Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Desa Sarongge, Wisata Sekaligus Edukasi Pangan Lokal

26 Maret 2016   18:53 Diperbarui: 28 Maret 2016   01:02 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuat Sabun

[caption caption="membuat sabun batangan/ dethazyo"]

[/caption]Terdengar biasa saja ketika berbicara sabun, hal ini dikarenakan mudahnya kita dalam mendapatkan sabun dalam kehidupan sehari-hari, tinggal pergi ke Minimarket, jelajahi rak tertentu dan memilih ragam sabun dengan brand terkenal, terakhir tinggal Mbayarrr. Berbeda ketika sabun diproduksi sendiri, ada tenaga yang dikeluarkan, takaran yang harus pas serta bau yang menyengat dari minyak sereh wangi yang mampu menembus masker.

[caption caption="sabun yang sudah jadi/ dethazyo"]

[/caption]Walau di tulisan ini tak menjelaskan bagaimana proses dari awal pembuatan hingga dalam cetakan yang tersedia. Pengalaman tersebut adalah kali pertama mencoba membuat sabun dengan tangan sendiri. Setiap sabun yang dihasilkan dalam cetakan harus didiamkan dulu sebulan sebelum nanti digunakan.

Menjadi Petani

[caption caption="memanen hasil kebun/ dethazyo"]

[/caption]Rasanya dalam impian yang dahulu sering dilontarkan dibangku sekolahan, petani jarang muncul sebagai cita-cita dari murid sekolah. Profesi Dokter, Pilot, pemain bola menduduki strata teratas. Dahulu pikiran telah teproyeksi seperti itu, bahkan hingga sekarang, fokus pada mimpi hingga lupa bagaimana makanan kita bisa diolah hingga siap dihidangkan dimeja makan.

[caption caption="membuat pupuk organik/ dethazyo"]

[/caption]

[caption caption="tanaman di kebun organik/ dethazyo"]

[/caption]Beruntung dari trip kali ini, kita berkesempatan menjadi petani walau hanya sekali dalam hidup. Bagaimana rasanya meramu pupuk organik, memanen hasil pertanian, hingga memberi makan kelinci yang lagi lucu-lucunya. Dua orang petani muda yang memandu kami tampak bersemangat menjelaskan bagaimana keseharian mereka. Kamipun tak kalah semangat, terbuti dari setiap penjelasan yang dilontarkan selalu mendapatkan feedback berbuah jawaban yang memuaskan.

[caption caption="daun bawang/ dethazyo"]

[/caption]

[caption caption="brokoli/ dethazyo"]

[/caption]

[caption caption="plyaboy hahaha/ dethazyo"]

[/caption]

[caption caption="love/ dethazyo"]

[/caption]Ingin rasanya langsung mengemas barang dan kembali ke rumah guna memuaskan dahaga akan bercocok tanam, minimal halaman rumah menjadi apotik hidup bagi keluarga ditambah dengan manfaat dari oksigen yang terus menerus dihasilkan dari tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun