[caption caption="caci dance in action/ detha & sofyan"][/caption]
Kejantanan tak semata harus dibuktikan dengan mendaki gunung tertinggi atau bermain dengan ombak di atas papan selancar. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh laki-laki untuk menunjukkan jiwa keberanian yang berdiam didalam diri. Salah satunya dengan tarian Caci.
Pada hari-hari biasa, kita bisa saja menyaksikan secara langsung dengan menghubungi tetua adat yang berada di Kampung Cecer, Desa Liang Ndara, Manggarai Barat, NTT. Itulah yang kami lakukan pada liburan semester yang lalu. Mereka sangat bersemangat karena kami tak hanya ingin menikmati, tapi turut menggali lebih dalam gaya petarungan Caci asli tanah Flores yang saat disaksikan, digadang-gadang oleh wisatawan asing maupun domestic sebagai salah satu budaya lelulur.
Panas matahari telah menyengat hingga ke kulit. Dentuman musik penabuh semangat membuat yang mendengar turut merasakan adrenalin yang memacu dengan kuat. Seorang paki (petarung) mencengkrang kayu yang ujungnya berupa tali pecut kerbau, mencoba mengelilingi sekelompok musuh. Bersiap melakukan kuda-kuda untuk sesegera mungkin menyerang ke arah Ta’ang (penangkis) yang di tangannya ngiling (tameng kulit kerbau).
Saat serangan dimulai paki berhasil mengenai ta’ang, tepat dipunggungnya. Besar lukanya memerah, namun raut mukanya malah dilanda bahagia tanpa rasa sakit sedikit pun. Orang-orang pun bersorak menyiratkan makna kepahlawanan dan keperkasaan. Tarian ini tak boleh menyerang secara bersamaan, harus ada penyerang dan yang bertahan. Posisi tersebut saling bergantian. Saat gong dan nyanyian masih dimainkan semangat para petarung caci di bawah sinar matahari menjadi bertambah. Belum lagi otot yang dihasilkan dari tubuh atletis mebuat cengkraman pada senjata begitu kuat, meskipun dibalut dengan kulit berwarna hitam.
[caption caption="membuka pertarungan/ detha & sofyan efendi"]
[caption caption="mempersiapkan pelindung diri/ detha & sofyan"]
Dengan kostum yang khusus, penari caci tampak semakin gagah, pangga yang menjadi aksesoris kepala berbentuk kepala kerbau bertanduk tiga. Dan dihiasi bulu ekor kuda. Makna ekor kerbau atau kuda sengaja ditambahkan dalam aksesoris karena kerbau atau kuda memiliki jiwa ksatria yang terselip dalam butir-butir kegigihan.
[caption caption="ritual sebelum bertarung/ detha & sofyan efendi"]
[caption caption="salam dari kami berdua (dalam balutan kostum caci)"]
@dethazyo