Suwe ora jamu
Jamu godhong tela
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe gela.
Bagi saya yang bukan Non-Jawa, lagu Suwe Ora Jamu begitu melekat di ingatan, tiap kali mendengar, nuansa nostalgia langsung melanda dengan membawakan sejenak penggalan pengalaman di masa lalu. Ingatan pada lagu yang direka oleh R. C Hardjosubroto tak berhenti sampai situ, tradisi minum jamu yang dijajahkan oleh mbak-mbak muda pembawa jamu gendong turut hadir kembali.
Ketika beranjak dewasa, lagu tersebut sudah jarang terdengar di telinga, bersamaan dengan hal itu tradisi minum jamu yang dulunya rutin mulai tak dilakonkan lagi. Hal yang pasti bukan karena enggan lagi mengkonsumsi jamu, terlebih karena penjual jamu belakangan sulit ditemukan, sekali menemukan malah memunculkan sedikit kekhawatiran akan otentiknya rasa, serta takut akan isu adanya bahan pengawet yang terkandung didalam jamu.
Kini hal itu bukanlah masalah, karena cafe berkonsep minimalis dengan aroma vintage yang menjadikan jamu sebagai menu utamanya, telah hadir di Ibukota dengan nama ‘Suwe Ora Jamu.” Beralamat lengkap di Jalan Petogogan 1 No. 28B, Kramat Pela, Gandaria Utara, Jakarta Selatan. Membuat tempat ini mudah ditemukan, kalaupun sedikit kebingungan menemukan tempat tersebut, dengan sedikit bantuan fasilitas Global Positioning System (GPS) yang ada di smartphone, lokasi akan cepat ditemukan.
suwe ora jamu, kedai jamu & kopi/ dethazyo
Sesampainya di lokasi, tepat sebelum memasuki pintu cafe, sebuah bakul jamu langsung menarik sejenak pandangan. Sapaan hangat dari
waiter langsung didapat, dan setelahnya akan ditawari dua opsi, ingin bersantai menikmati jamu di
smoking-room atau
non-smoking room. Beruntung kala itu ruang merokok belum penuh, jadi bisa dengan sebebas mungkin memilih posisi terbaik guna sejenak bersantai sembari menanti makanan yang telah terpesan untuk dinikmati.
Siang itu,
Thamarin Slushy dan kunyit asam menjadi jamu yang dipilih, bersanding dengan sajian bubur campur serta nasi teri telur dadar. Uniknya, saat memperhatikan menu dengan seksama, setiap menu jamu dilengkapi dengan keterangan khasiat beserta bahan-bahan yang digunakan dalam meramu jamu. Jadi, Anda Cuma duduk tenang dan memesan jamu sesuai dengan pilihan khasiat yang diinginkan.
nasi teri telur dadar/ dethazyo
Harga untuk segelas jamu, bisa dibilang agak kemahalan dari jamu biasanya, berkisar di angka Rp. 12.000 – Rp. 39.000. harga tersebut dinilai wajar jika melirik kembali usaha dari empunya cafe mengembangkan jamu dengan sedikit bereksperimen dalam menciptakan resep serta kualitas dari jamu. Untuk bocoran jamu yang menjadi
best-seller di tempat ini, ada 3, pertama beras kencur, kedua alang-alang, ketiga rosella. Dan ketiganya pun bisa dibawa pulang, karena telah tersedia pula dalam bentuk botolan.
santai sambil bantai kerjaan/ dethazyo
Masalah suasana yang dihadirkan tempat ini, tak perlu ditanya, balutan desain
vintage ala rumah jaman dulu dengan segala macam ornamen
tempo doeloe, sangat mendukung hadirnya suasana keakraban ketika berkunjung bersama sanak famili ataupun teman sepermainan. Belum lagi kesegaran yang didapat dari jamu mampu membuat semangat kembali muncul ke permukaan.
kunyit asem kini ada dalam bentuk botolan/ dethazyo
Bisa dibilang nongkrong disini tak kalah dengan nongkrong diwarung kopi yang semakin menjamur di ibu kota, karena se-vintage apapun Suwe ora Jamu, tetap saja fasilitas
Wifii dihadirkan. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa setiap pengunjung yang datang bisa betah berlama-lama menikmati sajian demi sajian yang ada.
More Info:
Suwe Ora Jamu
Jalan Petogogan 1 No. 28B, Kramat Pela, Gandaria Utara, Jakarta Selatan
Buka – Tutup: 11:00 – 00.00
suweorajamu28.com
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya