Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Parodi Jalanan Rusak (Datsun Risers Expedition)

9 Februari 2016   08:19 Diperbarui: 9 Februari 2016   08:29 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tangguhnya Go+ Panca"][/caption]

Dalam balutan kenyamanan berada didalam mobil berlabel Datsun Go+ Panca yang modern dan kokoh, sebuah suara diam-diam merasuki kami, suara yang datang dari pengamatan yang terekam oleh kedua bola mata, serta suara-suara yang datang dari orang-orang dipersimpangan jalan. Seakaan ingin didengar serta di perhatikan. Suara tersebut adalah suara ketidakadilan.

Pembangunan yang merata merupakan salah satu impian terbesar generasi muda terhadap bangsa. Namun secara realita rasanya hal tersebut tak pernah akan terwujud. Hak-hak istimewa hanya dimiliki oleh provinsi atau ibu kota tertentu. Padahal kita sama-sama paham yang dinamakan Indonesia itu dari Sabang sampai Marauke. Bukan hanya Pulau Jawa tempat beradanya ibu kota yang mempesona.

Semisal jalanan, selama kami berada dalam Datsun Risers Expedition etape dua(19-21 Januari 2016) edisi Kalimantan (Balikpapan – Banjarmasin). Banyaknya kita menemui jalanan dengan kondisi yang rusak parah. Hal ini menjadi ironi ketika mengetahui banyaknya perusahaan asing yang menanam saham dan memperoleh kocek lebih dari Kalimantan. Padahal dengan keuntungan sebegitu besar, urusan jalanan yang menyatukan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan tak diurus, seakan dibiarkan begitu saja selama hasil bumi bisa dikeruk terus menerus.

[caption caption="mengamati dari dalam Go+ Panca"]

[/caption]

Logika seperti ini tak dapat dipertahankan terus menerus. Mau sampai kapan kita menyantap jalanan dalam kondisi yang buruk, mau sampai kapan fasilitas yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat bisa dinikmati. Mau sampai kapan pundi-pundi pendapatan yang seharusnya menawarkan solusi kemiskinan direbut dan dimanfaatkan oleh oknum tertentu.

Dalam tulisan ini kita tak menyalakan siapa-siapa. Jika menyalahkan pun maka saling tuduh akan tak pelak akan terjadi. Pesan yang tertuang disini diperuntukkan untuk siapa saja yang peduli dengan negeri tercinta.

Jujur selama perjalanan dari Balikpapan hingga tibanya di Banjarmasin jalanan rusak terlihat dimana-mana, bolong-bolong hingga ada jalan yang rawan terkena longsor. Sangat disayangkan jika jalur Trans-Kalimantan akan terus seperti itu. berbanding terbalik dengan fenomena kebun sawit yang merajalela di tanah Kalimantan, bahkan truk-truk tiada hentinya hilir mudik dengan bawaan hasil bumi.

[caption caption="DRE etape 2"]

[/caption]

Padahal jika diekplorasi lebih dalam, Kalimantan memiliki nilai lebih ketika berbicara gairah pariwisata. Keindahan yang ditawarkan belum tentu tersedia di kota lainnya. Sayang seribu sayang jika tak mendapatkan perhatian, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kapan lagi kita melihat prinsip gotong royong saling mendukung, saling memajukan satu sama lain di negeri ini, jika tak dimulai oleh satu langkah kecil.

Berkomentar kadang membuat diri pribadi lelah, namun untuk perubahan yang lebih baik, just speak up!! Jauh-jauh berkunjung dari Jakarta mengikuti DRE membuat kita paham, bahwa keindahan hanya diupload melalui instagram semata, seraya lupa akan realita sebenarnya di lapangan, dalam rangka menjemput keindahan. Melalui tulisan inilah ragam harapan diselipkan, untuk Kalimantan yang lebih baik, dan untuk Indonesia yang lebih maju, INDONESIA BISA....

videonya bisa diihat disini

@dethazyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun