[caption caption="Menaklukkan Citarik/dethazyo"][/caption]Kita butuh hiburan yang tak cuma bisa menghibur saja, sisipan semangat, selipan adrenaline, serta bumbu-bumbu kebersamaan, harus bisa tertuang dalam keseluruhan aktivitas menaklukkan kembali derasnya aliran sungai citarik.
Betapa beruntungnya, dalam awal tahun 2016, tercatat sudah dua sungai ditaklukkan melalui aktivitas rafting. Pertama, sungai Amandit di pedalaman Kalimantan Selatan pada bulan Januari, dengan menggunakkan rakit yang terbuat dari bambu, dan kini, tepat pertengahan februari kembali berburu adrenaline menggunakan perahu karet di sungai Citarik, Jawa Barat.
Menantang derasnya arus jeram sungai citarik tentu bukan kali pertama bagi diri pribadi, apalagi menginap di Caldera Resort and Rafting yang tersohor, sudah seperti rumah sendiri. Ujaran tersebut bukan secara sengaja dungkapkan, layaknya seorang teman, Caldera dengan segala hal yang ditawarkan selalu mengingatkan pada event yang terdahulu di ikuti. Mereka adalah penggagas dari Extreme Journey Indonesia yang sempat nge-hits pertengahan tahun 2014, yang mana saya sendiri menjadi salah satu bagian didalamnya.
Mengunjungi tempat tersebut diakhir pekan bisa dipastikan panorama macetnya jalanan menuju lokasi yang dituju, takkan bisa ditempuh tepat waktu. Meski jalan sedari pagi hari, jebakan macet selalu menjadi momok menakutkan menuju Citarik. Benar saja, kami sampai tepat sebelum magrib menjelang, yang berarti adrenaline yang menggebu-gebu harus ditunda hingga esok hari.
[caption caption="deru sungai citarik di pagi hari/ cecep primavit"]
[caption caption="Menikmati kopi di tepi sungai/ cecep primavit"]
Satu Kata “Nikmati”
[caption caption="menghantam batu/ dethazyo"]
Mendapatkan informasi bahwa debit air sungai yang menurun, maka setiap perahu karet hanya dapat diisi oleh tiga orang dengan satu operator profesional layaknya seorang kapten yang selama perjalanan menentukkan laju perahu yang kami tumpangi.
Setelah menggunakan segala macam perlengkapan seperti helm dan life vest, kami pun dituntun menuju lokasi start rafting. Durasi yang kami pilih tetap jatuh pada paket Alligator, sebuah paket yang menawarkan penjelajahan sungai citarik selama 2 jam (11 Km). Tak mau lebih bukan tanpa alasan, ketika mengambil paket yang lebih extreme semisal 4 jam, maka unsur “fun” dari sebuah olahraga akan sedikit terkikis. Hehehehe (ngelesss).
Perahu karet pun dipompa, mata dengan sigap mengamati sekitaran sungai, benar saja, debit air menurun, padahal ini awal tahun yang berarti musim hujan telah menyapa. Pada hari-hari ketika debit air normal batu-batu terlihat tak begitu besar, namun kita begitu nampak ke permukaan. Membuat jalannya rafting menjadi sedikit lebih menantang. Tanpa terasa adrenaline meninggi dan menular hingga ke seluruh peserta untuk sesegera mungkin merasakan gairah yang ditawarkan oleh sungai Citarik.
[caption caption="dayung maju, dayung mundur/dethazyo"]
Ketika dipertengahan jalan bertemu dengan peserta rafting lainnya, tak lupa tradisi menghempaskan serangan perang air dengan dayung hingga semua pakaian menjadi basah, kalaupun tak basah sangat disayangkan, penyesalannya bagaikan pergi ke pantai tanpa merasakan sensasi asinnya air laut.
Dua jam tanpa terasa dilewati, ujung garis finish yang ditandakan dengan ikon buaya memegang dayung mulai terlihat dari jarak 10 meter. Sesampainya ditepian, beruntungnya kita diberikan suguhan kelapa muda, segarnya air kelapa muda pun membanjiri tenggorokan yang mulai kering. Raut kebahagiaan bisa terekam melalui wajah tiap peserta yang mengikuti aktivitas rafting. Bahkan dijalan pulang saja, cerita keseruan aktivitas satu ini masih menjadi trending topic yang diperbincangkan, seraya membahas track record Kurt Cobain hingga terbawa ke meja makan.
@dethazyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H