Jikalau ada yang berasumsi setiap labuan punya cerita, maka tak salah menyebut kalau setiap jembatan punya cerita pula. Salah satunya adalah Jembatan kota intan, jembatan yang dibangun pada tahun 1628 oleh pemerintah kolonial Belanda, menjadi salah satu bukti bahwa Batavia sudah sedari dulu menjadi pusat perdagangan dunia.
Hal itu dibuktikan dengan asumsi dari Adam Smith lewat buku The History of Java rekaan Thomas Stamford Raffles, ia berujar "Letaknya (Batavia) yang strategis membuat kedua koloni ini menjadi pusat pemerintahan mereka dengan mengabaikan kenyataan bahwa iklim Batavia mungkin yang paling buruk di dunia."
Kini, jembatan gantung ini masih kokoh berdiri, meski fungsinya tak lagi dioperasikan sebagai tempat ditariknya cukai dari kapal-kapal yang mengangkut komoditi dari dan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Tetapi sekarang fungsinya sebagai cagar budaya kategori struktur yang dikuatkan dengan dua SK penetapan dari menteri no. 237 (1999) & Gubernur no. 475 (1993), sehingga siapa saja yang melakukan kunjungan ke kali besar, Jakarta Barat, bisa langsung menikmati dengan jelas bagaimana bentuk dan struktur dari jembatan gantung yang dulunya sempat hancur karena serangan dari kerajaan Banten dan Mataram.
Sewaktu melakukan kunjungan bersama beberapa kawan serta dipandu dengan nyaman oleh seorang guide, diri pribadi pun langsung dibuat takjub oleh desain dari jembatan yang bermaterial kayu dan besi serta dikombinasikan dengan sentuhan khas Belanda.Â
Belum melaju terlalu jauh, lantas pikiran coba menerawang sedikit gambaran kala jembatan yang memiliki panjang 30 meter dan lebar 4,43 meter ini sedang jaya-jayanya, masih banyak dilewati oleh kapal dari bangsa Eropa dan juga penduduk lokal. Baik kapal dari pedagang Cina, Jepang, Tongquin, Melaka, Cochin Cina dan dari pulau Celebes, sesuai dengan yang diungkap Gubernur Jendral Raffles pada bukunya.
Kenapa? Karena tepat pada saat itu, lokasi jembatan dekat dengan kastil Batavia yang bernama Bastion diamond. Itulah asal muasal jembatan bernama Kota Intan. Seperti apa penampakan dari kastil Batavia saat ini? yang jelas kita cuma bisa melihatnya bermodalkan sentuhan koneksi internet saja. Betapa tidak, kastil yang dulunya sempat terkenal megah, sekarang yang terlihat hanya puing-puingnya saja. Nyaris seperti melihat sisa-sisa kisah cinta masa lalu yang sudah tertimbun oleh amarah. Hehehehe.. #GagalFokus...
Jadi, mari sama-sama kita jaga kelangsungan dari Jembatan Kota Intan, agar tetap memiliki nilai historis, indah dan tentu saja berumur panjang. Untuk sekedar informasi, trip ini ialah trip jalan kaki, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Berakhir di Museum Fatahillah. Percaya atau tidak, itulah cara terbaik untuk mencari tahu akan nilai-nilai sejarah dari Batavia zaman dulu.