Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebungkus Cerita dari HUT RI 72 di Pengalengan

24 Agustus 2017   19:53 Diperbarui: 30 Agustus 2017   06:24 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu bantuan di bidang kesehatan/ dethazyo

Setiap melihat tanggalan mulai mendekati 17 Agustus, entah mengapa pertanyaan sederhana  'Sudahkah kita merdeka?'selalu muncul. Rasanya memperoleh jawaban dari akal pikiran sendiri begitu sukar didapat, entah secara lisan maupun tulisan. 

Dimana merdekanya, kala untuk memperoleh pendidikan saja membutuhkan dana yang cukup besar. Dimana merdekanya, kala untuk mendapatkan pengobatan terbaik saja sulitnya minta ampun, walau disisipi label adanya kartu sakti. Serta dimana merdekanya kala para veteran perang yang dulunya membela negara mati-matian dari penjajah, kini hidupnya malah kurang diperhatikan.

Berdiam diri saja tentu bukan opsi terbaik, atas dasar mengikuti ego guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan diatas, diri pribadi langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti upacara peringatan HUT RI ke- 72 di Lapangan Sepak Bola Babakan, Tanara  kawasan perkebunan teh milik PT PN VIII, Desa Banjarsari, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat, tepat pada kamis pagi (17/8).

Alhamdulillah, akhirnya saya terpilih menjadi salah satu dari 20 kompasianer yang mengikuti upacara bertajuk 'Merayakan Kemerdekaan dalam Keberagaman.' Dalam acara tersebut telah digadang-gadangkan bakal dihadiri oleh 1000 warga yang berdatangan dari Desa Sukamanah & Banjarsari. Bisa dibayangkan betapa penuhnya orang-orang yang ingin melihat langsung prosesi upacara 17-an tersebut.

Atas kesempatan tersebut, saya sudah seharusnya berucap terima kasih kepada Kompasiana dan Bank Mandiri dengan program 'BUMN Untuk Negeri' atas undangan yang mampu membuat saya sedikit bernostalgia, akan perayaan 17-an di kampung halaman (Sumbawa, NTB). Jujur, terakhir kali saya upacara 17-an itu pas masih belajar di bangku sekolahan, kiranya 7 tahun yang lalu. Akhirnya, sekarang saya bisa kembali merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan semangat dan mimpi yang sudah ter-upgrade, sekalipun bukan di kampung halaman.

Dikarenakan lokasi upacara yang berada didaerah perbukitan. Otomatis, pagi harinya udara dingin dengan mudah menggoda setiap orang supaya tertidur pulas, namun tidak untuk hari ini. Sedini mungkin, saya telah bersiap dengan dress code (hitam-putih), berharap menjadi orang pertama yang tiba dengan gagah dilokasi.

menuju lokasi upacara 17-an/ dethazyo
menuju lokasi upacara 17-an/ dethazyo
Sesampainya dilokasi, mata langsung dibuat takjub oleh penuhnya lapangan tempat dilaksanakannya upacara. Para peserta upacara terdiri dari (masyarakat, pelajar, aparatur sipil, maupun militer setempat) telah bersiap mengatur barisan, para tamu undangan (veteran, pimpinan serta staf BUMN se-Jawa Barat) telah bersiap mengambil tempat, serta para warga yang tak ikut menjadi peserta upacara, memilih berada diluar lapangan guna mendapatkan pandangan terbaik dari seremonial upacara 17-an.

para peserta upacara telah bersiap/ dethazyo
para peserta upacara telah bersiap/ dethazyo
Kartika Wirjoatmodjo, selaku Direktur Utama Bank Mandiri menjadi inspektur upacara/ dethazyo
Kartika Wirjoatmodjo, selaku Direktur Utama Bank Mandiri menjadi inspektur upacara/ dethazyo
Hal yang menarik kebetulan terlihat dari yang bertindak sebagai Inspektur upacara, ialah Kartika Wirjoatmodjo, selaku Direktur Utama Bank Mandiri. Tak hanya itu, Deputi Kementerian BUMN serta jajaran dari direksi 4 BUMN (PT. Bank Mandiri, PT. Bio Farma, PT Perkebunan Nusantara VIII dan Perum Jasa Tirta) ikut hadir di moment sakrat tersebut.

Bangga tentu saja, siapalah kita dibanding mereka yang telah banyak berkontribusi bagi nusantara. Itulah mengapa momen ini menjadi salah satu momen terbaik yang hadir dalam kurun waktu pertengahan 2017. Jiwa nasionalisme seakan meningkat kala sang saka merah putih mulai dikibarkan berpadu dengan daya magis dari nyanyian 'Indonesia Raya' Karya WR. Soepratman, seakan saya lah orang pertama yang mendengar beliau dengan biolanya menggubah lagu tersebut pertama kali pada Kongres Pemuda ke-2 kala itu.

pembacaan teks proklamasi oleh veteran/ dethazyo
pembacaan teks proklamasi oleh veteran/ dethazyo
para paduan suara/ dethazyo
para paduan suara/ dethazyo
pasukan pengibar bendera meninggalkan lapangan upacara/ dethazyo
pasukan pengibar bendera meninggalkan lapangan upacara/ dethazyo
beraksi/ dethazyo
beraksi/ dethazyo
atraksi setelah bubar upacara/ dethazyo
atraksi setelah bubar upacara/ dethazyo
Moment lain yang tak kalah menariknya ialah pada saat salah seorang veteran dengan gagahnya membaca teks proklamasi kemerdekaan. Kata demi kata yang diucap, tak kalah lantang dari Bung Karno (Founding Father) kala membacakan teks yang sama. Terakhir, pertanyaan saya akan dimana letak kemerdekaan pun terjawab sudah. Slogan 'BUMN untuk Negeri' benar-benar memiliki kekuatan yang besar guna membuktikan bahwa kita telah merdeka.

pembagian ragam CSR untuk masyarakat oleh BUMN/ dethazyo
pembagian ragam CSR untuk masyarakat oleh BUMN/ dethazyo
Betapa tidak, bukannya semua orang langsung bubar jalan saat upacara telah berakhir, malah para jajaran BUMN sibuk dengan membagikan Coorporate Social Responsibility (CSR) yang menyasar ranah pendidikan, kesehatan, dan juga nasib veteran. Mirip-mirip point pertanyaan yang saya utarakan secara pribadi diawal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun