebohkan dengan adanya sekelompok pemuda yang secara sengaja memberikan minuman keras (miras) kepada beberapa hewan di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat. Jelas kejadian tersebut jauh dari kata terpuji. Mengapa? Karena dilain pihak, ada banyak orang yang peduli dengan pelestarian satwa-satwa liar nan langka, mereka tak cuma berkorban waktu, tetapi tenaga hingga pundi-pundi pendapatan guna menjalankan upaya konservasi.

Sudah semesti para penggiat konservasi dianggap pahlawan, jasanya melindungi serta melestarikan satwa langka sehingga jauh dari kepunahan, patut diacungi jempol. Sebut saja dalam upaya konservasi Owa Jawa, seperti yang diutarakan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam datanya, menyebutkan bahwa primata yang bernama latin Hylobates moloch masuk dalam kategori satwa yang terancam punah, dengan tingkat kepunahan yang sangat tinggi.

Bagi orang yang tak paham, tentu data ini terdengar biasa-biasa saja. apalagi secara hitung-hitungan total populasi Owa Jawa kini diperkirakan menyentuh angka 4000 tersebar di hutan Jawa Barat dan sejumlah kecil Jawa Tengah, dengan habitat asli yang terbesar di Taman Nasional Ujung Kulon, Halimun-Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jumlah yang begitu besar, bukan?

Tapi tahukah Anda, bahwa Owa Jawa itu bukanlah mahluk Individu, melainkan kalau mau dihitung satuannya, hitunglah secara satu keluarga Owa Jawa yang terdapat 3-5 Individu yang terdiri sepasang induk serta 2-3 anak. Maka tak berlebihan kala ada tangan-tangan jahil yang mengambil satu owa jawa dari keluarganya, maka dapat dipastikan tindakan tersebut dapat membunuh 4 lainnya. Kenapa? Karena mereka saling berpengaruh, hilang satu, 4 lainnya langsung stres tinggi, kemudian mati.

Proses Pengenalan Owa Jawa dari Masuk Rehabilitasi Hingga Pelepasliaran

owa jawa di kandang orientasi/ dethazyo
owa jawa di kandang orientasi/ dethazyo
Adalah berkah dari PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field dan Kompasiana yang memberikan saya kesempatan untuk mengunjungi pusat rehabilitasi Owa Jawa yang terletak di Kawasan Hutan Pendidikan Bedogol, Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat. Atas berkah tersebut, dari 20 orang kompasianer yang berpartisipasi mendukung aktivitas penyelamatan kelestarian Owa Jawa, saya termasuk dalam 4 orang yang terpilih untuk melihat serta merekam langsung Owa Jawa melalui bidikan kamera, di Pusat Rehabilitasi Owa Jawa, Javan Gibon Center (JGC) pada hari senin pagi (13/11).

Opelo, relawan yang membantu kami mengenalkan kawasan hutan pendidikan bedogol/ dethazyo
Opelo, relawan yang membantu kami mengenalkan kawasan hutan pendidikan bedogol/ dethazyo
Ibu badiah saat memberikan keterangan pada kompasianer/ dethazyo
Ibu badiah saat memberikan keterangan pada kompasianer/ dethazyo
Kala itu, setelah melalui 3 jam perjalan dari Jakarta, akhirnya bus yang kami tumpangi telah sampai di depan gerbang taman nasional. Pihak panitia pun, langsung memberikan instruksi bahwa untuk menuju lokasi, semuanya diarah menumpang mobil 4WD yang berjumlah 5 buah, hal tersebut ialah pilihan terbaik, yang menandakan kita harus ber-offroad ria selama kurang lebih 30 menit.

Benar saja, jalanan menuju lokasi jauh dari kata layak. Driver yang mengantar kami sempat mengungkap kalau dahulunya jalanan ini telah di aspal dan mudah dilalui, namun lama-kelamaan karena longsor dan fenomena alam lainnya, jalanan akhirnya didominasi oleh tumpukan tanah, yang kalau musim hujan seperti sekarang ini menjadi begitu berlumpur, terjal serta licin. Otomatis para penumpang didalam mobil terlihat terseok-seok kala Driver dengan lihainya ber-manuver mencari jalan terbaik untuk dilalui. Sensasinya jangan ditanya, benar-benar ektrim, apalagi bagi orang-orang yang baru pertama kali merasakan pacuan adrenalinnya. Bisa jadi aktivitas kali ini takkan terlupakan.

Kompasianer saat masih di Jakarta/ dethazyo
Kompasianer saat masih di Jakarta/ dethazyo
menuju lokasi harus menggunakan mobil 4WD aka land rover alias landy/ dethazyo
menuju lokasi harus menggunakan mobil 4WD aka land rover alias landy/ dethazyo
Beliau ini Driver yang lihai bermanuver/ dethazyo
Beliau ini Driver yang lihai bermanuver/ dethazyo
jalanan terjal dan berlumpur kami libas habis/ dethazyo
jalanan terjal dan berlumpur kami libas habis/ dethazyo
'Terima kasih bapak supir, eiiitss emang supir angkot, terima kasih bang driver handal dong. Hehhehehe..'

Setibanya di JGC, saya dan 3 orang lainnya langsung disambut hangat oleh empunya tempat. Sebelum berkeliling mereka terlebih dahulu ingin kami beristirahat semberi bercerita. Kemudian, sebuah pertanyaan langsung diberikan kepada empu-nya tempat. 'apa yang membuat owa jawa masuk rehabilitasi?'

Jawaban yang muncul ialah owa jawa yang berada di JGC ini rata-rata didapatkan dari sitaan pihak berwajib, perdagangan satwa liar, penyelundupan yang digagalkan petugas keamanan, serta hasil suka rela masyarakat yang menyerahkan langsung owa jawa. Bayangkan bagaimana nasib Owa Jawa yang kiranya telah berhasil diselundupkan dan telah di perdagang bebaskan. Tentu selangkah menuju kepunuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun